Powered By Blogger

Minggu, 21 Agustus 2011

Jalan Cinta Zubair Murikh/Cerpen 3

Perjalanan cinta itu
Muammar khadafi
Saat itu wajahnya terlihat sangat pucat, entah apa yang ia rasakan sekarang wajahnya yg biasanya berbinar kini pucat pasi. Ia masih tergeletak lemah tak berdaya di ruangan itu. Mungkin rasa sakit yang ia rasakan sekarang. wajah itu yg mengatakan bahwa ia sedang kesakitan dan mencoba menahan sakit yg tak terhingga. langkah kakinya lunglai tidak bertenaga, tubuh yg dahulu gemuk dan subur kini kurus tak berisi. Ia masih saja menyendiri antara ruangan yg penat dan pengap. sudah tiga hari ia diruangan itu di temani obat obat yg ia beli satu minggu yg lalu. Dahaknya berceceran di ruangan kamarnya membuat suasana menjadi terlihat jorok dan berbau tidak karuan. Hati kecilnya lirih, mungkin ia sedang meratapi nasib dirinya yg malang. Ia mulai bosan dengan ruangan yg kini menjadi sumpek dan bau. Sesekali ia terbatuk batuk yg diselingi oleh dahak dan darah. sesekali itu pula ia melihat laptopnya yg terlihat program wordnya. Disaat sakitnya masih saja ia menyelesaikan tugas tulisan yg akam terbit di harian lokal Bekasi. semenjak ia pulang dari Pakistan ia memang di minta sebagai Penulis bebas di harian itu. Bakat menulis memang ia pegang sejak ia bermukim di pondok, bahkan selama di pondok ia tak jarang di minta untuk menulis ceramah muhadhoroh. Entah berapa sajak, syair dan puisi yg telah lahir dari tangannya kreatifnya, bahkan lagu gubahannya menjadi lagu wajib perpisahan dipondoknya. Ia memang berbakat menjadi pujangga, bahkan ia dijuluki kahlil gibrannya pondok, namun dengan kerendahan hatinya ia mengelak julukan itu katanya teman teman di pondoknya terlalu hiperbola menjulukinya seperi itu.Ia masih saja memikirkan istrinya yg kini meninggal dirinya entah kemana. surat cerai yg ia terima masih tergeletak di meja kamarnya ditemani obat dan buku bukunya yang menumpuk dan berserakan tidak beraturan. sesekali itu juga ia termenung diantara kamar yg mulai senyap. Kesedihan hati terus ia rasakan, namu percuma ratapan tangisnya tak akan membuat istrinya, Masitoh kembali kepelukannya. mungkin Masitoh kini telah melupakan dirinya, tak ada kabar dari dirinya , ia hilang bagai tertelan bumi, hingar bingar dunia telah ia tinggali. Sesekali teman lama lelaki itu itu menemuinya untuk sekedar menghibur dirinya dari kesepian, bahkan pada tahun itu yg menjenguknya adalah orang nomer satu di Kabupaten Bekasi. Zubair Murikh yang malang kini kau mati dalam kesendirian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar