Powered By Blogger

Jumat, 19 Agustus 2011

Perempuan Berkerudung Panjang/Cerpen I

Perempuan Berkerudung Panjang
(Muammar Khadafi)

Telah lama aku merangkai hati ini yg dahulu luluh lantah berkeping keping.Hampir hampir saja hati dan perasaan ini mati rasa. Hati yg berigi dan mengkarat, cinta memang membuat hati ini nestafa.Pikir ku terus menerawang jauh diantara langit yg tak bertepi dan samudra yg tak berdasar. Hari ini cinta bagai kemewahan yg hanya layak dimiliki raja dan permaisuri, jiwaku yg juhud ini seoalah tak layg memiliki getar fasih cinta. Wanita dan perempuam arif seolah terjangkit penyakit hati. Sampai kapan aku menata hati ini yg hancur tak berbentuk. Saat aku tuliskan sajak wanita jingga surgawi, saat pena pena dan tintaku hampir habis untuk mensyairkannya, aku masih saja di mabuk akan wajah datarnya. Bulughul maram ku belum selesai ku baca, baru sampai pertengahan tepatnya baru sampai bab shaum, puasa. Namun mata ini belum bisa di pejamkan, kitab kitab berserakan dikamar, semua itu baru ku baca beberapa halaman saja sebagai bahan referensi tulisanku yg harus terbit ahad depan. Aku sudah di kejar deadline oleh editornya. Jam dinding sudah menunjukkan hampir jam tiga, jam tiga kurang lima belas menit. Ku putuskan untuk mendirikan qiyamullai, salat malam. aku berharap setelah mendirikan salat malam hatiku lebih tenang tidak gelisah seperti ini. Dalam salat ku benamkan khusuk ku, ku landaikan doa dan zikirku seraya bermunajat atas segala keluh kesahku.Tak terasa hari sudah hampir subuh, fajar shadik hampir mengemuka, toa mushalapun sudah berbunyi, dengan suara yg parau kong Toha membangunkan jamaahnya untuk salat berjamaah subuh.Tak berapa ku akhiri zikir dengan doa sapu jagad, aku bersiap siap untuk berangkat ke mushalah.
Hatiku masih saja gelisah, buah pikirku adalah perempuan itu, perempuan yg ku temui di talim kiai Idris, senyumnya mengurai bagai sungai sungai surgawi, wajahnya yg teduh menandakan ia istiqomah menjalankan perintah agamanya. Alangkah elok dan rupawan paras wajahnya, bagai paras biduwanita gambus kampung sebelah, Kalsum. Hari itu aku baru pertama kali melihatnya di talim kiai Idris. Hatiku berdebar dan bergetar ketika aku memandang wajahnya, parasnya seoalah menguras iman dan keyakinanku di hati ini. Perempuan berkerudung panjang, engkau telah menggetarkan hati ini yg telah lama tak berdetak. Engkau adalah embun di saat hati ini dahaga akan cangkir candu cinta. Wajahmu telah ku pahat didalam hati yg berigi ini, sampai cinta ini menjadi purba. Hati dan debaran jiwa ini terus menyematkan namamu diantara bulir bulir tasbih cintaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar