Powered By Blogger

Jumat, 30 Desember 2011

Kufur Nikmat

Kufur Nikmat

Dari Abi Hurairah r.a, beliau mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Ada tiga orang Bani Israil (seorangnya) ditimpa penyakit kusta, seorangnya ditimpa penyakit rontok rambutnya dan seorang lagi buta. Maka Allah telah menguji ketiga-tiganya dengan mengutus kepada mereka seorang malaikat.

Malaikat tersebut telah mendatangi orang yang berpenyakit kusta dan bertanya kepadanya, “Apakah yang paling engkau sukai?”

Jawab sang penyandang kusta, “Warna yang bagus serta kulit yang baik dan sembuh dari kotoran yang menyebabkan manusia memandang jelek kepadaku.''

Maka malaikat itu menyapunya dan lalu hilanglah penyakit itu dan diberi warna serta kulit yang baik. Malaikat bertanya lagi, “Harta apakah yang paling engkau sukai?”

Ia menjawab, “Unta atau sapi.'' Maka malaikat memberikan unta yang sedang mengandung sepuluh bulan dan mendoakan orang yang berpenyakit kusta tersebut.

Kemudian malaikat mendatangi orang yang berpenyakit rambut rontok lalu bertanya, “Apakah yang paling engkau sukai?”.

Lelaki kedua menjawab, “Rambut yang bagus dan sembuh dari penyakit yang menyebabkan manusia memandang jelek  padaku.” Maka malaikat membersihkannya lalu hilanglah penyakit itu serta diberikan rambut yang baik.

Malaikat bertanya lagi, “Harta apakah yang paling Engkau sukai?” Ia menjawab, “Sapi,''. Maka ia diberikan sapi yang sedang bunting serta mendoakannya pula.

Kemudian malaikat datang ke orang buta, “Apakah yang paling engkau sukai?”

Ia menjawab, “Aku ingin Allah mengembalikan penglihatanku semoga aku dapat melihat manusia. Malaikat meyapu matanya dan Allah mengembalikan penglihatannya.

“Harta apakah yang paling kamu sukai?” tanya malaikat. Jawab si buta, “Kambing biri-biri,” Maka dia diberikan seekor biri-biri yang telah melahirkan anak lalu mendoakan si buta agar selalu mendapat barakah Allah Swt.

Maka, kedua lelaki (berpenyakit kusta dan rambut rontok) mengurusi kelahiran unta dan sapi begitu juga dengan lelaki buta. Setelah sekian lama, lelaki yang berpenyakit kusta telah memiliki satu lembah berisi unta, sedang lelaki berambut rontok telah memiliki lembah berisi sapi dan lelaki buta telah memiliki satu lembah berisi kambing biri-biri.

Selang beberapa waktu, malaikat kembali mendatangi lelaki yang berpenyakit kusta dengan menjelma sebagaimana keadaan lelaki sebelumnya (berpenyakit kusta).

Ia mengadu kepada lelaki tersebut, “Aku seorang lelaki miskin yang telah kehabisan bekal sewaktu aku bermusafir. Aku tidak mempunyai tempat untuk mengadu pada hari ini selain pada Allah dan pada Engkau. Aku memohon padamu demi yang telah memberikan padamu warna serta kulit yang baik juga harta seekor unta yang dapat membantuku meneruskan perjalananku.

''Aku mempunyai banyak tanggungan,'' jawab mantan penyandang kustal.

Malaikat menjawab, ''Aku rasa aku mengenalimu. Bukankah dulu kau berpenyakit kusta dan manusia memandang jelek kepadamu? Bukankah dulu kau orang fakir lalu Allah megaruniakan harta kepadamu ?''

''Aku mewarisi harta ini dari orangtuaku,'' jawab lelaki.

Malaikat menjawab, ''Sekiranya kamu berdusta, Allah akan menjadikanmu seperti keadaanmu sebelum ini.''

Malaikat pun mendatangi si rambut rontok serta melakukan hal yang sama, menjelma menyerupai keadaan seperti sebelum si lelaki kaya raya. Jawaban si rambut rontok pun senada. Ia enggan memberikan sebagian hartanya pada malaikat yang menjelma tersebut. Malaikat pun mendoakan agar Allah mengembalikan keadaannya seperti semula.

Terakhir, malaikat mendatangi si buta. Lalu mengadu,''Aku seorang lelaki pengembara yang miskin. Aku telah kehilangan kendaraan sewaktu aku mushafir. Maka aku tidak mempunyai tempat untuk mengadu melainkan kepada Allah dan engkau. Aku memohon darimu demi Yang telah mengembalikan penglihatanmu seekor kambing biri-biri yang bisa meneruskan perjalananku.''

Lelaki tersebut menjawab, ''Aku sebelum ini adalah lelaki buta. Allah telah mengembalikan penglihatanku. Oleh karena itu, ambilah apa yang engkau mau dan tinggalkan apa yang tidak engkau mau. Demi Allah, aku tidak akan mencegah dan mengungkit kembali pemberianku padamu untuk kau ambil karena Allah.

''Jagalah hartamu. Seseungguhnya kamu telah diuji oleh Allah. Allah telah meridhaimu dan membenci dua orang sahabatmu,'' jawab malaikat.

Benci Menjadi Cinta

Benci Menjadi Cinta

Empatbelas abad silam, setiap pagi seorang lelaki menemui seorang pengemis yahudi tua renta, tak bergigi, lumpuh serta buta kedua matanya, untuk melembutkan makanannya. Pengemis itu begitu membenci Islam sebagaimana ia membenci Rosulullah saw.

Saking begitu besar kebenciannya terhadap Rasulullah, sehingga setiap harinya ia senantiasa mencaci maki Rasulullah saw. Ia memuntahkan kebenciannya kepada Nabi yang datang dari bangsa Arab, bukan Yahudi.

Selain melembutkan makanan, lelaki itu juga memberikan suap demi suap makanan ke mulut sang pengemis tua itu. Dan pada setiap kali suapan itu pula, sang pengemis berkata “bunuh Muhammad... bunuh Muhammad” dan berbagai cacian yang terus keluar dari mulutnya.

Namun si Lelaki ini tetap saja dengan lembut memasukan makanan sesuap demi sesuap ke dalam mulut pengemis tua tersebut, hingga suatu ketika si lelaki tersebut tidak lagi datang menyuapi.

Hari itu, Abu Bakar Ash Shidiq menggantikan perannya. Suap demi suap makanan di masukkan ke dalam mulut si pengemis. “Siapa kau?” pengemis itu terkejut. "Engkau pasti bukan orang yang biasa menyuapiku. Orang itu lebih lembut daripada kau,” lanjutnya,

Abu Bakar menjawab dengan bertanya, “Engkau tahu siapa yang biasa menyuapimu?" Abu Bakar melanjutkan perkataannya. “Dialah Muhammad, Rasulullah. Kini beliau telah wafat. Maka aku datang menggantikan beliau."

Terhenyaklah si pengemis yahudi itu. Serta merta ia menangis. Air matanya
deras mengalir di pipinya. Hingga beberapa saat kemudian, dia pun menyatakan dirinya masuk Islam.

Senin, 28 November 2011

Negara Darussalam


Negara Darussalam.
Oleh Muammar Khadafi

Setelah hampir setengah abad lebih kita mengenyam kemerdekaan sudah saatnya kita harus berfikir visioner (kedepan).  Pikiran  yang melilit kita atas nama perbedaan harus kita buang jauh jauh, kebencian, hasad, dan dengki seharusnya kita buang jauh dari hati kita. Sebagai insan yang beragama sudah seharusnya sikap kita mencerminkan orang yang beragama pula, namun kenyataan itu harus kita lihat serealistis mungkin. Dalam waktu dekat lalu, dalam masa menyambut tahun baru Islam yang kita kenal pula dengan kalender Hijriyah, saya menyayangkan seorang yang katanya beragama berteriak-teriak atas nama agamanya, perkataannya penuh kebencian dan sesekali provokatif. Kata- katanya terdengar seperti orang yang beragama, saya amat menyayangkan sekali tentang peristiwa itu. Sebagai orang yang beragama dan mengerti esensi agama, sebenarnya tidak layah dan tidak bijak bila ia berkata kata dengan penuh kebencian, karena agama manapun tidak mengajarkan kebencian walau dengan alasan apapun. Islam sebagai ‘Rahmatan lilalamin’ sudah seharusnya menebarkan ‘virus-virus’ perdamaian.
Dalam isue-isue ke-Islaman pula, kelompok yang sering dikatan ‘islam garis keras’ mengangkat isue tentang negara Islam ‘Darrul Islam’, istilah ini mungkin akrab ditelinga kita. Kalo boleh saya katakan negara Islam tidak cocok bila diterapkan di negara manapun tidak terkecuali dengan Indonesia dalam hal ini, kenyataan ini tidak saya katakan tanpa dalil dan dan kenyataan logis. Kita mungkin masih ingat tentang ‘revolusi melati’ yang melanda timur tengah, negara Islam tidak selamanya ideal bagi konstitusi negara. Negara Islam  juga belum tentu pilihan yang ideal bagi ideologo negara. Bila negara Islam diterapkan di Indonesia diterapkan di Indonesia terlalu banyak hal yang perlu dipertimbangkan, dari perbedaan budaya karena Indonesia adalam negara multikultural sampai lima agama yang harus di akomodir dengan baik sebagai mahkluk beragama.
Yang ingin saya katakan disini, negara Islam saya pandang bukan merupakan produk yang ideal bagi sebuah negara, saya malah lebih condong dan setuju dengan pendapat KH Said Aqiel Siroj tentang idiologi neraga yang berkeinginan dan mencita-citakan negara Indonesia sebagai negara ‘darussalam’ (negara yang penuh dengan kedaian dan keselamatan). Negara  darussalam dipandang perlu untuk mencapai idiologi politik yang balance dan seimbang. Hal yang percuma bila kita bernagara Islam namun konstitusi dan moral negarawannya tidak mencerminkan nilai nilai ke islaman, saya bahkan masih ingat ujaran tokoh agama budaya sekaliber Caknun yang berujar ‘di Inggris itu orang Islam itu jarang, tapi Islam ada dan berkembang subur disana’. Percuma bila banyak orang Islam namun tidak mencerminkan Islam.  Maris  bercermin pada hati kecil kita, kita memang Islam apakah kita sudah mengamalkan nilai nilai ke Islaman?.

Minggu, 20 November 2011

Umi Kalsum Malang

Sebuah Catatan Untuk Umi Kalsum
Oleh
Muammar Kahadafi


Sudah beberapa hari ini nama gais itu tak pernah ku sebut lagi dalam pergaulan dengan teman temanku. Namanya seraya menghilang ditelan perasaanku, mungkin karena rasa takutku untuk menyakiti dan mendekatinya. Umi Kalsum, nama yang selama ini dalam hati aku puja dan damba, putrid Haji Tabrani dari desa sebelah. Tapi diam diam namanya menyebung keluar dari didalam hatiku malam ini.

“Apa kabar dengan Umi Kalsum?”. Setelah pertemuan kami terakhir itu, aku tidak dapat bertemu ia lagi. Malam itu sengaja aku memberanikan diri menemui dirinya setelah ta’lim Kiai Noer, malam itu aku coba ikhtiar untuk mendekati dirinya. Aku berniat untuk mengantar Umi Kalsum pulang ba’da ta’lim Kiai Noer. Diam diam aku menungguinya didepan Surau pesantren tepat dibawah pohon trembesi yang rimbun itu, berharap untuk dapt menjumpai dirinya sepulang dari mengaji. Setelah beberapa lama aku menungguinya dan ditemani dengan gigitan ‘nyamuk kebon’ yang lumayan membuat kulit ku terasa gatal, akhirnya ia keluar bersama jamah ta’lim. Akupun cepat cepat menghampirinya.

“Asslamulaikum”, tegurku dengan lembut seraya memberi salam kepadanya. “Alaikumsalam”jawabnya dengan penuh keimanan dan ketawaduan. Suaranya lembut bagai ayat suci yang dialunkan dengan tidak berkesudahan. Aku terdian sejeak diam sejuta bahasa, terpaku seperti yesus yang tersalib atas nama ruh kudus. Aku tepesona dengan teduhnnya wajahnya, ayunya parasnya, birunya matanya, serta jilbabnya yang menuntai menutupi semua anggota auratnya. ‘Astagfirullah”, aku mencoba melepaskan jerat pandangan setan.

Ku beranikan hati dan diri ini untuk mendekatinya, aku beranikan untuk berkata sepatah kata demi untuk memuluskan niat hatiku untuk mengantarnya pulang. Betapa gembiranya aku saat ia mengiyakan dan menganggukan kepalanya saat aku ajak pulang bareng dimalam itu. Akupun langsung menancap gas sepeda motor Supra kesayanganku. Di keramangan malam kami pun hilang dianta deru rota sepeda motor. Dalam perjalan itu pun tidak aku sia siakan, selama perjalan itu kami bercakap cakap, bersenda gurau, walau kali itu pertama kami bertemu. Hatiku mengembang tidak terkira, bahagia ini telah dipelupuk mataku, rona wajahmu membuat aku yakin bahwa engkaulah gadis yang selama ini diciptakan Allah dengan sangat sempurna untuk ku. Terimakasi yaa Allah, mungkin inilah jawaban atas munajad yang selama ini aku panjakan tas nama-Mu. Namanya yang selama ini aku zikirkan dalam sajadah cinta kini ada disampingku

Sejurus perjalanan kami,  dari arah yang kami tuju ku lihat ad sosok tinggi kekar berdiri tegap ditepi jalan mengawasi kami. Ia berdiri tak jauh dari gerbang rumah Umi Kalsum. Mukanya masam bagai orang yang akan melumat santapan mangsanya. Dalam keremanagn itu aku tidak melihat jelas siapa sosok itu sebenarnya. Tetapi ketika Umi Kalsum meminta mendadak untuk menghentikan laju sepeda motorku, aku berkeyakinan bahwa ia adalah orang yang Umi Kalsum kenal. Langkah Umi Kalsum meninggalkan ku menuju arah sosok itu begitu cepat. Tanpa banyak bicara apa apa, aku lihat sebuah tangan mendarat tepat diwajah Umi Kalsum, Umi Kalsum menjerit kesakitan dan berhamburan masuk kerumah.

“Siapa kau?, berani berani bersama anak gadisku?”. Oarng tua itu membentak seraya menajmkan matanya kearahku, dengan geramnya ia mencekik leherku, setengah takut akupun menhindari cekikan itu. “Saya temannya Umi kalsum Pak!” , aku mulai jelas melihat wajah sosok itu, ternyata orang tua itu adalah Ayahanda Umi kalsum. Setengah sopan tan rasa takutku akupun memberanikan diri memberi salam dan mencium tangannya. Betapa kagetnya aku ketika ia memalingkan tanganya tanda ia menolak salamku. “Kau anaknya Aswad kan, anak pedagang sayur itu”, aku langsung mengangguk saat ia menyebut nama orang tuaku. “Kenapa kau berani beraninya jalan berduaan dengan anak gadis keyanganku, aku haramkan kau bergaul dengan anak dan keturunanku, dasar anak petani, sudah punya apa kau hingga berani berani mendekati putriku?”. Betapa kagetnya aku mendengar caci makinya, bagai tersambar petir mendengarnya. Tapi aku tidak berani menimpali sumpah serapahnya itu, hal itu aku lakukan demi Umi Kalsum yang aku punya. “Awas sekali kau dekati anakku, ku ganyang dan kulumat kau!”, orang tua itu setengah mengancamku.

Haji Tanah Abang itu begitu geram melihat dan mengusirku. Hatiku dibuat kesal dengan caci makinya. Aku berfikir apakah ini wajah asli dari Haji tanah Abang itu?” . orang orang dikampung memberikan gelar haji tanah Abang, karena waktu haji dulu ia hanya berkeliaran dan plesiran disekitar wilayah tanah Abang dan baru kembali menggambungkan diri dengan jamaah haji yang baru pulang dari Mekah. Tapi rahasi disiamkan itu akhirnya jadi popular juga di kampung, seperti halnya bangkai walau ditutupi serapat mungkin toh akan tercium juga baunya.

Sesudah haji tanah abang itu meninggalkanku didepan rumah itu untuk masuk. Dari dalam rumah terdengar suara kegaduhan, terdengar jelas rintihan dan tangis gadis yang selama ini aku puja. Rintihan dan tangis Umi Kalsum bagai menyayat hati sembilu. Umi Kalsum melolong kesakitan saat tangan tangan kasar itu mendarat diwajahnya. Aku mencoba membayangkan keadaan Umi Kalsum sekarang, mungkin wajah yang bagai purnama Lailatul Qadar itu sudah membiru terkena tamparan haji tanah abang itu. “Ampun Abi’, ampun Abi”. Hatiku luluh dan leleh seperti semen yang tersiram air, Umi kalsum yang selama ini ku kasihi sekarang menjadi korban kekejaman bapaknya yang durjana. Dan air mataku ini mungkin menjawab seberapa menderitanya ia saat ini.

Tiba tiba hatiku menjadi geram, kesal, dan benci menyelimuti hatiku. Manakal aku bayangkan haji durjana itu. Rasanya aku ingin dating menyelamatkan Umi Kalsum dari cengkraman bandot tua itu. “Dasar haji Durjana, tidak ingatkah kau bahwa yang kau sakiti sekarang adalah darah dagingku sendiri”. Umpatku kepadanya dalam hati. Akupun bergegas pulang meningalkan rumah Umi Kalsum.

Orang kampung mengenal haji Tabrani sebagai orang yang ringan tangan, kasar, dan sering bersikap arogan. Ia juga dikenal kikir, pelit. Akupun pertamanya tidak percaya akan kabar itu, bahwa ia katanya jarang sembahyang dan sebagainya. Dibulan puasa pun ia tak pernah terlihat di surau untuk taraweh dan tidak berpuasa. Pada bulan itu ia sering tertangkap mata sedang asik nongkrong dirumah makan dekat pasar. Seorang temanku bahkan pernah bercerita bahwa ia pernah memegoki haji laknat itu sedang asik makan dan merokok diwarung madura berpelayan janda kembang itu, padahal sebagian orang sdang bepuasa ramadhan. Tapi muka para santri dan para haji diSurau Kiai Noer ia selalu bermanis manis dan berlaku seperti orang laim. Mungkin itu untuk menutupi kebusukannya.

Sedangkan anak perempuannya diharuskan bekerja keras dirumah, diwaktu malam anaknya dipaksa bergadang semalaman untuk memilihkan gabar dari beras, maklum haji Tabrani adalah juragan beras dikampung kami. Anaknya tidak diperbolehkan untuk bergaul dan keluar rumah. Kecuali saat mengaji disurau Kiai Noer anaknya diperbolehkan keluar rumah. Kerapkali itu juga anaknya menjadi korban tangan ringannya ketika anak gadisnya terlambat pulang mengaji. Anak gadisnya menggepar gelepar seperti ayam yang disembelih ketika tangan kasarya mendarat diwajah anak gadisnya.

Haji laknat itu  bahkan bercita cita agar semua anak gadisnya dikawini dengan orang berduit tidak peduli anaknya itu dimadu, seperti putri tertuanya yang bernama Latifa, ia dijodohkan dan dinikahkan oleh lelaki beristri yang udah uzur dan bau tanah. Tidak terkecuali dengan Umi Kalsum, bahkan setelah kejadian malam itu aku mendengar selentingan bahwa Umi Kalsum akan dinikahkan oleh orang seberang beristri tiga. Kabar ini aku dapat dari teman baik Umi Kalsum, Zainab teman sepengajian di ta’lim Kiai Noer.

Pada suatu hari dari sekian banyak hari tanpa mendengar kabar berita Umi kalsum. Aku menerima secari surat dari Umi kaslum yang dititipkan murid TPA ku :


Assalamulakum……..
Salam beserta kasih mudah mudahan kakak selalu  dalam lindungan Allah…
Sudah sejak lama rasanya aku ingin mengungkapkan perasaan ini, tapi jujur aku tak mampu mengutarakannya kepadamu. Udah sejak lama rasanya aku menasbihkan namanmu dalam doaku, ketika zikir, dan pikirku menyatu dalam keheningan malam doaku
Walau kita baru berkenalan, dan aku baru mengenalmu, tetapi debaran dan getaran hatiku aku yakin seirama dengan hatimu. Betapa bahagianya aku ketika melihatmu menghampiri diriku setelah malam ta’lim di Kiai Noer, malam itu begitu indah dan special bagiku. Malam itu aku sangat menikmati kebersamaan kita. Zainab, bercerita banyak tentangmu, setelah malam satu sura itu ketika itu engkau mengalunkan salawat atas Nabi, aku mulai menyukaimu wahai mataraiku…
Kapadamu aku kirimkan seberkas salam terindah, entah dari mana aku mendapatkan wahyu untuk menyusun kata kata ini, untuk ungkapkan segala perasaan yang hampir meledak didada ini, saat kau membaca surat, anggaplah aku sedang ada dihadapanmu dan mengharap iba ditelapak kakimu wahai pemudaku.
Sejak rasa aman ku hilang direnggut orang tuaku. Mungkin kau sudah mendengar bahkan melihat langsung dikejadian malam itu…..
Sejak malam itu aku tidak mempunyai siapa siapa selain Allah dihatiku, dan engkaulah orang pertama yang menggetarkan hati ini, ketika malam itu engkau menyairkan lagu “ Gonilli” malam itu juga aku terbius akan rasa mahabbahku padamu.
Aku tau sejak malam pertemuan itu, kau mungkin menitikkan airmata atas namaku, memang begitulah kelakuan Abi ku selama ini. Ketika orang disekitarku tidak peduli dengan rasa amanku, namun engkau dating dengan harapan surgawi itu…
Malam itu mengira bahwa aku tidak mempunyai siapa siapa hingga aku hampir mengakhiri hidupku. Aku nyaris putus asa, dan hampir mengetuk pintu neraka yang selama ini terkunci rapat, seketika setan hampir mengelincirkan aku dengan rasa sedih yang tidak berkesudahan ini, namun engkau dating dengan secerca harapan…
Anggaplah saat ini aku sedang bersujud dan mencium kedua telapak kakimu dengan air mataku seraya memohon agar engkau melepaskan belenggu ini. Jika engkau berkenan dan mengizinkan aku ingin menjadi budakmu, ikut kemana langkah kakimu, patuh akan titah dan perintahmu, mengabdi dengan ketulusan dan rasa cintaku padamu.
Menjadi budak orang soleh mungkin lebih baik bagiku disbanding menjadi putrid raja yang durjana ini.
Saat ini aku dirundung kesedihan yang tidak berkesudahan, aku takut akan bapakku yang kasar itu, aku bahkan akan dijualnya dengan bandot trua yang bau tanah itu.
Jujur aku merasa siada pantas utuk kau miliki lagi, kehormatan yang selama ini aku sucikan untuk calon suamiku kini telah direnggut oleh tua laknat itu, tetapi rasa iba dan empati yang sekarang ada dihati yang dialiri pancaran surga pasti mendengar jerit hati ini.
Malam ini aku telah terbakar, terbakar api asmaramu yang suci, aku mungkin sudah gila segila Laila yang Majnun akan cintanya. Aku dimabuk cinta seperti mahabbahnya Rabiah al Adawiyah dalam cintanya kepada Allah.
Sekiranya engkau berkenan membawaku pergi dalam neraka ini, aku sangat berterima kasih…

Dari orang yang mengharapkan pertolonganmu…..
Wassalam
Umi kalsum yang malang

Tak terasa air mata membasi kelopak mataku, aku seolah merasakan apa yang Umi kalsum rasakan, ia sangat ketakutan, rasa aman terenggut oleh orang tuanya sendiri. Aku seka airmataku, kulipat surat Umi Kalsum dan kumasukkan kedalam amplop semula.

Sore menjelang asar setelah terkirimnya surat Umi Kalsum itu, akuun memberanikan untuk dating kerumahnya. Betapa kagetnya aku ketika baru saja sampai didepan rumah Umi Kalsum.

Terdengar teriakan dan longlongan  teriak dan sumpak serapah dari dalam rumah. “Bangsat, dasar kau tua tua keladi, dikiranya aku pelacur yang seenak udengmu dapat dikotori”, terdengat suara sumpah serapah.

“Dasar laknat, tua bangka!” suara itu rasa rasanya aku mengenalnya, suara perempuan. Seketika aku melihat Umi Kalsum dengan wajah semeraut keluar dari dalam rumahnya. Karuan saja satu kampung dan tetangga sekitar gaduh. Tapi akhirnya dengan kesigapan warga sekitar Umi kalsum yang saat itu tidak mengenakan apa apa alias telanjang ditangkap dandikembalikan kedalam kamarnya.

Haji Tabranirupanya sudah kewalahan merawat anak gadisnya yang kini gila. Umi Kalsum yang dulu aku cintai kini telah gila. Hatiku begitu hancur melihat kenyataan ini. Andai saja sejak pengiriman surat itu aku ajak kabur pergi dari haji laknat itu, mungki tidak begini keadaannya, arasa sesalku kini tak bisa mengubah apa apa selain melahirkan penyesalan yang tidak terkira. Sore itu rumah Haji Tabrani dikerumuni orang yang ingin melihat langsung keadaan anak gadisnya

Setelah pertemuan itu aku tidak mendengar lagi Umi Kalsum. Selentingan kabar bahwa ia dibawa haji Tabrani kepulau Sumatra untuk diobati oleh orang pintar disana.

Kamis, 10 November 2011

Esensi Syukur

Esensi Syukur

Alkisah tersebutlah seorang Raja yang kaya dan perkasa namun pelit. Ia hobi berburu hewan. Ketika datang bulan purnama, dia keluar istana dilengkapi senjata tombaknya dengan mengendarai untuk berburu. Kali ini yang menjadi sasarannya adalah kijang. Dia merasa tertantang dan adrenalinnya naik ketika mengejar kijang yang larinya begitu cepat dan lincah. Namun, Raja itu masih juga belum berhasil, sehingga membuat tambah penasaran. 

Saking semangatnya dia tidak merasa ketika kijang itu telah keluar jauh dari lingkungan istana, dan bahkan telah masuk ke padang pasir nan luas dan tandus. Berkat semangat dan kerja kerasnya akhirnya raja berhasil menangkap kijang dengan lemparan tombaknya. Setelah berhasil dia berhenti dan turun dari kudanya. Dia kaget bahwa perjalanannya telah jauh dari istana dan kini tersesat di padang pasir dalam keadaan capek, lapar dan haus yang tak terkira. Tak seorang pun penduduk di sana.

Dalam situasi demikian, maka satu-satunya harapan adalah menunggu musafir lewat untuk minta bantuan makan dan minum agar tenaganya pulih kembali lalu pulang ke istana. Demikianlah, setelah menunggu sehari semalam penuh dalam kondisi badan yang amat letih, lapar dan haus lewatlah seorang musafir yang ditunggu-tunggu. “Hai kawan, sayang senang sekali Anda datang. Kalau tidak, pasti saya akan menemui ajal di padang pasir ini akibat kehausan dan mayatku akan jadi pesta anjing-anjing liar,” katanya lirih. "Kalau boleh tahu, mengapa saudara di sini, sudah berapa lama, dan apa yang bisa aku bantu?" Tanya musafir. “Saya ini seorang Raja yang tengah berburu kijang lalu nyasar ke padang pasir. Semua bekalku habis, bahkan kuda yang saya kendarai juga pergi entah kemana ketika saya tertidur,” jawabnya.

Mengetahui bahwa yang tersesat adalah seorang raja, maka musafir tadi berubah pikirannya yang semula mau memberi minum secara gratis lalu terpikir untuk ditukarkan dengan uang. “Saya membawa makan-minum tetapi terbatas, sementara perjalanan saya masih jauh. Bagaimana kalau sebagian bekal saya ditukar dengan uang?" tanya musafir. Raja menjawab, “Kamu itu sungguh keterlaluan. Sudah tahu bahwa saya ini Raja, mestinya menghormati, tetapi  malah mencari keuntungan di tengah penderitaan orang lain?”.

Mendengar jawaban itu bukannya musafir menjadi kasihan, melainkan malah tersinggung. “Ya sudah kalau demikian, selamat tinggal, saya mau meneruskan perjalanan, semoga ada musafir lewat yang sudi menolongmu. Hanya saja harap tahu, belum tentu sebulan sekali ada musafir lewat daerah terpencil ini.” Mendengar jawaban musafir yang bernada kesal itu Raja pun hatinya melunak dan mengiba minta dikasihani dengan suara yang sudah sangat lemah karena kehausan. Di benaknya muncul bayangan yang mengerikan andaikan tidak mendapat pertolongan air, maka dia pasti akan mati konyol di tengah padang pasir.

Maka terjadilah dialog dan tawar-menawar harga antara musafir dan Raja yang berujung pada tawaran yang sungguh di luar dugaan Raja. “Karena engkau seorang Raja yang pasti kaya-raya dan memiliki banyak istana, engkau boleh mengambil separuh bekal makanan dan airku dengan imbalan istana. Kalau setuju, serahkan kunci istanamu, kalau tidak saya akan segera pergi meneruskan perjalanan.”

Raja kesal, namun tidak berdaya. Setelah tercenung cukup lama dengan kesehatannya semakin memburuk, akhirnya Raja setuju. Tak ada pilihan lain kecuali sebuah istananya mesti dilepas ditukar dengan air minum. 

Singkat cerita, setelah minum dan badannya segar kembali Raja pulang ke istana dengan jalan kaki berhari-hari baru sampai. Sesampai di rumah, sambil istirahat menikmati makan minum yang terhidang, dia berpikir, sebuah istanaku yang megah telah hilang hanya ditukar dengan beberapa botol air minum. "Selama ini saya tidak pernah menyadari, betapa nikmat dan mahalnya kenikmatan bisa minum secara leluasa yang harganya senilai istana," pikirnya.

Belum pulih benar kesehatannya, Raja itu terserang sakit yang membuatnya tidak bisa buang air kecil alias kencing. Mungkin akibat kelelahan fisiknya. Maka dipangillah tabib istana, namun hasilnya sia-sia. Tetap saja Raja tidak bisa buang air kecil. Akhirnya dibuatlah sayembara terbuka, siapa yang bisa mengobati sakit Raja akan memperoleh hadiah yang banyak. Maka datanglah silih berganti tabib yang berusaha mengobati, namun tetap juga belum berhasil. Seluruh aktivitas Raja terhenti gara-gara tidak bisa buang air kecil.  

Terakhir, datanglah seorang tabib yang penampilannya tidak meyakinkan, lalu menantang Raja yang kaya namun pelit itu. “Tuan Raja, saya akan berusaha mengobati penyakit tuan agar bisa sehat, perut tidak kembung serta lancar buang air kecil. Namun, ongkosnya mahal. Kalau sembuh, imbalannya sebuah istana, dan kalau gagal silahkan saya dihukum mati,” katanya. Karena tak lagi tahan menanggung sakit akibat tidak bisa kencing, tawaran tabib itu disepakati mesti dengan hati dongkol. Singkat cerita, ternyata Raja sembuh dan bisa buang air dengan lega dan lancar, namun dengan ongkos sebuah istananya berpindah tangan.

Lagi-lagi raja itu merenung, betapa nikmat dan mahalnya bisa minum dan buang air kecil secara leluasa yang nilainya seharga dua istana. “Gara-gara kehausan saya kehilangan satu istana, dan kini gara-gara tidak bisa buang air kecil hilang lagi istanaku yang lain,” keluhnya. "Mengapa selama ini saya tidak pernah bersyukur?," bisik Raja introspeksi. "Saya bisa makan, minum, dan tidur dengan nikmatnya tetapi tidak pernah saya hargai, bahkan saya selalu saja mengejar harta dan sangat bangga pada istanaku. Pada hal hanya dalam waktu sekejap istanaku hilang hanya karena ingin minum dan buang air kecil."

Sejak itu raja berubah sikapnya. Dijalaninya hidup dengan penuh rasa syukur dan senang berderma, sehingga rakyatnya yang semula benci berubah menjadi simpati. Ketika memandang makanan dan minuman yang terhidang, Raja berbisik pada diri sendiri, “Air minum ini nilainya sama dengan istanaku.” Ketika hendak masuk ke kamar kecil, dia membayangkan masuk istana. Kesehatan itu mahkota kehidupan yang lebih berharga ketimbang mahkota raja, tetapi seseorang baru menyadari memiliki mahkota yang demikian berharga ketika sakit. Haruskah sakit lebih dahulu untuk bisa mensyukuri anugerah kesehatan? Rayakanlah kesehatan setiap saat dengan berbuat kebajikan dan berbagi kebahagiaan pada sesama.    

Sabtu, 05 November 2011

Refleksi Idhul Kurban

Refleksi Idhul Kurban

Ibadah yang mempunyai nilai sosial yang tinggi adalah kurban. Dimana pada saat pelaksanaan idul kurban terefleksi semangat untuk berkurban antar sesama.Sekitar tiga juta jamaah haji sedang merefleksikan dirinya dalam dimensi wukuf di padang Arofah. Arofah sebagai manifestasi manusia atas kesetaraan di mata sang pencipta menciptakan manusia dengan kesetaraan yang sama, tak mengenal warna kulit atau apapun, kesetaraan inilah yang terlihat di mana para peziarah haji yang semua mengenakan kain ihram. Refleksi kesetaraan inilah yang membuat manusia seharusnya bermuhasabah akan esensi dirinya sebagai makhluk. Arofah, secara bahasa dapat di setarakan bagian dari kata aroftu, yang berarti mengenal, manusia dalam sisi ini seharusnya bermuhasabah siapa dirinya, berasal dari mana dirinya, pengenalan dirinya itulah yang akan menentukan arah keimanan diri seseorang itu, mungkin hal inilah yang mengalaskan wukuf sebagai dimensi terpenting dan puncak dari haji itu sendiri. Dalam dimensi lain, pengenaan kain ihram dalam perjalanan wukuf sebagai manifestasi dari kejadian yang di janjikan Allah pada yaumul akhir nanti, yaitu dimana manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar nanti ketika hari pembalasan itu tiba.

Secara terpisah dimensi haji dijelaskan, haji merupakan perjalanan suci menuju jalan Allah, dimana kesabaran dan ketawakalan kita di tuntut dalam perjalanan ini. Haji merupakan perjalanan panjang dari seorang manusia menuju jalan Salikh, jalan Allah yang sangat berliku, dimana sepiritualitas kita di tuntut menjadi insan kamil.

Sementara Dimensi kurban yang tak pernah terlepaskan dari dua dimensi di atas, dimensi kurban begitu esensi ketika musim haji tiba, refleksi pengorbanan yang tercermin dari pengorbanan seorang ayah yang rela mengorbankan anak kesayangannya semata mata karena ia patuh terhadap perintah Tuhannya (refleksi sejarah Nabi Ibrahim as). Secara normatif kurban adalah suatu bentuk ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya, namun secara secara filosofi kurban merupakan kerelaan hati untuk berbagi kepada sesama makhluk Tuhan, disinilah esensi kurban sebagai ibadah yang penuh nilai-nilai sosial, dimana ketulusan hati di tuntut dalam hal memberi dan berbagi dengan ikhlas. Nilai nilai sosial iniah yang seharusnya di pupuk secara berkesinambungan di tengah manusia yang diliputi sikap egois dan individualis.

Muammar Khadafi, 5 Nopember 2011.
Selamat Hari idhul Adha.
Lihat Selengkapnya
— di Tadabbur hati.

Senin, 31 Oktober 2011

Untuk Para pengabdi

Untuk Para Pengabdi

Untuk para pengabdi
Sejak engkau di ikrar atas nama kesetian
Dimana pundakmu berat akan tanggung jawab
Kesetiaanmu di harapkan
Pengorbananmu di butuhkan

Untuk para pengabdi
Sejak engkau bersumpah atas nama Tuhan yang Esa
Di tanganmu kekuasaan bersemayam
Jangan pernah Inkarkan tanggung jawab itu
Karena Suatu saat nanti ikrar dan sumpahmu di pertanggung jawabkan
Maka mengabdilah dengan penuh tanggung jawab dan kesetiaan

Muammar Khadafi, Bekasi 30 Oktober 2011(Kampung Sastra)

Untuk Negeriku Tercinta

Untuk Negeri Ku Tercinta

Sudah lama rasa engkau terdiam
Entah engkau sedang tidur atau mati
Satu persatu bencana terbujur dalam dirimu
Gempa, banjir, longsor ataupun Sunami

Negeriku
Mungkin engkau marah, mungkin engkau sedang murka
Nyawa-nyawa hilang
Mayat-mayat bergelimpangan
Wanita menjadi janda
Anak-anak menjadi yatim

Negeriku
Aku rindu akan saat itu
Ketika engkau ramah dengan senyummu
Dimana angin bertiup indah

Tapi kini engkau seakan murka
semua berujung dengan kesedihan da air mata
Untuk negeri antah berantah

Muammar Khadafi, Bekasi 30 Oktober 2011.

Menunggu Jalan Pulang

Menunggu Jalan Pulang

Penatku menyelusuk dalam lamunan
Pikirku menerawang ke awang-awang
Sajakku hampir habis
Kata sudah di ujung lidah
Aku masih saja membisu

Dalam diam ku berpikir
Duduk bersila tanpa makna
Ditemani deru-deru mesin mobil yang panas
Menunggu giliran jalan
Klakson-klakson saling bersahutan
Tak sabar menunggu jalan

Hingar-bingar jalan di sore hari
Ketika semua insan kembali keperaduan
Di ujung jalan masih tergolek
Berpikir jauh keawang awang
Teriak para supir beradu padu dengan pedagang asongan
Jalan semeraut, macet tak beraturan
Polisi terjaga dalam lamunan

Sesekali kereta lewat membelah jalan
Sore yang kelam di ujung Stasiun Bekasi
Semua menunggu jalan untuk pulang

Muammar Khadafi, Bekasi 30 Oktober 2011.

Lelaki Tua Penjaga Eretan

Lelaki Tua Penjaga Eretan

Gerimis rintik mengguyur raga
Setelah beberapa waktu hanya panas yang menyengat
Kini Gerimis itu datang memenuhi kerinduan
Ia bagai penari ronggeng yang meliuk-liuk kegirangan
Gerimis itu menari-nari diatas kali yang hitam pekat

Sedayung dua dayung ia kayuh
Beberapa rupiah akan ia genggam
dayung beradu padu dalam pekatnya air
Tak terasa gerimis membasahi raganya
Beberapa waktu ia hampir dimakan zaman

Lelaki tua penjaga eretan
Kini nasibmu dimakan zaman
Nasibmu hampir sama pekatnya air kali itu
Isak tangismu tak mampu melawan zaman
Jalan hidupmu terkayuh kayuh bagai perahu eretanmu
Begitulah nasibmu
Lelaki tua penjaga eretan

Muammar Khadafi, Bekasi 30 Oktober 2011.

Kapan Engkau Datang Hujan

Kapan Engkau Datang Hujan

hatiku sudah harap-harap cemas
Doaku sudah panjang ku panjatkan
Tapi engkau tak kunjung datang

Sumur-sumur sudah lama mengering
Bila ada pun berair keruh
Panas kemarau berkepanjangan
Sinar yang menyengat membakar raga

Rinduku atas namamu
Sampai panjang mata ini mengharapkanmu
Setitik harapan penuh makna
Mengguyur raga hingga basah ke tulang-tulang bumi
Entah kapan engkau datang wahai hujan
Hatiku hanya menerawang ke awang-awang

Muammar Khadafi, Bekasi, 30 Oktober 2011.

Atas Nama Perempuan Cinta

Atas Nama Perempuan Cinta

Telah kau debar-debarkan hati ini
Hingga dinding dinding hati bergetar indah
Ketukan hatimu bertalu-talu atas namaku
... Engkau indah beserta sempurna
Elok rupawan penuh cahaya
Sampai mata ini tak bosan
Sampai pikir ini fakir untuk memikirkan

Atas nama perempuan hatiku bersemayam
Berkerudung menjulur tanpa aurat
Lebih indah dari surga
Lebih berharga dari permata
Atas nama perempuan cinta
Entah sejak kapan aku memujamu

Yang ku tahu hatimu adalah hatiku
Debarmu adalah debarku
Kesatuan kita berpadu dalam pesona
Atas nama perempuan cinta
Kini namamu kutasbihkan dalam dinding hatiku

Muammar Khadafi, Bekasi, 30 Oktober 2011. (Puisi untuk Nurhasanah)

Kata

Kata


Seribu kata telah terurai
Menjadi kata, menjadi kalimat
Hingga bermetamorfosa menjadi syair dan sajak
Kata, empat hurup yang penuh makna
Sampai yang membaca sampai terpana

Syairku hampir habis
Sajakku sudah hampir kering
Tapi waktu tetap saja tak mempedulikanku
Aku berjalan tertatih sampai raga ini ringkih

Biarlah semua berkata
Agar semua penuh makna
Kata, empat hurup yang sempurna yang mengubah dunia sampai nestafa

Muammar Khdafi, 31 Oktober 2011.

Lebih Baik Bicara

Lebih Baik Bicara

Entah sampai kapan engkau terdiam
Entah sampai kapan engkau menyimpan kata dalam hati
Kenapa engkau terus diam?
Ditengah keramaian yang senyap engkau membisu
Katamu seolah hilang dimakan waktu

Bicaralah ....
Karena waktuberkata sudah tiba
Berkalimatlah ....
Karena engkau sudah terlalu lama dalam kebisuan
Diammu melahirkan penuh tafsir
Antara Iya dan tidak

Apakah engkau takut?
Lebih baik engkau mati dimakan lahat
Dari pada engkau membisu tanpa makna

Muammar Khadafi, 31 Oktober 2011.

Sabtu, 29 Oktober 2011

Guratan Perjalanan Hidup Penjual Bantal


Guratan Perjalanan Hidup Penjual Bantal
Muammar khadafi

Dalam terik hari, panas yan menyengat seakan membakar sekujur kulit ketika sang mentari menyentuh rinai kulit. Panas tahun ini seakan tidak dapat dikompromikan, sumur tanah hampir tidak mngeluarkan air, walaupun mengeluarkan air, airnya tidak sebening dan sejernih panas tahun lalu. Panas yang berkepanjangan membuat tubuh menjadi mudah terserang sakit, aku bahkan beberapa kali terserang penyakit yang mengharuskan aku berobat kedokter dengan beberapa resep yang berbeda. Dalam kesempatan dan kesibukkan aku yang agak padat, aku menyempatkan untuk datang kembali ke tempat dulu aku menimba ilmu, yah’ aku harus kembali ke kampus tercinta untuk sekedar memberi bimbingan dan arahan mahasiswa yang kesulitan mengerjakan tugas akhirnya.  Satu hari aku terpaksa izin dari jam mengajarku di sekolah, aku sempat menolak permintaan mahasiswa itu tapi apa daya aku sudah terlanjur meng amini permintaannya, terpaksa aku meminta guru kelas untuk menggantikan aku untuk dapat masuk dan mengisi jam yang aku tinggalkan. Mungkin aku tipe orang yang tak dapat menolak bila aku dimintai tolong oleh orang lain, mungkin karena itulah aku sering di mintai tolong oleh sahabatku.
Pagi buta aku sudah menyiapkan bahan bahan yang dibutuhkan mahasiswa itu, tugas mahasiswa itu mungkin agak terlalu berat, ia membahas tentang variabel pendidikan yang menurutku agak sedikit rumit. Aku terpaksa sedikit memutar otak, aku buka catatan catatan ku yang selama ini aku tinggalkan semenjak aku lulus kuliah, ku buka lagi buku buku kuliahku, beberapa isi akhirnya aku temukan tentang filsafat pendidikan.
Setelah semua siap, semua bahan aku simpan kedalam tas agar tidak terlupakan olehku, tak lupa aku membawaa tulisan tulisanku yang belum selesai, aku harap tulisanku ini terselesaikan sebelum sore menjelang karena aku sudah di kejar deadline oleh redaksi salah satu koran Bekasi.
Hingga pada saat pertemuan, aku arahkan kepada mahasiswa itu bahwa tugasnya ada beberapa yang harus direvisi ulang, penambahan paragrap dan isi pun diperlukan untuk menyempurnakan tugasnya. Mudah mudahan dua kali bimbingan lagi ia dapat menyeminarkan proposalnya ke meja penyidang.
Diliputi rasa lelah akhirnya selesai juga tugasku, setelah memberi beberapa arahan dan revisi, akhirnya aku harus kembali pulang kerumah, mungkin aku sudah di tunggu dan diharapkan dirumahku, maklum saja aku tinggal bersama nenekku yang sudah tua dan sakit sakitan.
Dengan lekas ku pacu sepeda motor Supraku menuju pulang, aku harap sebelum jam 5 lima sore aku sudah sampai dirumah. Memang dasar nasibku kurang beruntung saat sampai di tengah perjalanan ban sepeda motorku gembos karena bocor. Manusia hanya bisa berencana, Allah lah yang menentukan akhirnya. Aku berharapa sampai rumah jam lima, tapi malang tak dapat ditolak, untung pun tak dapat kuraih. Terpaksa aku menuntun sepeda motorku untuk sampai ketukang tambal ban terdekat, setelah beberapa meter aku menuntun sepeda motorku akhirnya aku sampai di tempat tambal ban.
Aku  mencoba menghela nafas yang sedari tadi tersengal sengal setelah menuntun motor yang gembos, mungkin karena aku kurang olahraga aku menjadi mudah lelah. Aku atur nafas agar tidak terlalu tersengal sengal, pikirku kalut, tugas menumpuk dari sekolah, tulisan yang masih tercecer yang harus segera diterbitkan dan hari ini sialnya aku, banku gembos terkena paku.  Sambil mengusapkan wajah hingga menjalar ke kepala aku mencoba untuk tetap saabar. Belakangan ada seorang lelaki setengah baya yang lewat dengan gerobak dagangannya, ia berupaya permisi di hadapanku seraya meminta izin duduk dibangku panjang bengkel tambal ban itu, dengan segera aku mempersilahkan ia duduk. Sebenarnya aku sedari tadi memperhatikan ia berjalan agak lunglai, mungkin ia kecapean, tapi pikirku menerangwang jauh, aku jadi ingat dengan pamanku Zubair, ia berjalan seperti jalannya pamanku dulu yang terserang sakit keras, hati ku terus menerka nerka tentang dirinya. Sekembali aku mengingat tentang pamanku Zubair, aku mencoba memperhatikan kelelahan lelaki setengah baya itu, ia menyeka mukanya yang penuh dengan keringat hingga handuk tangannya tampak basah karena keringat. Aku juga hampir mendengar detak jantungnya yang berdebar dengan sangat kencang dan jelas. Mungkin terkaanku benar ia sedang kelelahan, dan butuh istirahat.

“Bapak kelihatannya cape sekali yah?” tanya aku dengan penuh ke ingin tahuan. Ia diam sesaat manarik nafasnya yang masih tersengal sengal. Dengan pandangan yang sedikit kosong ia menatapku, matanya hening sejuk bagai angin dimusim semi, namun dibalik itu aku yakin ia menyimpan buah pikir yang berat dalam hatinya.
“Iya dek’, sudah lelah rasanya saya menyusuri jalan demi jalan, gang demi gang, namun belum ada yang membeli dagangan saya ini” Lelaki setengah baya ini mencoba menjawab ke ingin tahuan aku kepada dirinya. Dagangan masih terlihat penuh dan mungkin belum laku satu barangpun yang berkurang dari roda dagangannya. Bantal dan guling masih mengisi roda dagangannya, mungkin ia sudah sangat lelah membawa kesana kemari bantal bantal dagangannya hingga pada saat sore ini dagangannya belum laku walau hanya satu bantal pun. Aku melihat ia miris beserta sedih, ternyata masih ada yang lebih susah dariku, aku baru ditimpa ban gembos saja umpatanku kepada Tuhan sudah sangat begitu banyak, apa lagi aku diposisi ia mungkin aku sudah ingkar nikmat.

“ Dulu ketika saya muda, saya melang lang buana sampai ke ujung Sumatra, pulau Jawa hampir semua pernah saya susuri, jalan demi jalan, gang demi gang, sampai saya pernah terjatuh dalam gang sempit di selokan sampai saya di tolong orang sekampung. Saat itu mungkin saya sangat kelelahan, hingga saya tak sadar telah melewati got yang melintas dalam gang yang sempit. Semasa masih muda saya termasuk orang yang sangat gagah dan cekatan, saya mulai berdagang sedari lulus SMP, maklum saja orang tua saya tidak mampu menyekolahkan saya ketingkat yang lebih tinggi semisal SMA. Setelah saya putus sekolah, saya merantau ke kota impian yang namanya Jakarta, saya katakan kota impian karena ketika saya masih SMP banyak anak muda desa saya bercerita tentang indahnya hidup di kota Jakarta yang sangat mewah. Di Jakarta kita bisa mendapatkan apa saja yang kita butuhkan, bukan seperti keadaan di kampung yang hidup dengan kekurangan dan keprihatinan. Berkat cerita itu, dan semangat untuk hidup yang lebih baik lagi saya hijrah ke Jakarta, berbekal uang hasil tabungan saya ketika SMP saya akhirnya saya sampai di kota Jakarta. Sesampainya di Jakarta, hati saya mulai meragu, apa yang hendak saya lakukan di kota sebesar ini, apakah mungkin saya yang hanya berbekal ijazah SMP bisa menaklukkan kota sekejam Jakarta. Keraguan saya bertambah, ketika saya periksa tas bekal saya di bobol pencopet, persedian uang saya menipis, untung saja saya masih sempat memisahkan uang hasil celengan saya itu. Muter muter saya mencari tempat tinggal, niatnya untuk mencari kontrakan yang murah, beberapa kali juga harus pindah kontrakan karena saya tidak sanggup bayar kontrakan, pekerjaan apapun saya kerjakan asal bisa menyambung hidup untuk makan dan bayar kontrakan, dari pedagang asongan, pengamen kreta listrik ekonomi jurusan Jakarta-Bekasi, hingga menjadi loper koran di Stasiun Kota. Ternyata Jakarta tak seindah yang saya pikirkan dan bayangkan. “ Sesekali lelaki itu menyeka keringatnya yang mulai mengering ter lap handuk tangannya.
“Hampir 2 tahun saya terlunta lunta di kota Jakarta, saya pun sempat di gelandang satpol PP ketika saya tidak mempunyai tempat tinggal alias tunawisma. Dalam hati ingin kembali kekampung halaman untuk merajut hidup sebagai petani, tapi saya sudah terlanjur berbohong kepada orang sekampung bahwa kehidupan saya di Jakarta sangat enak dan makmur, saat itu saya mudik ke kampung saya bergaya hidup ala metropolitan, saya malu bila terlihat miskin dimata orang kampung, yang mereka tahu saya hidup enak di Jakarta.  Kepura puraan kaya sayapun akhirnya ketahuan juga, waktu itu ketika saya menjadi pemulung sampah saya bertemu orang satu kampung, betapa malunya saya pada dia, sampai sampai saya tak berani lagi kembali kekampung akibat malu ini, mungkin sudah beberapa lebaran saya tidak mudik gara gara menanggung malu ini”. Ia terlihat sangat lelah, sesekali lelaki setengah baya itu ter enyuh, tatapan matanya kosong, entah dibuang kemana buah pikirnya.
“Dua tahun saya menjadi gelandangan, terlunta lunta dalam kejamnya kota Jakarta. Sesekali terbesit niat jahat dalam pikiran saya. Saya berpikir mencari jalan pintas untuk merampok atau mencuri, namun niat itu saya buang jauh jauh, biarlah saya miskin di dunia tapi tidak miskin di akhirat.” Kata kata itu terdengar sangat bijak di telingaku saat mendengar lelaki setengah baya itu bercerita.
“Setelah saya bertualang kesana kemari, akhirnya saya menemukan tambatan hati, wanita yang sekarang menjadi istri saya ibu dari anak saya. Ia mungkin wanita terbijak yang pernah saya temui, ketika semua memandang kebahagiaan dengan banyaknya materi tapi ia berbeda, ia menerima saya apa adanya, ia menerima saya beserta dengan kekurangan kekurangan saya. Ia pelipur hati dikala hati ini sedih dan lara, tempat saya mengadu ketika saya di selimuti keputus asaan. Telah banyak saya mengenal wanita tapi jujur kali ini saya katakan ia sangat berbeda, ia bijak di saat saya membutuhkan sentuhan bijaknya. Bersamanya saya memandang masa depan lebih optimis tidak pesimis seperti dulu, ia penyemangat ketika semangat saya turun dan mengendur. Namun kebahagiaan saya tidak berlangsung lama, setelah istri saya melahirkan anak saya yang pertama, saya mendadak terserang penyakit stroke, penyakit inilah yang membuat saya hampir putus asa dengan keadaan ini, untung saja saya masih mempunyai  istri yang sabar dan terus menyemangati saya untuk sembuh. Beberapa bulan ia merawat saya dengan penuh dengan kesabaran. Aktivitas berdagang saya berhenti total  semenjak terserang stroke, ketika saya terkena stroke hampir semua aktivitas saya lakukan ditempat tidur, makan, minum bahkan buang air besar saya lakukan ditempat tidur, namun istri saya dengan sabarnya merawat saya tanpa mengeluh sedikitpun. Kebutuhan kami sehari  hari semenjak saya tidak dapat dagang lagi ia penuhi dengan menjadi buruh cuci harian, sesekali ia juga membuat kue yang langsung ia dagangkan keliling gang gang sempit ibu kota.” Aku tahu Lelaki setengah baya itu berupaya tegar, namun air matanya tak tertahan lagi dan jatuh mengurai kesedihan hidupnya.
“Saya sangat beruntung mempunyai istri sesabar dia, beberapa kali terlintas dalam hati dan pikiran saya untuk mengakhiri hidup saya, bunuh diri. Saya berpikiran kalau saya sudah mati, saya saya berharap ia menemukan lelaki yang lebih dari saya, tidak menyengsarakan hidupnya seperti saya ini” Kembali air mata lelaki itu mengaliri kelopak matanya yang terlihat menua.
“Ini kali pertama saya dagang lagi setelah saya terkena stroke, saya paksakan untuk dagang karena istri dan anak saya yang masih kecil sedang sakit, tadi malam panas badan istri saya sangat tinggi, saya sangat khawatir, di katong tak satu rupiahpun saya kantongi uang, bahkan untuk membeli obat warung saja saya tidak mampu, melihat keadaan istri saya hati saya menjerit sedih tak terhingga, di tambah anak saya yang masih sangat kecil yang membutuhkan kasih sayang ibunya. Selepas subuh tadi saya nekad untuk berangkat keliling membawa dagangan, walau jalan saya masih tertatih tatih akibat penyakit stroke saya, saya berupaya untuk kuat dan tegar, walau sesekali saya merasakan nyeri yang tak terhingga di punggung dan kaki saya, saya tahan sekuat tenaga” Aku hampir menitikkan air mata mendengar kata kata lelaki setengah baya itu, begitu berliku dan sedihnya jalan hidupnya.
“Demi anak dan istri saya harus kuat melawan cobaan hidup ini, usaha saya hari ini mungkin tidak sebanding dengan pengorbanan istri saya yang selama ini dengan sabar merawat saya sewaktu saya sakit keras stroke. Mungkin ini yang bisa saya lakukan untuk istri dan anak saya, walau sampai sesore ini saya belum mendapatkan uang karena dagangan saya belum laku satu bantal pun tapi minimal saya sudah berusaha, mudah mudahan Allah mencatat  usaha saya ini.” Sambil memijit mijit kakinya yang mungkin pegal lelaki setengah baya itu terus bercerita tentang jalan hidupnya yang pahit.
Ku perhatikan lelaki itu hampir berputus asa, hal itu terlihat dari guratan guratan diwajahnya, di tambah tatapan matanya yang berbinar kosong. Mungkin ini perjalan yang berat dalam hidupnya , terserang sakit, istri dan anak sakit yang mengharuskan ia berjibaku dengan nasib dan sakit stroke nya. Lelaki yang sangat tegar, pandangan awal ku benar akan keniscayaannya, lelaki itu sakit seperti sakitnya pamanku dulu ketika ia masih hidup. Pamanku terserang stroke hingga mengharuskan dirinya kembali kepada sang Pencipta. Jalan hidup memang sangat berliku, kadang manis dan kadang pula pahit, kadang sedih terkadang juga gembira. Ketika kita di sudutkan dalam satu pilihan mau tidak mau kita harus menghadapinya. Pikiran ku menerawang perasaan lelaki setengah baya itu, kalau sudah sesore ini ia belum mendapat satu rupiahpun, mau dikasih apa anak istrinya yang sedang sakit itu. Ku buka amplop yang diberikan mahasiswa yang bimbingan tadi, dua lembar pecahan ratusan ribu ternyata isinya, lumayan banyak untuk sekali bimbingan proposal tadi siang, aku berpikir dan ingat bantal dirumah sudah pada bobol dan rusak jahitannya, aku putuskan untuk memilah milih bantal yang masih tersusun rapi di roda lelaki setengah baya itu, setelah lama memilih lalu aku putuskan membeli dua buah bantal dan dua buah guling, ku tanyakan harganya ternyata pas dengan isi amplop yang diberikan mahasiswa tadi, tanpa menawar aku langsung membalinya. Terlihat lelaki setengah baya itu tersenyum denganku, sambil menerima uang yang aku berikan, ia spontan saja memelukku sambil berkata terimakasih, aku tak bisa menahan haru ketika air mata lelaki setengah tua itu mengurai diantara pelupuk matanya, dengan eratnya ia memelukku sambil tak henti hentinya ia mengucapkan terimakasih kepadaku.
Tak terasa ban sepeda motor supraku telah selesai di tambal, saatnya untuk pulang, kulihat jam di tanyaku menunjukkan hampir setenga enam sore, ku ikat bantal yang habis ku beli di jok belakang, sambil mengucapkan salam kepada lelaki setengah tua itu, ku lajurkan sepeda motorku untuk hendak pulang ke Ujungharapan.

Kamis, 20 Oktober 2011

Kesedihan Hati Merpati

KESEDIHAN HATI MERPATI
Oleh : Muammar Khadafi

Sejak pohon cemara itu ditebang, ia pindah kepohon jampu depan rumahku. Disitu hari harinya ia habiskan dengan menyendiri, merenung, dan memandangi kawan kawannya yang masih bisa terbang.
Sebenarnya ia ingin terbang tinggi seperti teman temannya yang lain. Bermain, terbang tinggi, melayang layang dengan gembira. Tapi apa daya, sayapnya yang patah membuat ia tidak bisa terbang kembali. Ia terjatuh saat ia terbang, dikarenakan saat itu ia terbang dan menabrak dahan pohon yang kering. Darahnya mengalir, pembuluh daranya pecah akibat benturan keras itu. Syukur Tuhan masih menyayanginya, ia masih dapat bangkit dan mencapai pohon yang tinggi meskipun dengan tertatih tatih.
Pertama kali aku melihat burung itu disuatu sore pada saat aku sedang menyapu halaman rumahku. Ketika itu aku berpikiran burung itu sedang istirahat, belum berpikir bahwa burung itu sedang sakit. Baru pada kali ketiga aku tertarik untuk mengamatinya. Pada saat itu ia sudah ada dipohon jambu depan rumahku. Dengan bahasa batin ku coba menerka nerka mengapa sampai tiga kali aku melihat burung itu. Burung itu juga selalu merunduk seperti orang yang sedang menghadapi kesusahan hidup. Ketika ku hampiri ia hanya meneteskan air mata, mulailah aku faham penderitaan apa yang sedang ditanggungnya.
Terasa sekali ia telah banyak kehilangan harapan dalam hidupnya. Ketika ia masih sehat dulu ia bisa terbang menembus cakrawala bersama teman temannya. Ia bisa mengunjungi tempat tempat yang jauh meskipun harus pulang larut malam. Disana ia menyaksikan dunia baru, dunia angkasa yang luas tanpa batas. Kini ia kehilangan kesempatan itu, kesempatan yang membuatnya percaya diri akan masa depanya.
Ia juga kehilangan kekasih yang di cintainya. Kekasihnya kini telah mendua, pergi bersama pasangan barunya yang juga mencinyainya. Meskipun kekasihnya telah berjanji untuk saling setia dikala suka maupun duka, tapi perasaan hati tidak bisa dibohongi. Apa lagi ia sudah tidak memiliki apa apa lagi, ia tidak bisa terbang, ia tidak bisa lagi bebas mengelilingi angkasa menemani kekasih hatinya.
Sekarang ia hanya bisa menunggu, berharap kekasihnya datang dan sudi untuk mengunjunginya, mengobati rasa sakitnya. Ia tidak bisa berbuat banyak walau kekasihnya hinggap begitu dekat. Ia tidak mempunyai kekuasaan untuk mengalihkan perhatiannya, didekati ia lari, dijauhi ia menambah berat sakit hati.
Kekasihnya memang tidak bisa disalahkan. Dirinyalah yang pantas untuk disalahkan jika kekasihnya mendua. Ketika dulu kekasinya menggantungkan harapan kepadanya, tiba tiba ia menjauh. Disaat itulah kekasihnya yang kesepian tidak bisa menolak ketika ada merpati lain menawakan cintanya.
Saat kembali segalanya telah jadi lain. Kekasihnya ternyata tidak sedang main main, ia sungguh sungguh menerima cinta merpati ketiga. Bahkan sang merpati ketiga itu telah jadi pengawal setianya, kemanapun ia pergi, ia selalu berada dibawah bayang bayangnya, jika tidak hadir sebagi sosok yang nyata, ia hadir dalam batin hatinya.
Timbul kekecewaan mengapa ini harus terjadi? Timbul penyesalan mengapa dulu ia nyatakan cinta? Dalam penyeselannya ia berandai andai, andai ia dulu tidak meninggalkannya, andai dulu ia menyatakan cinta, kekasihnya pasti tidak meninggalkan dirinya. Baiklah, itu sudah terlanjur terjadi, sekarang, andai waktu itu ia mengucapkan aku sangat cinta padamu, mungkin kekasihnya akan setia menunggu sampai ia benar benar punya waktu luang dan tidak sibuk. Itupun sudah terlanjur dan tidak mungkin kesempatan itu bisa kembali lagi. Sekarang, andai saja ia kembali kepada kekasihnya satu menit sebelum merpati ketiga itu datang, tentu kekasihnya masih miliknya, atau, andai saja ia datang meskipun kekasihnya sedang berbincang bincang dengan merpati ketiga pada pertemuan pertama kalinya, ceritanya tidak akan sepahit ini.
Ia sungguh sungguh menyesal kanapa waktu itu ia terlalu memikirkan pekerjaan dan kesibukan, kenapa pada waktu itu ia tidak meluangkan waktu untuk kekasihnya meskipun dalam keadaan tertekan oleh tugas tugasnya.
Penyesalan yang tidak lagi berguna, dan sekarang tiba tiba saja ia merasa bersalah dan berdosa. Gara gara ditinggalkan, kekasihnya jadi sembrono dan memuaskan kekecewaannya. Banyak pantangan pantangan yang tidak smedrinya terjadi kini dilanggar. Tidak puas dengan hanya itu, kekasihnya melanglang buana, terbang kemana ia suka, sesuatu yang membuatnya semakin jauh dalam mengikuti kata hatinya. Ia menakutkan hal itu terjadi pada diri kekasihnya, ia takut kekasihnya lupa diri dan terjerembab di lembah comoohan dan kenistaan. Ia takut kepada Tuhan, karena kekasihnya begitu lantaran dirinya. Perbuatan yang menyebabkan orang lain menyimpang adalah dosa. Dosa itu akan terus ditimpakan pada dirinya selama kekasih yang dicintai belum juga berubah.
Kini perasaan bersalah itu bertambah. Betapa beratnya ia harus menaggung dosa jika kekasihnya tidak kembali kehidupannya seperti sedia kala. Kehidupan yang dicita citakan oleh sang bunda ketika ia lahir kedunia, kehidupan yang membuatnya terjaga disaat adzan berkumandang di telinganya, kehiduppan yang tidak hingar bingar dan membahayakan imannya, kehidupan yang membuatnya iri dan cemburu dengan kebajikan, bukan keburukan.
Dalam hari hari ia terus menyendiri, hampir saja ia bunuh diri karena beratnya beban perasaanny. Langit yang terbuka tampak tertutup dan mencekam, dunia yang luas menjadi begitu sempit, dan dihadapannya ia seperti melihat gumpalan gumpalan awan hitam yang siap menggilas dirinya. Semakin lama gumpalan gumpalan itu semakin membesar dan terus mendekat, dan dalam ketidak berdayaannya untuk menghindar ia hanya bisa menangis tersedu sedu. Tuhan, inilah ujian terberat Mu, atau ini baru sebagian kecil dari azab yang Kau timpakan kepadaku? Demikian rintihan merpati yang kesepian itu.
Ketiaka menyebut kata Tuhan, tiba tiba seperti ada setitik cahaya yang memberikan harapan, cahaya yang membesarkan hatinya untuk bertahan dalam memperjuangkan kebaikan. Dia ingat sekarang, meskipun kekasihnya mendua, tetapi masih mau mendengarkan nasehatnya. Ia akan terus menasehatinya, membimbingnya, dan membuatnya mengerti akan arti kehidupan yang sesungguhnya. Karena itu pula ia berat meninggalkannya. Bahkan, walaupun cinta yang diberikan oleh kekasihnya hanya separuh karena terpilah dua, dan walaupun berada dalam posisi sulit karena kebuntuan komunikasi, cinta yang sekarang diberikan kepada kekasihnya utuh dan sempurna, melibihi cinta yang sebelumnya.
Setangkup doa kemudian ia panjatkan. Tuhan, kutahu hidayah itu hanya milik Mu, kutahu hanya Engkau yang mampu merubah keburukan menjadi kebaikan, kutahu hanya Engkau yang mampu menghanguskan semua yang hidup ini menjadi abu. Berilah dia hidayah demi keselamatanku, jangan biarkan aku menghuni neraka Mu karena dia melupakan Mu. Tuhan, semoga Engkau menjawab doaku sebelum aku meng hadap Mu.
Dengan perasaan sayang dan iba kemudian kuseka air matanya yang menutup pandangan nya. Ia tidak boleh menagis.

Hypnoteaching

Hypnoteaching

Hypnoteaching itu apa sich?
Sederhananya hypnoteaching itu suatu upaya menurunkan frequensi gelombang otak sehingga peserta didik menjadi relaks dan lebih sugestif dalam menangkap nilai-nilai positif dari sebuah proses pengajaran.
Kita mulai dulu dari masalah gelombang otak, OK! Ada empat jenis gelombang otak:pertama, Beta (12 - 38 Hz). Pada kondisi beta seseorang berada dalam kesadaran penuh dengan pikiran sadar yang sangat dominan sehingga dia mampu mengerjakan beberapa kegiatan dalam waktu yang bersamaan seperti mengendarai mobil sampil bernyanyi dan mendengarkan musik. Kedua, Alpha (8 - 12Hz) Pada kondisi alpha seseorang fokus hanya melakukan satu kegiatan persis seperti orang berdoa, atau meditasi. Ketiga, Teta (4 - 8 Hz) Pada kondisi Beta seseorang dalam kondisi tidur dan bermimpi. Terakhir, Delta (0,5 - 4 Hz). Pada kondisi delta ini seseorang berada dalam kondisi tidur yang sangat pulas tanpa mimpi.
Terus hipnosis itu sebenarnya apa, ya? Hypnosis itu sebuah upaya bagaimana caranya bikin orang relaks dan santai atau nyamam sehingga gelombang otaknya menjadi turun dari Beta ke Alpha dan Teta. Kok repot-repot menurunkan gelombang otak, gunanya apa, sich? Oh, gunanya..begini, orang kalau berada dalam kondisi Alpha dan Teta lebih cepat menangkap informasi dan langsung tanpa hambatan disimpan dalam pikiran bawah sadar yang kekuatannya 80% berbanding 20% dengan pikiran sadar. Informasi yang tersimpan tadi selanjutnya dapat menjadi bentuk prilaku. kalau informasinya negatif prilakunya negatif demikian juga sebaliknya.
Ok, sekarang menjadi lebih jelas...dan hubungannya dengan mengajar gimana, ya? Pendeknya bagaimana seorang guru mengunakan bahasa-bahasa yang dapat membuat rilaks dan nyaman si peserta didik. Berarti ini menyakut ketrampilan berbicara dong...Yuuuuuuup 100% benar. Intonasinya diatur, maknanya persuasif penuh bujukan, kualitas vokalnya, pilihan katanya dll. Ketika si peserta didik berada pada gelombang otak alpha, saat itu si guru memasukkan affirmasi positif atau sugesti positif kepada pikiran bawah sadar si peserta didik.
Affirmasi itu apa sich..? Oh ya, affirmasi itu ucapan-ucapan positif untuk mengantikan nilai-nilai negatif dalam pikiran bawah sadar. Ada beberapa pantangan dalam membuat affirmasi: misalnya tidak boleh mengunakan kata "akan", dan kata-kata bermakna negatif seperti "tidak", "jangan" dll.
Ada cara selain hypnosis nggak? Ya ada lah, pertama bisa melalui upaya mengulang-ulang berkali-kali, kedua, tradisi keluarga dan lingkungan yang kuat, ketiga, ucapan dari tokoh yang penuh otoritasnya terhadap seseorang, keempat, emosi yang begitu dalam berbekasnya. Yang mana yang paling efektif dan efisien? Jawabannya ya melalui Hypnosis
Selamat datang kembali. Ketika Anda bersedia membaca artikel ini, membuktikan bahwa Anda adalah seorang guru atau pendidik yang memiliki dedikasi yang tinggi pada profesi Anda. Anda adalah seorang profesional yang memiliki visi mencerdaskan anak didik Anda. Lebih dari sekedar mencari status kepegawaian atau sertifikasi. Salut untuk Anda. Bravooooo……..
Berikut ini saya akan berbagi cerita tentang cara menyajikan materi pelajaran dengan sebuah teknik yang diistilahkan dengan “hypnoteaching”. Yaitu menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar. Sehingga perhatian siswa akan tersedot secara penuh pada materi Anda. Sama persis seperti ketika Anda yang laki-laki, ketika mengendara kendaraan di jalan. Kemudian tiba-tiba ada sorang cewek secantik Luna Maya menyebrang jalan dengan pakaian yang menempel lekat pada seluruh bagian lekuk tubuhnya. Sehingga tanpa Anda sadari perhatian Anda selama sekian detik akan tertuju pada cewek cantik tersebut. Betulkah demikian ? Bisa Anda bayangkan bila cewek cantik tersebut menghampiri Anda dan mengajak Anda berbincang. Seberapa kuat Anda berpaling dari cewek cantik tersebut ??
Atau serupa dengan Anda yang perempuan, ketika berjalan di sebuah shopping center kemudian melihat baju yang begitu anggun sedang terpajang di etalase sebuah toko pakaian. Atau sebuah papan pengumuman besar yang digantung di depan pintu toko, dengan tulisan Big Sale 75% Off. Berapa detik perhatian Anda secara spontan tersedot pada pajangan tersebut ? Bayangkan lebih lagi jika ada pramuniaganya yang ramah menyapa Anda dan berkata “silahkan ibu / mbak. Silahkan pilih yang ibu / mbak suka. Setiap pembelian 3 buah barang akan mendapat bonus voucher belanja senilai Rp 100rb”. Pertanyaan saya, Seberapa kuat Anda berpaling dari hal tersebut ?
Hal-hal yang sangat menarik bukan ? Ya itulah yang terjadi ketika sebuah pesan disampaikan melalui bahasa bawah sadar. Sehingga Anda akan memperhatikan dan enggan untuk berpaling. Anda merasa sangat senang dan bahagia ketika itu. Meski sebelumnya Anda tidak memiliki rencana untuk “memelototi” cewek cantik atau membeli baju.
Hal itulah yang bisa juga Anda lakukan pada anak didik Anda. Yaitu membuat mereka memberikan perhatian yang tinggi pada pelajaran Anda, bersemangat dan bahagia ketika mengikuti sesi pelajaran Anda. Bukan seperti kebanyakan yang sering terjadi. Mengikuti sesi pelajaran karena terpaksa dan tertekan.
Untuk melakukan hypnoteaching, hanya diperlukan langkah-langkah sederhana namun jitu. Seperti jurus bela diri tai chi yang lemah gemulai namun sangat power full untuk menghajar lawan.
Untuk menjadi ahli dalam hypnoteaching, diperlukan latihan yang wajib dilakukan sesering mungkin ketika menyajikan sesi pelajaran. Dengan menerapkan langkah-langkah dasar yang akan saya ceritakan berikutnya, Anda akan bisa setara dengan para trainer atau motivator top Indonesia, bahkan dunia. Seperti Anda ketahui, para motivator dan trainer SDM, selalu bisa membuat audience-nya antusias selama mengikuti sesinya. Disamping dapat memberikan stimulasi-stimulasi pencerahan, yang dapat menjadi bekal berharga pasca mengikuti sesi. Selain pula, …………….ssssssssssttttt…………..tarifnya muahaaaal.
Apakah Anda bersedia untuk meng-upgrade diri Anda menjadi semakin luar biasa seperti itu ???

Berikut ini adalah langkah-langkah dasar yang wajib dilakukan agar dapat menguasai jurus menjadi guru yang setara dengan motivator dunia. Langkah-langkah tersebut adalah :
1. Niat dan motivasi dalam diri Anda.
Kesuksesan seseorang tergantung pada niat seseorang untuk bersusah payah dan bekerja cerdas untuk mencapai kesuksesan tersebut. Niat yang besar akan memunculkan motivasi yang tinggi, serta komitmen untuk concern dan survive pada bidang yang Anda tekuni. Sehebat apapun metode yang saya ceritakan, sesukses apapun orang-orang yang telah melaksanakan teknik ini, tanpa niat yang besar dari Anda, maka Anda hanya menjadi Anda yang sekarang. Tidak bertambah dan berkembang kualitasnya. Sebaliknya, jika Anda memiliki niat yang besar untuk mempelajari dan melatih hypnoteaching, maka Anda akan membuktikan sendiri betapa dahsyatnya metode ini.
Saran saya, lakukan saja sesuatu yang Anda yakin akan dapat mengembangkan kualitas diri Anda. Termasuk hypnoteaching. Abaikan suara-suara dan perasaan-perasaan yang menghambat untuk maju.

2. Pacing.
Langkah kedua ini adalah langkah yang sangat penting. Pacing berarti menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan orang lain, atau siswa Anda.
Prinsip dasar disini adalah “manusia cenderung, atau lebih suka berkumpul / berinteraksi dengan sejenisnya / memiliki banyak kesamaan”. Mengertikah Anda tentang maksud saya ini ?
Misalnya Anda menghadiri sebuah pertemuan seluruh warga di tempat tinggal Anda. Dimana terdapat beberapa strata usia, diantaranya bapak-bapak, ibu-ibu, remaja, anak-anak. Misalnya mereka datang dari berbagai penjuru secara acak, dan kemudian dipersilahkan dengan bebas untuk memilih tempat duduk. Kira-kira apakah bapak-bapak, ibu-ibu, remaja dan anak-anak duduk secara membaur dan acak ? Atau mereka cenderung berkumpul sesuai usianya ? Bapak-bapak memilih untuk ngobrol dengan sesame bapak-bapak. Sedang ibu-ibu juga memilih melakukan hal yang sama. Remaja dan anak-anak pun akhirnya sibuk bercanda dengan sesamanya. Benar demikian ?
Belum lagi para penggemar sepak bola akan ngobrol seru dengan sesama penggemar sepak bola. Penggemar gossip pun akan berkumpul dengan orang-orang yang sama-sama suka gossip.

Secara alami dan naluriah, setiap orang pasti akan merasa nyaman dan senang untuk berkumpul dengan orang lain yang memiliki kesamaan dengannya. Seperti misalnya Anda yang berprofesi sebagai guru / pendidik. Jika Anda boleh memilih, pasti Anda lebih nyaman berkumpul dan ngobrol bersama sesama guru / pendidik meski dari usia yang berbeda-beda, daripada Anda berkumpul dengan para anggota DPR atau pengusaha pabrik yang kaya raya, atau mungkin para gembel. Jika Anda merasa nyaman berkumpul dengan orang pada golongan tertentu, hal tersebut berarti Anda memiliki banyak kesamaan dengan orang-orang dalam golongan tersebut. Coba anda renungkan………

Kesamaan-kesamaan diantara beberapa orang, akan memancarkan gelombang otak yang sama. Sehingga orang-orang dalam golongan itu akan merasa nyaman berada di dalamnya. Dengan kenyamanan yang bersumber dari kesamaan gelombang otak ini, maka setiap pesan yang disampaikan dari orang satu pada orang-orang yang lain akan dapat diterima dan dipahami dengan sangat baik.
Sama dengan siswa-siswa kita. Jika mereka membenci sesi pengajaran Anda, berarti gelombang otak Anda belum setara dengan mereka. Anda dan para siswa Anda belum “click”. Meskipun usia Anda jauh lebih tua daripada siswa Anda, namun gelombang otak dapat disetarakan dengan melakukan atau seakan-akan melakukan dan berfikir seperti siswa Anda.
Dalam hal ini, Anda wajib mengalah terlebih dahulu. Dalam arti Andalah yang harus menyesuaikan gelombang otak Anda pada siswa Anda. Bukan sebaliknya siswa Anda yang menyesuaikan gelombang otak Anda.

Cara-cara melakukan pacing pada siswa Anda :
• Bayangkan Anda adalah seusia siswa-siswa Anda. Disamping juga melakukan aktivitas dan merasakan hal-hal yang dialami siswa-siswa Anda pada masa SEKARANG. Bukan pada saat Anda masih sekolah dulu.
• Gunakan bahasa yang sesuai dengan bahasa yang sering digunakan oleh siswa-siswa Anda. Kalau perlu gunakan bahasa gaul yang sedang trend di kalangan siswa-siswa Anda.
• Lakukan gerakan-gerakan dan mimik wajah yang sesuai dengan tema bahasan Anda.
• Sangkutkan tema pelajaran Anda dengan tema-tema yang sedang trend di kalangan siswa-siswa Anda.
• Selalu update pengetahuan Anda tentang tema, bahasa hingga gossip terbaru yang sedang trend di kalangan siswa Anda.
Dengan melakukan hal-hal tersebut, maka tanpa sadar gelombang pikiran Anda telah sama dengan para siswa. Akibatnya adalah siswa-siswa Anda merasa nyaman untuk bertemu dengan Anda.
Jika hal ini telah terjadi, maka bersiaplah untuk melakukan langkah berikutnya.

3. Leading.
Leading berarti memimpin atau mengarahkan setelah proses pacing Anda lakukan. Jika Anda melakukan leading tanpa didahului dengan pacing, hal itu sama saja dengan memberikan perintah pada siswa Anda dengan resiko siswa Anda melakukannya dengan terpaksa dan tertekan. Hal ini akan berakibat pada penolakan siswa Anda pada diri Anda. Atau lebih kongkritnya adalah siswa Anda akan lebih senang dan gembira ketika Anda menderita sakit sehingga tidak dapat mengajar pada jam Anda. Maukah Anda menjadi guru yang demikian ?? Saya yakin Anda ingin sebaliknya.
Setelah Anda melakukan pacing, maka siswa Anda akan merasa nyaman dengan Anda. Pada saat itulah hampir setiap apapun yang Anda ucapkan atau tugaskan pada siswa Anda, maka siswa Anda akan melakukannya dengan suka rela dan bahagia.
Anda bagaikan kekasih bagi siswa Anda (bukan berarti melibatkan romantisme). Dalam arti, siswa Anda akan selalu menantikan sesi pelajaran Anda. Sesulit apapun materi Anda, maka pikiran bawah sadar siswa Anda akan menangkap materi pelajaran Anda adalah hal yang mudah. Jika siswa Anda yakin bahwa pelajaran Anda adalah mudah, maka sesulit apapun soal ujian yang diujikan, akan ikut menjadi mudah, dan siswa Anda akan dapat meraih prestasi belajar yang gemilang. Menakjubkan bukan ?

4. Gunakan kata positif.
Langkah berikutnya adalah langkah pendukung dalam melakukan pacing dan leading. Penggunaan kata positif ini sesuai dengan cara kerja pikiran bawah sadar yang tidak mau menerima kata negative. Contohnya adalah sebagai berikut, perhatikan kalimat saya berikut ini :
“Bapak – ibu guru sekalian. Saya minta Anda untuk jangan pernah sekali-kali membayangkan kelinci memakai topi. Saya ulangi lagi bahwa Anda tidak diperkenankan sama sekali untuk membayangkan kelinci memakai topi. Karena Anda saat ini benar-benar dilarang keras untuk membayangkan kelinci memakai topi. Sekali lagi saya ingatkan jangan pernah mencoba untuk membayangkan kelinci memakai topi”.
Apa yang terjadi ? Apakah Anda malah sempat membayangkan kelinci yang memakai topi ? Padahal saya telah bilang jangan pernah, tidak diperkenankan, dilarang keras, dan jangan pernah mencoba. Namun yang terjadi adalah Anda semakin membayangkan.
Jika Anda ingin lebih membuktikan hal ini, bacakan kalimat tersebut pada rekan kerja Anda, atau pada siswa Anda. Saya yakin akan banyak sekali yang tertawa terbahak-bahak, karena terbayang betapa lucunya kelinci memakai topi.

Itulah yang terjadi pada pikiran bawah sadar manusia, yaitu tidak menerima kata negative. Jika ada kata negative, maka yang diterima adalah kata dibelakang kata negative tersebut. Sedangkan kata negative-nya diabaikan. Misalnya kalimat “jangan ramai”, maka yang ditangkap adalah “ramai”. Maka yang terjadi siswa Anda malah ramai.
Anda bisa lakukan percobaan kecil pada anak yang berusia dibawah 5 tahun. Karena pada usia ini pikiran sadarnya belum terbentuk sempurna. Sehingga masih didominasi oleh pikiran bawah sadar. Ketika anak usia dibawah 5 tahun menangis, coba katakan “jangan nangis”, maka yang terjadi adalah ia menangis semakin keras.
Dalam hal ini, sebaiknya cari padanan kata yang positif. Misalnya “jangan ramai” diganti “tenang” atau “diam”.
Saya yakin Anda, sebagai guru pasti lebih kreatif dalam memilih padanan kata daripada saya.

5. Berikan pujian.
Pujian merupakan reward peningkatan harga diri seseorang. Pujian merupakan salah satu cara untuk membentuk konsep diri seseorang. Maka berikanlah pujian dengan tulus pada siswa Anda. Khususnya ketika ia berhasil melakukan atau mencapai prestasi. Sekecil apapun bentuk prestasinya, tetap berikan pujian. Termasuk ketika ia berhasil melakukan perubahan positif pada dirinya sendiri, meski mungkin masih berada di bawah standart teman-temannya, tetaplah berikan pujian. Dengan pujian, seseorang akan terdorong untuk melakukan yang lebih dari sebelumnya.

Dalam memberikan pujian, hindari pula kata penghubung negative. Misalnya : tapi, namun, cuma saja, dan lain sebagainya. Karena penggunaan kata-kata tersebut akan membuat pujian Anda sia-sia dan terkesan mengolok-olok.
Contohnya kalimat seperti ini :
“Adi, kamu itu anak yang pandai, ibu / bapak seneng sekali punya murid seperti kamu. Tapi sayangnya kamu kurang memperhatikan kerapian pakaianmu”.
Bayangkan jika anda sendiri dipuji orang dengan kalimat seperti itu. Pernahkah Anda dipuji dengan kalimat seperti itu ? Saya yakin pernah. Coba Anda ingat dan rasakan kembali pada saat anda dipuji dengan kalimat seperti itu. Dapatkah Anda rasakan seakan-akan Anda merasa bangga ketika awal kalimat itu diucapkan. Dan kemudian seakan-akan ada perisai besar dan tebal menyelimuti diri Anda, ketika kata “tapi” diucapkan ? Coba bayangkan kembali.
Jika pujian digabungkan dengan kritik atau saran, maka yang lebih tertangkap adalah bentuk penyerangan pada harga diri orang yang di puji. Bukannya meningkatkan harga diri, malah menjatuhkan. Memang ini adalah hal yang sepele dan sering terjadi. Namun efeknya sangat besar dalam system psikologis seseorang.

Cara untuk menghindari kata penghubung negative adalah dengan menghilangkan kata penghubung tersebut. Misalnya “Kamu sebetulnya adalah siswa yang pandai, sangat membanggakan. Akan lebih membanggakan lagi kalau kamu lebih memperhatikan kerapian penampilanmu”. Dengan demikian perisai pelindung harga diri belum sempat keluar, namun sudah keburu pesan perbaikan (kritik) masuk dalam program bawah sadarnya.

6. Modeling.
Modeling adalah proses memberi tauladan melalui ucapan dan perilaku yang konsisten. Hal ini sangat perlu dan menjadi salah satu kunci hypnoteaching. Setelah siswa menjadi nyaman dengan Anda, kemudian dapat Anda arahkan sesuai yang Anda inginkan, dengan modal kalimat-kalimat positif. Maka perlu pula kepercayaan (trust) siswa pada Anda dimantapkan dengan perilaku Anda yang konsisten dengan ucapan dan ajaran Anda. Sehingga Anda selalu menjadi figure yang dipercaya.

Sangat mudah bukan. Metode ini sangat dahsyat jika Anda terapkan pada siswa Anda. Atau jika Anda berkenan, Anda juga dapat menerapkannya pada rekan kerja Anda, istri/suami Anda, putra-putri Anda, orang tua Anda, tetangga Anda.
Sekali lagi saya ingatkan, bahwa metode ini sangat dahsyat mempengaruhi pikiran lawan bicara Anda. Terlebih jika Anda selalu melatihnya setiap saat. Namun jika artikel ini hanya Anda maknai hanya sebagai pengetahuan, maka Anda akan mendapatkan sebuah wacana yang luar biasa.
Akhirnya, saya mengucapkan selamat mencoba metode terdahsyat masa ini. Metode yang dapat membuat siswa Anda menjadi senang bersekolah, dan menjadi insan cerdas yang luar biasa.
Salam Sukses Dari Saya……..