Powered By Blogger

Minggu, 21 Agustus 2011

Jalan Cinta Zubair Murikh/Cerpen 2

Jalan itu bernama kesediham
Muammar khadafi
Ketika masih menjadi mahasiswa Islamad University ia adalah seorang aktivis muda yg sangat diperhitungkan namanya dikalangan mahasiswa asing,bahkam tidak sedikit ukhti yg menyatakan cinta kepadanya saking tertarik oleh kepribadiannya. Namun semua itu ia tolak atas nama komitmen yg ia telah buat oleh gadiz yg ia cintainya. sebelum berangkat ke Pakistan bahkan dirinya diantarkan oleh gadis itu dengam air mata yg berlinangan.ia berucap janji bahwa ia akan menungguinya sampai ia menggondol gelar sarjana dari Pakistan.namun janji tinggal janji, gadis itu tidak sanggup menepati janji yg telah terucap. ia mengkhiyanati janji yg diucapkan oleh dirinya sendiri. ia menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya. gadis itu pun sempet menulis surat kepada dirinya yg berisikan kesedihan dan air mata. semenjak pengkhiyanatan itulah ia tidak mau mencari cinta lain. bahkan diantara kegalauan hatinya ia sempat ikut bersama ikhwan mujahiddin afgan untuk berperang dan mengangkat senjata. keputusan itu ia ambil untk menghibur kedelaraan hatinya karena ditinggal kawin oleh gadis yg selama ini ia cintai. Pengalaman yg jarang ia dapat kan ketika ikut berperang dengan ikhwan afgan.
sesekali itu pula dalam libur panjangnya dalam masa kuliah di Islamabad University ia menjadi porter haji di KBIH Indonesia, saat itulah nama dirinya mulai dikenal dikalangan jamaah Indonesia karena kecekatannya dalam membantu jamaah haji yg mengalami kesulitan ditanah suci. Ia bahkan menjadi buah bibir para jamaah haji muda khususnya jamaah putri karena kebaikan hatinya.Seluruh hatinya dicurahkan dengan kegiatan kemahasiswaan dan keagamaan, dengan hal itulah mungkin ia melupakan sakit hatinya dengan gadis yg ia kenal di pondok pesantren Attaqwa. ia bahkan berkomitnen dan beridialisme bahwa dia tidak akan menjalin benang cinta karena itu hanya menyakitkan hatinya saja. Hal itulah yg membuat para ukhti dikalangan masiswa Islamabad takut mendekatinya walaupun hanya niat taarufan kepada dirinya. Waktu tinggal waktu, selepas ia kembali dari Pakistan ia pun aktif di Yayasan Attaqwa, ia menjadi guru disekolah Attaqwa, selain itu ia pun aktif mengelola radio amatir Attaqwa bersama sama para alumni Abituren Attaqwa, dalam kesibukan itulah tak jarang ia pulang hingga larut malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar