Powered By Blogger

Jumat, 19 Agustus 2011

Perempuan Berkerudung Panjang/Cerpen4

Perempuan Berkerudung Panjang
(Muammar Khadafi)

Telah ku pasrahkan beberapa bagian hatiku kepada mu. Sampai hati ini menjadi ikhlas, kusemaikan kesabaran keikhlasan atas namamu. Pada pengajian itu engkau begitu megah dan agung, bagai putri Salwa yang turun dari raudhatul jannah nya Allah, namun aku melihat lelaki di sampingmu. Lelaki itu sangat aku kenal baik,ia temanku saat aku nyantri di pondok Kiai Idris, ustd Yahya, murid kesayangan Kiai Idris. Selentingan kabar engkau mejalin kasih dengan ustd Yahya, pada awalnya aku tidak mempercayai kabar itu, tapi setelah pertemuan itu aku mulai yakin bahwa Yahya lah pilihanmu, oh ternyata ia pilihan hatimu, ia memang lebih arif dan bijaksana dibandingkan aku yang hanya seorang anak petani, ia lebih soleh dan alim jika dibandingkan aku yang hanya guru ngaji kampung. Aku bukanlah apa apa, jika dibandingkan Yahya ustad yang menguasai beberapa kitab syarah kuning, sedangkan aku! kitab Nuruzhalam saja belem khatam. Wahai wanita yg berkerudung panjang, telah aku ikhlaskan dan ku relakan hati ini atas cintamu kepada Yahya sahabatku. Mungkin ia pilihan terbaik atas cintamu yang ku tahu suci. Ku agungkan namamu  atas nama cintaku, tapi kini telah kuridhoi dirimu dengan Yahya sahabatku, ia orang yang baik seperti yang selama ini aku kenal ia sebagai sewaktu di pondok. Aku ikhlas jika kamu jatuh ketangan ustd Yahya, yakinlah bahwa ia benar benar pilihan jiwamu.
Masih aku ingat ketika kita bertemu diwalimahan Siti sahabat almamaterku di Unisma, aku begitu kaget ketika engkau datang dengan sahabat karibku Yahya, terlihat engkau begitu serasi berdampingan dengau ustd Yahya, dan aku hanya duduk terdiam diantara bangku bangku tamu yang membisu, walau engkau dan aku sesekali mencuri curi pandang. Di bawah lagu yang sedang dinyanyikan biduwanita yang bernyanyi di atas panggung, lagu ghuli ghuli, lagu favoritku ketika masih nyantren dipondok. Aku bahkan masih ingat ketika itu aku rela bolos dan kabur dari asrama pondok kekampung sebelah demi mendengarkan biduwanita favoritku menyanyikan lagu itu, walau harga yang harus ku bayar sangat mahal karena setelah itu aku harus berhadapan dengan bagian keamanan pondok, dan aku kena hukuman botak. Tanpa banyak kata aku dihadapanmu, tanpa kata tanpa makna, walau aku tahu engkau memberiku senyum basa basi, tapi hatiku sudah terlanjur muram ditimpa kehadiranmu bersama ustd Yahya. Aku pun memutuskan pamit dari pesta walimahan itu, kepergianku di iringi lagu magnun yang dinyanyikan sahdu oleh biduan panggung. Aku pulang bersama kecewa yg bersemayam di dalam relung jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar