Powered By Blogger

Jumat, 19 Agustus 2011

Cerpen Untuk Faiz/Cerpen

Catatan Faiz 2
Muammar Khadafi

Rasa rasanya baru kemarin aku melihat derai air matanya saat ia menceritakan jalan cintanya yg berliku dan curam. Rasanya pula tintaku masih basah ketika menggoreskan jalan cerita cintanya, namun benar apa yg dikatakan para penyair bahwa cinta itu misteri yg penuh dengan tabir tabir kegaiban. Baru kemarin rasanya aku mendengar keluh kesahnya yg di iringi derai air mata yg tak berkesudahan ketika ia bercerita tentang tunangannya yg meninggalkan dirinya tanpa sebab sehingga membuat keluarga besarnya malu. "Kasihan abi umi mang,iz cuma mikirin beliau ajah", begitulah ujarnya kepadaku saat itu. Aku pun masih ingat ketika ia bercerita panjang tentang sahabatku Jaka yg pernah dekat dengan dirinya, saat itu ia hanya mempasrahkan diri dan jodohnya hanya kepada Allah. "Iz mah pasrah apa yg telah di gariskan tentang jodoh dan pendamping iz untuk kedepannya". Sebagai 'mamang' aku berupaya menjadi pendengar yg baik ketika ia berkeluh kesah atas semua masalah yg sedang di hadapinya. Tak banyak nasehat yg ku berikan kepadanya, namun sesekali aku memberikan dorongan dan motivasi atas semua problemanya.
Kini ia terlihat cantik dan serasi di pelaminan itu, semua jalan cintanya yg dahulu merana dan sedih kini terbayar pada saat ini, hari inilah yg ia impi impikan sejak lama, pernikahan sederhana namun berkesan, aku jadi ingat ketika ia bercerita tentang pernikahan padaku ketika kami masih PPLK, ia berujar ingin mempunyai keluarga yg sakinnah mawaddah dan warahma, saat akadnya pun klo bisa sesederhana mungkin namu khidmat, begitulah ujarnya. Kini, keinginan dan harapannya telah terkabul atas doanya yg memang ku tau ikhlas. Para tamu yg datangpun seakan mendoakan semua hajat dan kebahagiannya, tak sedikit pula teman kampuz yg hadir. Kini ia telah bahagia, kini ia telah bersanding di pelaminan dengan lelaki yg di pilihnya, rasa rasanya aku ikut berbahagia atas pernikahannya hari ini, tak kulihat lagi faiz yg sedih, tak ku lihat lagi faiz yg muram karena urusan cinta, mungkin pula aku tak akan pernah lagi mendengar keluh kesahnya.Wajahnya mekar tanda bahagia, serasa ia menjadi ratu dan raja pada singgasana pelaminan itu.
Catatan ku ini menyertai kebahagianmu hari ini, keponakanku faiz ini adalah awal dari sebuah perjalanan panjang, taatilah suamimu seperti engkau mentaati Tuhan mu, sebab ia adalah imammu, ridhonya suami atas istri adalah surga untukmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar