Powered By Blogger

Minggu, 25 September 2011

Izinkan Aku Untuk Mencintaimu dengan Sederhana

Izinkan Aku Untuk Mencintaimu dengan Sederhana
Muammar Khadafi

Derai derai langkah telah kita lewati bersama, dalam suka maupun duka kita bersama, dalam tawa maupun dalam air mata, betapa mulianya cintamu atas diriku membuat aku beritikad untuk menjaga cinta ini agar tetap suci dan quddus. Sampai tua, sampai jiwa ini renta dimakan waktu, sampai takdir memisahkan kita, sampai air mata menjadi perpisahan jiwa. Mungkin engkau masih ingat diantara tawa dan air mata yang menemani langkah kita dulu, diantara susah dan sedih, diantara susah senang kita bersama, saat kita makan sepiring bedua, saat yang kita makan hanya tahu-tempe dan engkau hanya tersenyum sembari memakannya, saat itu tahu engkau katakan enaknya seperti daging, aku mendengar kata kata itu hati ku begitu sedih dan miris, tak terasa air mata ku jatuh dari peraduannya, betapa sedih dan susahnya kita, hatiku menjerit dan muncul dibenakku ‘Betapa menderitanya kamu hidup bersamaku hingga engkau merasakan susah bersamaku’. Engkau begitu mulia, hatimu begitu tulus, karena engkau menerima ku dengan segala kekuranganku, aku masih ingat saat kita berjalan bersama padahal aku tidak mengantongi uang 'sepeser' pun, kukatakan itu dengan berat hati didepanmu dengan jujur  dan apa adanya, walau dalam hati ku sedikit  malu untuk mengatakannya didepanmu, tapi betapa luasnya hatimu, betapa tulusnya hatimu  engkau hanya membalasnya dengan senyum yang kutahu ikhlas, lalu engkau besarkan hatiku dengan mengatakan ‘Jujur adalah dasar dari suatu hubungan, aku sangat menghargai kejujuran hatimu akan keadaan susahmu, bagiku engkau punya uang atau tidak itu tidak mengurangi rasa cintaku padamu’. Betapa kaget aku mendengar kata kata itu keluar dari mulutmu yang bijak, aku hampir menangis dan menitikkan air mata mendengar kata katamu saat itu. Dalam dimensi cinta yang hampir dimakan jaman, dimana cinta dihitung dengan rumus matematik dan logaritma, ketika cinta hanya dihitung dengan banyaknya materi, tingginya jabatan atau latar belakang keluarga priyai atau tidak, tapi engkau mengindahkan dan mengenyampingkan semua itu, betapa mulianya hatimu, dan sangat beruntungnya aku memilikimu. Dalam hati aku hanya bisa berkata, maafkan cintaku atas segala kekuranganku untuk mencintaimu, dengan segala kekuranganku aku menyayangimu, maafkan cintaku aku hanya bisa mencintamu secara sederhana, aku memang tidak punya harta yang berlimpah,  jabatan yang tinggi, dan aku juga bukan dari keluarga priyai, aku hanya mempunyai cinta yang sederhana. Dengan sederhana aku mencintamu, dengan ikhlas tulus aku mencintaimu. Mudah mudahan engkau dapat memahami keadaanku wahai cintaku, mungkin bagi kebanyakan orang aku begitu naif, mencintai hanya bermodal kesederhanaan, motor tidak akan jalan tanpa bensin, begitu pula dengan cinta, cinta tidak akan jalan tanpa adanya harta, namun ingatlah dengan kesederhanaan inilah aku mencintaimu, mencintai karena bentuk  fisik, cantik atau tampan, bila cantik tampan hilang cinta akan hilang pula, cinta karena harta dan jabatan bila harta telah habis dan jabatan telah lewat waktunya cintapun akan hilang entah kemana, namun cinta kerana kesederhaan akan tetap abadi, karena ia sudah terbiasa akan kesusahan, terbiasa akan air mata dan derita. Begitulah esensi cinta sederhana yang aku fahami, aku harap engkau memahami akan esensi ini dan tidak akan lelah mencintai dan memahamiku secara sederhana. Bila ranting mencintai dahan secara sederhana, aku ingin seperti ranting itu mencintaimu dengan sederhana, bila malam mencintai bintang dengan sederhana aku ingin halnya seperti itu jua. Cintaku menjalin  perasaanku, tanpa cela dan fitnah aku mencintaimu. Garis duka kesedihan dulu akan menjadi memori kita bersama diwaktu nanti, saat malam itu, ketika aku tanpa uang dan engkau hanya tersenyum menyikapi keadaanku, kita berjalan bersama diantara temaramnya lampu jalan raya, ditemani sorot bintang dan bulan yang mulai  habis rembulannya, kita bercerita akan diri masing masing, sesaat aku terpana akan kesempurnaan mu, aku hampir terbius suasana malam namun engkau dengan kemuslimahanmu mengingatkan aku bahwa kita jangan mengotori cinta yang selama ini kita jaga, yang tulus dan suci agar terhindar akan nafsu, ku ucapkan istighfar atas sikapku kepadamu malam itu, tak lupa aku berterima kasih untuk sikapmu yang memperingatkan aku akan bahaya godaan setan. Betapa beruntungnya aku dapat memilikimu, mungkin engkau adalah anugrah terindah yang pernah aku miliki, engkau adalah nikmat yang tak terkira atas hidupku, engkau penyempurna atas segala kekurangan kekuranganku. Sampai hati ini berhenti bergetar dan berdebar, sampai hati dan jantung ini lelah memompa darah mengalirkan kepembuluh pembuluh nadi, sampai cinta ini menjadi usang ku sebut dan zikirkan namamu atas asma Nya yang maha agung didalam hatiku. Derai derai air mata tak terasa mengalir dari peraduan bila mengingatmu, saat yang indah saat yang elok,  dimana hari hari terasa berjalan merambat bila kita lalui bersama, mungkin hatiku telah terbelenggu akan rantai rantai asmaramu, wajah dan senyummu terukir dan terpatri dalam setiap dinding benakku, engkau begitu agung seagung Tembok ratapan di tanah Yerussalem, engkau begitu suci bagai Masjidil Aqsa di tanah Palestin, aku hampir kehabisan kata kata untuk mengungkapkan kecintaanku padamu, sampai hati ini berhenti memujamu, sampai mata ini lelah memandangimu, mungkin ini yang dikatakan orang akan makna cinta, mungkin ini yang dirasakan Gibran dan Rummi saat ia jatuh cinta. Ketika kata menjadi syair dan prosa, ketika perasaan menjadi rangkaian emosi jiwa, dimana ada engkau disitulah aku menjelma atas namamu. Aku bagai terombang ambing dalam samudra cinta yang maha luas, dimana bahteraku hampir goyah di hantam ombak dan badai asmara, sampai hati ini nestafa. Wahai wanita yang berhijab, dimalam ini ku tumpahkan semua perasaanku atas namamu, wahai wanita berhijab dimalam ini dimana aku ditemani kesendirian aku curahkan akan perasaanku yang maha luas bagai semesta, cintaku merangkai perasaan atas dirimu yang maha lembut, ku istighfarkan hatiku kedalam mazhab cintaku yang maha luas, dalam mimbar dan altar cinta ku serahkan jiwa ragaku atas hijabmu yang menyucikanmu atas segala fitnah dunia, wahai wanita berhijab, demi bumi yang ku pijak dan langit yang senantiasa ku junjung ku jujurkan hatiku untuk mencintaimu dengan segenap rahman dan rahhimku. Sampai hidupku terhenti untuk mencintaimu wahai wanita berhijab, demi para Nabi yang senantiasa menjaga pesan dari sang maha kuasa, aku adalah debaranmu, aku adalah getaranmu, kita berpadu dalam paduan kasih sayang hingga ajal menjemput jiwa, sampai Ijrail menyampaikan pesan, bahwa kita akan dipisahkan, aku ikhlas meninggalkanmu bila aku sudah menghalalkanmu atas nama Allah yang maha suci, memuliakanmu dengan tali pernikahan, sampai engkau menjadi ibu dari anak anaku, dimana engkau akan mendidiknya dengan agamamu, menjaganya dengan segala kesederhanaan, karena itulah esensi cinta kita, mencintai dan menyayangi dengan sederhana, dan izinkan aku mencintaimu dengan kesederhanaanku.

Rabu, 21 September 2011

Persahabatan


Persahabatan
Muammar Khadafi

Mungkin ini malam atau hari terindah dari kami, sepanjang malam dan sepanjang hari kami tertawa bersama, bercanda, bersenda gurau diantara sahabat sahabat yang sudah tidak bertemu lama, walau bilangan kami kurang lengkap karena tidak semua teman tidak dapat hadir tapi kami terus tertawa dan bercanda. Walau hatiku masih ada yang mengganjal selepas marahnya sahabatku Beni, aku tahu dia marah padaku, diamnya dia bisa ku tafsirkan ia marah sekali padaku malam itu, aku bahkan sudah mengirim pesan permohonan maaf lewat sms tapi ia belum membalasnya, mungkin ia marah besar padaku. memang mungkin aku yang salah, mungkin aku yang tak mengerti akan sikap ia selama ini, tapi entahlah, mungkin aku kurang memahami kawanku yang satu itu. Aku sempat kaget ketika ia meremas ‘keripik aceh’ didepan mata dan kawan kawanku, seolah ia sudah tidak menghargai pertemanan kami yang sudah terbina hampir tujuh tahun, aku kaget,temanku Samsul apalagi, Samsul malah bertanya kepadaku ‘Kok Bang Beni kaya gitu ke abang?’, aku hanya bisa menggelengkan kepala. Jujur aku sempat tersinggung dengan perlakuannya ke aku malam itu, tapi aku dapat memaklumi dan memahami sikapnya ke aku. Di setiap kata bercanda diantara kami ia hanya terdiam dan sesekali ia hanya memainkan hp nya. Hampir tujuh tahun aku mengenalnya, hampir tujuh tahun itu juga aku menjadi sahabatmu, bahkan aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri seperti kawan kawanku yang lain, tapi betapa kecewanya aku atas sikapmu malam itu. Memang aku memenuhi undanganmu untuk bermain Badminton, tapi jujur aku katakan bukannya aku tidak menghargai ajakanmu tapi aku sedang menikmati kebersamaan bersama teman teman yang memang jarang kita berkumpul,  bercanda dan bersenda gurau. Bila engkau melihat foto foto ini mungkin engkau akan tahu betapa pentingnya arti sahabat bagiku.


Dulu dalam masa lalu, saat kita masih berseragam putih abu abu, saat kita baru mengenal cinta, engkau datang menjelma sebagai sahabatku, kemana saja kita bersama, berdua, dalama duka, lara dan air mata, makan pernah sepiring berdua, naik gunung bersama, bersenda gurau dalam kawan dan arti sahabat. Engkau adalah sahabat merangkap saudara bagiku. Keceriyaan malam ini dan hari ini terasa kurang tanpamu kehadiranmu kawan, ketika kita hampir ditepi jalan kedewasaan mungkin kita akan merindukan masa masa ini, saat kita bersama, tertawa, bercanda, bercerita tentang masa lalu yang manis, maupun yang pahit, membahas cinta monyet, bercerita tentang cinta dan air mata, tentang bahagia, atau bahkan tentang nestafa. Aku benar benar terkaget tadi malam melihat sikapmu kepadaku, tapi aku berupaya untuk untuk memahamimu. Sepanjang malam aku, Arif, Jelly, dan Samsul bercanda, tapi hatiku masih merasa bersalah kepadamu. Aku berinisiatif meminta maaf terlebih dahulu padamu ‘toh’  tak ada ruginya bila aku yang meminta maaf duluan, kemulian seseorang tidak akan berkurang bila ia meminta maaf dan memaafkan antar saudaranya. Aku jadi ingat ketika engkau sempat meledekku tentang tulisan tulisanku didepan teman temanku, sekarang giliranku untuk menulis garis pertemananku padamu. Perlu engkau ingat tulisan tulisanku adalah bentuk manifestasi cintaku kepada tema teman, sahabat sahabat, atau saudara saudaraku, yang ku katakan dalam tulisan tulisanku adalah jujur, ‘real’, dan nyata. Tanpa dibaat buat, yang aku rasakan, ku tulis dan ku ceritakan tentang perasaanku itu, aku jadi ingat, ketika engkau berkata ‘Loh buka aib orang Bet dengan cerita cerita itu’, saat itu referensi mu adalah cerita Jelly, tapi begitulah aku, aku tak akan mengganti nama, kejadian dan setting tempat. Semoga suatu saat mungkin engkau akan tahu arti sahabat, dan mengajarkan aku mengenai arti sahabat itu.
Aku harus banyak banyak belajar mengenaimu kawan, agar aku tidak lagi membuatmu marah seperti marahnya engkau malam itu, mungkin tujuh tahun belum cukup aku mengenalmu secara dalam, mungkin tadi malam aku terlalu sombong, aku terlalu sombong kerena aku sudah merasa mengenalmu kawan hingga membuat engkau begitu marahnya kepadaku. Aku masih menyimpan kebersamaan kita, dimana kita bersama dalam setiap langkah dan benakku kawan, dalam cerita SMA kita bersama, bahkan ada yang mengatakan bahwa kita kembar di waktu SMA, walau harus aku katakan dengan berat hati bahwa aku dan kau bagai langit dan bumi. Aku terlalu kecil bila disandingkan kau, apalah aku ini, Muammar Khadafi hanya seorang anak penjual sayur yang lahir dari anak seorang petani, sedangkan kau, siapa yang tidak mengenalkau, anak seorang yang terpandang di kampungku, siapa yang tak kenal Haji Bai, seluruh  Ujungharapan sudah pada tahu. Tak pantas dan tak elok bila aku disandingkan denganmu kawan, dalam hatiku jujur aku katakan minder aku berkawan dengam. Maaf kan aku kawan dengan kekhilafan sikap dan perbuatanku tadi malam, maafkan pula bila aku sudah lancang menulis tentang dirimu, tapi inilah aku, mudah mudahan tulisan ini membuktikan bahwa aku sudah menganggapmu sebagai kawan, kawan bagiku sahabat, sahabat bagiku saudara,mungkin suatu saat engkau akan tahu bagai mana rasanya bila saudara marah kepada saudaranya. Sekali lagi aku memohon maaf kawan, kau boleh menampar pipiku kawan, engkau boleh mencaciku kawan, tapi aku pinta satu padamu jangan marah padaku, sebab hatiku terasa sakit sekali bila engkau marah padaku, marahnya seorang sahabat kepada sahabatnya lebih buruk dari kematian.

Ketika Surga Menjadi Sepi

Ketika Surga Menjadi  Sepi
Muammar Khadafi

Dalam kelamnya hari hari ia masih saja memikirkan masa lalunya yang begitu pahit, ia masih termenung sendiri dalam kelamnya jiwa yang hampa. Entah apa yang ia pikirkan, mungkin ia dan Tuhan yang tahu. Hakikat cintanya yang dahulu begitu manis kini menjadi pahit, kadang kala pula rasanya begitu hambar, mungkin ini yang dinamakan metafora cinta yang menjadi tanpa rasa. Aku berupaya menyelami pikirannya yang terus menerawang jauh diantara langit langit yang tak bertepi, samudra yang maha luas, jagad raya yang maha semesta. Ranting pohon kini mulai menguning, dahan dahan mulai rapuh, daun daun mulai berguguran diantara latar rumah yang mulai kotor, begitu pula dengan cintanya yang esa lagi kuasa, ia tidak bergeming dari peraduannya, tak beranjak meninggalkannya, hanya langkah langkah yang tak pasti lagi ragu yang ia kini jalankan, cinta dahulu membuat nestafa sekarang, hatinya galau dan resah, kadang kala ia menagis, meratapi nasibnya yang tak kunjung gembira. Sepi sunyi kini ia menyendiri dalam nestafa cinta, merana dan kecewa, aku bahkan hampir kehabisan kata kata untuk mentafsirkan perasaannya. Sampai kapan ia begini, apakah sampai jiwa menutup raga, atau sampai tanah pekuburan menutup sang jiwa, sampai kain putih disandingkan dalam aroma bunga pandan menjadi satu padu dalam kesendirian tanah pekuburan. Dulu ia sabar dan bijaksana, ia arif lagi berperangai halus, kata katanya berjiwa hingga yang mendengarnya sedikit nestafa, urai kata menjadi sabda, titahnya menjadi firman, katanya suci bagai air Gangga yang terus mengalir dalam titah Tuhan, derasnya jiwa bagai di iris sembilu, kadang ia menangis dan kadang ia tertawa dalam kesendirian, aku hampir putus asa melihat kenyataan ini, mungkinkah ia kini telah gila atau hanya nestafa, hati dan perasaanku hanya meraba hati dan pikirannya. Beberapa saat ia menatapku dengan tatapan tajam, nanar matanya menusuk ulu hatiku, seolah ia mengatakan bahwa hatinya sedang merasakan kesedihan yang teramat sangat, aku dibuat tanpa kata dan tanpa makna olehnya, ia memancarkan kesakitan hati yang begitu semesta, debar debar jantungku menjadi rasa diantara raga yang terus dihujam olehnya, sampai aku tak bisa memastikan kataku benar atau salah. Ku pastikan hakikat hatinya adalah nestafa, ini kuyakini karena tetes air matanya yang terus berayun ayun dalam kelopak matanya,  mungkin sakit yang tak terhingga hingga ia merasa sepi diantara taman taman surga, surga menjadi sepi karena orang yang sangat di cintainya kini mengkhiyanatinya, perpisahan menjadi jalan terakhir bagi takdir cintanya, sudah beberapa tahun ia merangkai kata dan bahagia, bersamanya ia menjadi peraduan yang bercinta, masih teringat sangat saat ia mencium kening kekasihnya yang ia rindukan saat itu, begitu manis dan wangi bagai bau kesturi dari taman taman surga, mungkin wangi kekasihnya tidak dapat dilupakan olehnya, ingatannya menjadikan garis cintanya menjadi abadi dalam naungan cinta yang maha quddus. Wahai sang pecinta, aku tahu hatimu sedang berduka, nestafa atau bahkan gilla seperti gilanya Qais tanpa Laila, namun begitulah esensi cinta, kadang ia menjelma kedalam bahagia, kadang pula ia menjelma dalam nestafa, dahulu tasbih tasbih cinta engkau telah bulirkan, engkau bersujud atas cinta yang suci diantara mimbar dan  dan altar cinta, engaku kini kaku dan bisu diantara penyalib cinta, aku ucapkan salam untuk hatimu yang sepi sunyi, tanpa isi tanpa esensi, hingga selamanya hatimu menjadi sepi, hingga kebahagiaan surga engkau tidak cicipi. Untuk para pecinta yang tersakiti.

Khitbah/Idha Farida


Ku Sempurnakan Hidupku Untuk Mengkhitbahmu
Muammar Khadafi

Mungkin ini akan menjadikan malam yang paling spesial bagi hidupnya, atau mungkin akan menjadi sejarah hidupnya kelak, begitu spesialnya mungkin nanti malam ia akan tidur dan mimpi yang paling indah lebih indah dari mimpi mimpi yang pernah alamai sepanjang hidupnya. Wajahnya terus sumringah, mempancarkan pancaran kebahagiaan, senyumnya ia terus tebarkan atas nama kebahagiaan. Dengan debar debar, mungkin ia menunggu kabar bahagia dari keluarganya yang malam ini menjalankan permintaan dan amanahnya untuk meminang perempuan yang selama ini ia cintai, sembari tertidur dan ditemani televisi yang terus menyala, ia terus memantau keadaan keluarganya melalui telepon seluler maupun lewat sms, untuk bertandang melamar jantung hatinya, yah malam ini keluarga besarnya mengabulkan permintaannya untuk meminang gadis yang selama ini ia cintai, selama hampir tiga tahun ia memacari gadis itu, mungkin tahun sekaranglah yang tepat untuk menikahkan atas nama penyempurnaan agama, sehabis lebaran kemarin ia memberanikan diri untuk membawa gadis yang ia cintai kerumahnya, memperkenalkan kapada keluarga besarnya, mungkin ini pertama kali ia membawa perempuan kerumahnya, dan mungkin ini yang terakhir. Aku tidak begitu mengenalnya, hanya sepintas aku mengenal perempuan itu, di akun jejarng sosial feacebook aku mengenalnya yang mengaharuskan aku saling bertukar komentar, itu pun hanya beberapa kali. Idha Farida, nama itu yang aku kenal nama yang kurang lebih mirif atau hampir sama dengan nama ibuku.  Malam ini kuputuskan untuk menyendiri, aku tidak bisa datang ke lamaran itu, aku hanya terdiam sendiri didepan rumah, kuputuskan untuk tidak pergi karena rumah dan nenekku tidak ada yang menunggui, alasan lainnya karena aku sedang ada janji dengan teman lamaku, mungkin ketidak hadiranku tidak mengurangi khidmat lamaran itu. Malam terus beranjak, bintang yang dari sore kurang bersinar kini mulai menunjukkan cahayanya mudah mudahan itu pertanda baik, begitupun dengan bulan, walau purnamanya telah usai ia masih memancarkan cahanya. Semilir angin mengurai rindu diantara dahan dan ranting pohon jambu depan rumah, sesekali suara jangkrik mengukir alunan rindu dalam hati yang kelam. Malam yang syahdu dan penuh harap, tak berapa lama keluarga besarnya pulang, mungkinkah ia membawa kabar baik, hatiku hanya bertanya dengan penuh tafsir  tafsir tanya. Senyum itu mungkin aku dapat artikan lamarannya diterima dengan baik oleh pihak perempuan itu, hatinya mungkin sangat lega dan melepaskan harap harap cemas yang selama ini berkecambuk dalam hatinya.
Cinta adalah dimensi yang aku tidak mengerti, kadang ia penuh tangis dan air mata, kadang pula ia penuh dengan kebahagiaan, ia adalah sebait syair yang penuh makna dan banyak arti, ia merangkai keindahan kadang pula ia merangkai air mata dan derita. Cinta memang ajaib, lebih ajaib dari syair Rumi dan mantra mantra Gibran, lebih elok dari taman surga dan lebih nista dari neraka. Bila api cinta sudah disulut dihati siapapun akan terbakar  sampai perasaannya habis dan tak tersisa, seperti terbakarnya kayu atas api yang menjadikannya abu, mungkin kata kata ini tepat untuk menggambarkan perasaan orang sedang jatuh cinta, tapi hati hatilah dengan cinta kadang ia dapat mematikan yang hidup namun ia pula dapat menghidupkan yang mati, kadang esensi cinta di mulai dari kita mengenal  perempuan yang kita cintai, kita khitbah dan pinang ia dengan nama kesempurnaan agama, sebab menikahkan perempuan yang kita cintai adalah merupakan ibadah begitulah sabda nabi, dengan itu kita dapat menghindari dusta dusta dan fitnah fitnah cinta. Sampai hati ini berhenti berdebar dan bergetar, semoga engkau akan dihimpun Allah dalam cinta dan mahabbah sejati, mengikat kalian diantara cinta cinta suci. Kepada kakakku ku ucapkan selamat akan perjalanan cintamu, ingatlah perjalanan cintamu baru dimulai, dihari depan ketika perempuanmu halal atas nama pernihakan kehidupanmu akan dimulai, engkau akan dibaiat menjadi imam atas perempuan itu,  arif bijaksanamu akan dituntut, kesabaranmu akan di uji, semoga engkau akan lebih sabar  menjalin cinta dalam biduk kebijaksanaan, bahtera rumah tanggamu akan di uji dengan deburan ombak ombak cobaan, semoga engkau tetap terikat akan tali cinta yang bernama pernikahan, Amien.

Jumat, 16 September 2011

Untuk Saudaraku Yudha


Untuk Saudaraku Yudha
Muammar Khadafi

Pertama kali mendengar dan menyebut namanya yang terlintas dipikiranku adalah ia adalah orang yang sangat jujur. Aku sangat mempunyai kesan atas sahabatku yang satu ini,  kutakan ia orang yang sangat jujur aku mempunyai alasan tersendiri bukan semata mata aku teman dan kawannya saja. Aku jadi ingat ketika itu kami praktek olah raga pada masa kami sedang mengenyam pendidikan dibangku MAN, saat itulah aku mulai tertarik atas perangainya yang jujur, saat itu kami sedang mangambil nilai dalam tugas olah raga, kami mendapat tugas lari keliling perumahan Asri, saat itu aku benar benar tertegun atas sikapnya, ia tidak mau berbohong atas tugas itu, teman teman yang sudah sangat kepayahan lari memutuskan untuk bonceng mobil lost bak atau naik anggota yang lebih nyaman, sempat aku ajak dia untuk naik mobil agar tidak lebih capek, tapi bukannya Yudha kalo dia mau diajak curang, sampai akhir lari ia jujur dalam bersikap itulah yang membuat aku berkesan atas dirinya. Tak banyak juga yang aku kenal pada perangai dan dirinya, walau kami kelas tiga bersama tapi jarak yang memisahkankan aku dengan dirinya, maklum saat itu ia sedang mambuk cinta atas gadis yang sangat ia cintai yang bernama Dillah, saking sejatinya dalam ujian akhir ia dan Dillah tidak lulus sama sama, mungkin ia kebanyakan memakan obat yang bernama pacaran. Kalau aku analogikan ia dan Dillah dulu bagai perangko dengan lem, kemana saja bersama, bahkan ke WC pun kadang kadang bersama pula itu yang aku perhatikan dulu, kadang kadang pula Dillah aku anggap terlalu protektif terhadap Yudha, ia tidak memberi ruang bergaul aku dengan Yudha, Dillah aku katakan kadang kadang ceburu kepada kami sebagai temannya Yudha bila ia sedikit saja di tinggakan, aku katakan Dillah itu ‘Ogoan’, bentar ajah di tinggal Yudha memble, emang dasar wanita manja, aku pun masih ingat betapa pengorbanan Yudha terhadap Dillah begitu besar, saat ia kerja tak jarang Yudha menjemputnya ketempat kerjanya, aku juga ingat ketika ayahnya Dillah Berpulang ke Rahmatullah, saat itu aku dan Yudha menyempatkan tahlil kerumahnya. Namun kebaikan sahabatku yang merangkap saudaraku Yudha dibalas dengan air tuba yang menyakitkan hati, kisah ini berawal saat Yudha sedang penataran kemiliteran di Palembang, mungkin karena jarak yang jauh Dillah pun berselingkuh, kebaikan saudaraku itu tidak dianggap oleh Dillah, kurang baik apa saudaraku itu hingga teganya engkau mengkhiyanati cintanya yang sangat tulus. Aku membayangkan hati Yudha hancur berkeping keping, cintanya yang selama ini di pupuk adn disiram di ambil oleh sahabatnya sendiri yang bernama Johan, jahatnya mereka berdua telah berkonspirasi atas kebaikan sahabatku itu. Namun itu dulu, dan mungkin itu sebagai sebagai cerita dan catatan pahit pelajaran dimasa datang, aku yakin dengan kebijakan saudaraku Yudha ia mungkin sudah memaafkan kekhilafan Johan dan Dillah karena telah berkonspirasi menyakiti hatinya, saat pernikahan merekapun Yudha menyempatkan hadir walau aku tahu hatinya sakit karena konnspirasi pengkhiyanatan mereka. Tapi sekarang saudaraku Yudha telah menemukan pengganti hatinya yang hilang, pelipur lara ketika duka, tempat membagi bahagia dan tawa, perempuan yang sangat ia cintai, ibu bagi anak anaknya, Mbak Selfi begitu aku mengenalnya dan memanggilnya, perempuan yang cantik pengobat hati yang lara, mereka terlihat bahagia ketika aku melihat dan mendang mereka berdua saat dipelaminan mereka dulu, apalagi sekarang ditampah pelengkap kebahagiaan yang bernama Faiz, putra semata wayang Yudha dan Selfi, lengkaplah kebahagian mereka. Sering ku katakan pada tulisan tulisanku, cinta dan takdir hidup sangat sulit dimengerti, tapi begitulah kehidupan, kalau bukan teka teki kehidupan hidup terasa sangat hambar, dulu dia yang kita anggap yang terbaik untuk kita ternyata bukan dia yang terbaik untuk kita tapi orang lain. Yudha, engkau adalah manifestasi dari sahabat sejati dan kawan sejati, dalam hatiku aku telah membaiatmu sebagai saudaraku, engkau adalah aku dan aku adalah engkau, walau engkau dan aku berjalan  dengan tapak kaki masing masing tapi tidak mengurangi rasa Mahabbah persaudaraanku kepadamu wahai sahabatku, aku sangat bahagia saat lebaran kemarin engkau beserta keluwarga menyempatkan singgah di gubuk tua ku di pojok Bekasi, doa ku atas air mata yang berurai semoga engkau selalu dinaungi kebahagian atas keluargamu dan dirimu, sampai senyummu habis dimakan waktu, sampai kita dipisahkan atas nama takdir dan ajal Allah, aku selalu bersamamu atas nama derap langkahmu yang maha abadi. Aku sampaikan salam, atas nama debaran jantung, dan aliran darah semoga kita selamanya menjadi teman, kawan, atau bahkan saudara sejati, Amin Yaa Rabbal alamin.

Untuk Sudaraku Syamsul Falah


Untuk Saudaraku Syamsul Falah
Muammar Khadafi

Mungkin aku tidak begitu mengenal dirinya secara baik seperti aku mengenala Beni da Arif, tapi waktulah yang mengenalkan aku akan perangai dan kepribadiannya. Walau aku sempat satu kelas pada waktu di MAN  dulu, mulai kelas tiga lah aku mulai mengenalnya secara baik. Aku mengenalnya sebagai pribadi yang agak sedikit tertutup dibandingkan dengan teman temanku yang lain, ia jarang sekali bercerita tentang dirinya, kelarganya, ataupun teman perempuannya yang sedang dekat kepada dirinya, semasih di MAN dulu ia adalah teman yang paling tertutup, aku bahkan masih ingat ketika ia malu malu mau saat jadian dengan Novi saat kami baru menginjakkan kaki di MAN, saat itu ia jadian, tapi memang cintamemang gaib yang tak mudah diterka dan dikira, ia hanya jadian satu hari satu malam saja setelah itu ia putus dengan gadis yang ia cintai, aku bahkan tekaget ketika ia bilang sembari bercanda bahwa ia sudah putus dengan gadis yang bernama Novi, aku bahkan tak enak hati karena pada saat itu aku sedang memakan hasil traktiran dia karena sudah jadian dengan gadis impiannya itu. Ia sahabat dan kawan yang sangat setia kawan, didalam diamnya itu ia mempunyai segudang misteri yang tak mudah aku fahami dan aku cerna dengan baik. Tak banyak yang aku ketahui dari dirinya, mungkin karena aku kurang dan tidak sering bergaul dengan dirinya, ia kebanyakan menghabiskan waktu bersama temanku Hendra. Kedekatan kami mulai lahir ketika saat saat kami mau lulus dari sekolah, saat itu aku baru mengenalnya, bahkan setelah kami lulus aku dan teman teman lainpun sudah sangat akrab, setiap kali aku bertandang kerumahnya, begitu pula sebaiknya ia pun tidak jarang mampir dan singgah kegubuk tua ku di Ujungharapan. Terakhir kabar ia baru putus dengan gadis Banten, ini sangat aku sayangkan sikapnya kepadaku, ketika ia sudah putus baru bercerita tentang masalahnya, ketika masih menjalin ia sedikitpun bercerita tentang masalahnya atau cerita cintanya. Ia banyak bercerita tentang gadis Banten itu, tak seringa memang ia bercerita tentang yang bernama perempuan, yang ku tahu ia pernah menjalin kasih dengan Anis yang kini sudah menikah, dan gadis Subang, selebihnya aku tidak tahu lagi ceritanya. Tentang gadis Banten ini, katanya begitu spesial dihatinya, sampai sampai ia berani dan memperkenalkan gadis itu kepada orang tuanya dan sebaliknya ia pun tidak segan segan menghadap orang tua gadis itu, katanya ia ingin serius dengan gadis ini. Namun malang tak dapat ditolak, untung pula tak dapat di raih orang tuanya tidak merestui cintanya kepada gadis Banten itu, katanya ‘jaraknya terlalu jauh Bekasi-Banten, emang gak ada yang deket deket Sul’, begitulah kurang lebih ujar orang tuanya kepadanya. Memang dasar ia anak penurut, ia pun dengan berat hati meninggalkan gadis yang ia cintainya itu, walau berurai air mata, walau hatinya terasa sakit ia lebih memilih apa kata orang tuanya, katanya ‘ridho orang tua ridho Allah juga’. Sampai sekarang ketika aku bertandang kerumahnya ia tak jarang membahas perempuan Banten itu, aku rasa ia sangat mencintainya, dan aku menerka nerka bahwa ia masih menyimpan sedikit cinta untuk gadis Banten itu. Tak ada kata yang ingin aku ungkapkan untuk dirimu kawan, hanya sebait kata dan cerita ini yang aku tulis beralaskan cinta dari seorang sahabat yang sudah menganggapmu seperti saudaramu sendiri, aku memang bukan pujangga yang pandai merangkai kata kata hingga ia menjadi sajak romantis, tapi aku ingin mengatakan bahwa cinta akan menyapamu dalam kelembutan yang menenangkan, ia akan menjelma menjadi keindahan bagi hatimu yang dahaga, ia akan merangkai perasaanmu, menjalin jiwa mu sampai ketempat yang paling tinggi dan Quddus. Demi angin yang bersemilir rindu, demi awan yang siang ini membiru laut, demi semesta yang selalu bertasbih memuji Asma Nya, aku berdoa atas nama air mata yang berurai hingga membasahkan kelopak cintamu, semoga engkau dipertemukan dengan gadis yang engkau cintai dan gadis itu mencintaimu juga, memujamu sepertia ia memuja Tuhannya, membaiat mu manjadi imam atas dirinya, menjadikan engkau ayah dari anak anaknya, menjadikan engkau tulang punggungnya dari rusuk rusuknya, yang setia kali menjaga kedatangan engkau ketika engkau pulang diwaktu kerja, dan selalu menunggumu ketika engkau kembali, dan menciumtanganmu sebagai tanda pengabdiannya kepada suaminya, aku yakin Gadis itu ada dan sedang menunggumu di lorong waktu yang sekarang kamu tidak mengetahuinya, hanya waktu dan Tuhan yang tahu semoga engkau dipertemukan atas nama cinta Allah yang maha suci, Amien, dari sahabatmu yang merangkap saudaramu Sultan Muammar Khadafi.

Kamis, 15 September 2011

Perempuan Cahaya Kebaikan


Perempuan Cahaya Kebaikan
Muammar Khadafi

Sudah hampir satu tahun aku tidak mendengar kabar dari dirinya, aku bahkan tidak sempat bertemu dengan dirinya. Mungin sekarang ia sudah berbahagia dengan orang yang ia cintai, terakhir kabar aku mendapat kabar ia sudah menikah dengan pria pilihannya sendiri, tapi aku belum sepenuhnya percaya dengan semua itu kalau aku belum mendengar sendiri dari bibirnya. Aku bahkan masih ingat ketika aku terakhir ketemu dengan diri dan menyalami salam perpisahan bahwa dia akan berjanji mengundangku dalam walimatul Arsy nya. Ataukah mungkin ia mengingkari janjinya untuk mengundangku, hatiku hanya menerkanya. Dalam lubuk hatiku aku sebenarnya berharap di undang dalam pernikahannya itu, berharap aku bisa melihat wajah orang yang pernah aku sayang bahagia dipelaminan dengan lelaki yang kini menjadi istrinya, atau mungkin ia mempunya pertimbangan lain dan memutuskan untuk tidak mengundangku.  Masih kusimpan secarik puisinya yang diberikan dahulu diberikan kepadaku, masih teringat juga saat kami menangis bersama, saat aku mencoba mengikhlaskan diri untuk di persunting dangan pria lain. Banyak kenangan yang terukir  indah bersamanya, lagu lagu cinta yang kami nyanyikan bersama, canda tawa, serta bahagia. Jejak tapak kaki cinta kami terukir indah dalam ingatan, kemana saja aku melangkahkan kaki yang mana tempat itu pernah kami jelajahi bersama, aku hanya tersenyum simpul bahwa tempat ini pernah kami lalui berdua.  Memang benar apa yang dikatan orang bijak dulu, cinta itu indah dan berisi keindahan, dan benar  patah itu sakit dan berisi dengan air mata. Pertemuan, namun pasti ada perpisahan. Beberapa kali aku merasakan cinta beberapa kali itu juga aku merasakan sakitnya patah hati, cinta itu magis, lebih magis dari anggur anggur cinta yang dituang kedalam cangir cangkir cinta. Engkau dahulu mawar yang aku punya, engkau dulu doa wajib yang selalu aku lantunkan,dulu engkau lagu, prosa,syair yang ku ciptakan atas namamu, tapi kini engkau entah pergi kemana. Sampai aku kehilangan kata kata, sampai aku kehilangan kalimat dalam merangkai prosaku, dulu engkau yang menyanjungku denga syair syairku, dulu engkau yang mengkritikku dengan puisiku yang terlalu lebih memuja cinta, engkau menjadi pengkritik tetap dari karya karyaku, tapi kini engkau telah pergi. Aku mencoba memperluas hati ini yang selama ini sempit, aku mencoba ikhlas atas kepergianmu, benar apa yang dikatakan kaum Spritual bahwa untuk mencapai tahapan ikhlas itu tidak mudah, jujur aku katakan aku masih memikirkanmu, dan jujur aku katakan aku masih mencintaimu. Apakah masih pantas aku berkata seperti ini, aku juga tidak tahu yang aku tahu sekarang apa yang aku rasakan aku katakan aku tak mau membohongi diri sendiri atas perasaan ini, aku hanya mau jujur kepada diri sendiri tentang perasaanku. Malam ini, sepi hampir membunuhku, wajahmu berurai bagai diterpa malam, semua kenangan bagai diputar kembali di ingatanku, teringat jelas senyum manismu yang membuat  hatiku teduh dalam lindungan ketentraman, sampai kapan aku memujamu aku juga tidak tahu yang aku tahu engkau adalah aku dan aku adalah engkau, dan kita menjelma menjadi kami.  Namun sesaat aku terbangun dari hayalku, bahwa aku tidak selayaknya merindukan orang yang sudah dimilki orang lain. Sampai hati ini lelah, sampai jiwa ini letih memikirkanmu, dibenaku hanya ada bayanganmu. Malam yang sepi, diantara deburan deburan angin malam yang sejuk ku sampaikan kerinduanku kepadamu, Assalamualaikum, wahai perempuan yang pernah terpatri dihati, ku debarkan hati dan jatung ini, hingga jiwaku dan jiwamu berpadu dalam alunan syair dan doaku dimalam syahdu ini, pikirku atas zikirku berpadu dalam lamunan malamku saat ini, engkau adalah hatiku, engkau debaranku, engkau nafasku, engkau hidupku, kusampaikan rinduku dimalam ini bukan maksud mengotori cintaku, tapi aku hanya ini menyempurnakan hatiku untuk lebih ikhlas dalam melepasmu, ku titipkan setitik rindu ini untuk dirimu wahai ‘Perempuan Cahaya Kebaikan’.

Jodoh

Jodoh
Muammar khadafi

Entah apa yang ingin aku katakan malam ini aku tidak tahu, entah apa yang aku pikirkan dimalam ini aku juga tidak tahu. Beberapa kali aku mendapatkan E-mail dari seorang Ustad yang minta dicarikan jodohnya kepadaku, entah ia hanya bercanda atau hanya sebagai sindiran kepadaku, aku juga tidak terlalu faham dan otakku tidak mampu mencerna maksud dan tujuannya. Ini kali kedua ia mencoba menanyakan perihal jodoh kepadaku, kali pertama ia minta dicarikan calon istri kepadaku, lalu aku kasih teman-sepupuku yang ku kenal baik, solehah tapi ia menolaknya. Teman sepupuku kini sudah menikah dan bahagia, namun Ustad itu masih saja mencari cari jodohnya hingga kini. Berat hati ku katakan bahwa ia tipe orang yang sangat pemilih, cantik, solehah atau bahkan sempurna, aku bahkan tak sanggup untuk mencarikan perempuan yang se level dengan dirinya, ku katakan dengan berat hati aku tak sanggup mencarikan ia seorang perempuan seperti keinginan hatinya. Terakhir aku bersua dengan dirinya, ia bahkan menyindir aku bahwa perempuan kampungku maskawinnya mahal mahal, bawaannya banyak banyak, mungkin ia lupa bahwa kakak iparnya itu adalah orang kampungku, dan sekarang ia meminta untuk dicarikan perempuan kampungku, ku katakan dengan berat hati dan bernada bercanda kepadanya bahwa ‘perempuan kampungku mahal mahal maharnya seperti kata abang’ aku yang agak sedikit nyindir kata katanya. Aku tak habis pikir perempuan di ukur dalam mahal murahnya mahar, bukannya kata Rasulullah ‘Sebaik baik perempuan adalah yang paling murah maharnya’. Mungkin ada orang tua di kampungku yang mematok mahar seperti itu, tapi dalam forum ini aku katakan tidak semua perempuan atau orang tua di kampungku mematok mahar yang mahal, mungkin hanya segelintir oknum dan orang tua saja. Jodoh itu rahasia Allah, itu yang aku percayai dan yakini didalam hatiku, hatiku tak kurang tentram dan tidak gundah walau aku belum menemukan perempuan idamanku, hidup di nikmati sajalah, ojo neko neko, kalo jodoh malah ia datang sendiri tanpa ada orang yang bisa menahannya.