Powered By Blogger

Jumat, 19 Agustus 2011

Atheis Versus Islamisme


Atheis ala Idiologi Evolusi Darwinisme versus Islamisme ala Idiologi Harun Yahya
Oleh
Mummar Khadafi

Sejarah menunjukkan bahwa semua kelompok anti agama mendasarkan Filosofinya pada pemikiran materialisme, yakni suatu faham yang menafikan adanya penciptaan. Dalam pandangan materalisme, alam semesta ini tidak diciptakan oleh Tuhan yang tak terbatas baik oleh ruang maupun waktu. Sebaliknya, mereka mengatakan bahwa materialisme telah ada sejak dulu dan akan terus ada sebagai sebuah satu kesatuan mutlak yang abadi
Faham materialisme sudah mengakar sejak zaman Yunani Kuno, namun baru berkembang luas pada abad ke-19. Gagasan yang mendasari faham materialisme adalah Darwinisme sebagaimana yang kita kenal yaitu “Teori Evolusi”. Teori ini berargumen bahwa kehidupan berasal dari materi yang mati dan terjadi secara kebetulan. Perkembangan terpenting yang membuat teori ini menjadi populer di dunia sains, yaitu dengan terbitnya buku karya Charles Darwin yang berjudul “The origin Of Species” pada tahun 1859. Dalam buku tersebut, Darwin menolak bahwa species yang berada di bumi ini diciptakan secara terpisah oleh Tuhan. Menurut Darwin, semua makhluk hidup memiliki nenek moyang yang sama, dan mereka berubah secara berangsur-ansur dalam kurun waktu yang lama atau berevolusi.[1]
Menurut Darwin, semua proses tersebut berjalan bagitu saja tanpa ada peran atau campur tangan Tuhan. Alam telah memiliki mekanisme tersendiri untuk mengatur kehidupan di dalamnya. Pemikiran tersebut muncul dalam pemikiran Darwin karena Ia adalah seorang penganut Agnotisisme, yakni suatu faham yang mengakui eksistensi Tuhan. Faham tersebut mirip sejalan dengan atheisme yang sama sekali tidak mempercayai Tuhan.
Menurut pandangan Darwin, seluruh makhluk di alam semesta ini harus senantiasa berjuang untuk mempertahankan kehidupannya (struggle for life) dengan ketentuan bahwa hanya makhluk yang unggul atau yang dapat beradaptasi dengan alamlah yang akan bertahan hidup (survival for the fittest) dan kemudian dapat melahirkan spesies baru. Sedangkan yang lemah dan tidak dapat beradaptasi dengan alam akan mati dan punah. Mekanisme tersebut dikenal dengan istilah seleksi alam (natural selection).
Harun Yahya dalam artikelnya yang berjudul ”Teori Evolusi, Jembatan Menuju Atheisme", Darwin melalui bukunya "The Origin of Species" telah menebarkan faham kesesatan yang berselimut keilmiahan. Sepintas lalu, teori Darwin sepertinya tidak memiliki dampak negatif apa-apa, kecuali sekedar sebuah teori dalam bidang Biologi dan Paleontologi. Akan tetapi sebenarnya, teori tersebut mangandung misi penyebaran faham Atheis atau Anti Tuhan.[2]
Sejarahpun membuktikan bahwa teori Darwin berkembang menjadi "Darwinisme Sosial", yakni penerapan maupun teori Darwin dalam berbagai aspek kehidupan manusia baik Sosial, Ekonomi maupun Politik. Karena tidak berpijak pada nilai-nilai religi, Darwinisme sosial kemudian hanya memberikan dampak buruk terhadap faham Realisme, Kolonialisme, Imprealisme, Kapitalisme dan Komunisme, teori Darwin melalui konsep struggle for life telah memberikan justifikasi ilmiah kepada orang-oarang zalim untuk melakukan tindakan penindasan dan pembantaian terhadap sesama umat manusia yang lemah. Hal ini terjadi antar ras-ras manusia, yakni antar ras yang proses evolusinya lebih sempurna melawan ras yang proses evolusinya belum sempurna.
Sebagai seorang Ilmuwan Muslim, Harun Yahya senantiasa berusaha menggagalkan dan menghancurkan tipu daya orang-orang Kafir dalam hal penyebaran faham anti tuhan (atheis). Melalui kajian ilmiah terhadap ayat-ayat Allah yang berupa alam semesta (ayat kauniyah), Harun Yahya berusaha membantah teori sesat Darwin dan faham-faham lain yang sejalan dengannya. Adapun metode yang digunakan oleh Harun Yahya adalah metode Tafakur Alam melalui pendekatan ilmiah.
Melalui metode tafakur alam, Harun Yahya berusaha merasionalisasikan eksistensi Tuhan sebagai pencipta dan pengatur alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, hal ini dirintisnya sejak tahun 1979. Hanya orang-orang yang tidak berakalah yang tidak mau mengakui eksistensi Tuhan. Dengan kata lain, metode tafakur alam yang dikembangkan Harun Yahya diorientasikan untuk membantah secara rasional dan ilmiah terhadap faham materialisme dan Darwinisme yang menyangkal eksistensi Tuhan melalui akal dan pikiran. Harun Yahya berusaha menanamkam keimanan melalui perenungan dan pengkajian terhadap alam semesta.



[1]   Harun Yahya, Kehidupan Dalam Kehidupan, Senayan Abadi Publishing, Jakarta, 2003 .hlm. 139.


[2] Lihat Saiful Hamiwanto dalam Artikelnya yang berjudul Ilmuwan-ilmuwan Pembuat Petaka Pada majalah Hidayatullah Edisi 04/XV/2002 hlm 75.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar