Powered By Blogger

Jumat, 15 Juni 2012

Masitoh, Perempuan Mujahiddah

Masitoh, Perempuan Mujahiddah


Masitoh  adalah sosok perempuan mujahiddah yang Istiqimah mempertahankan keimanannya atas nama Allah yang Maha suci. Aku masih ingat ketika Rasulullah Ber Isra’ Mi’raj saat itu ia mencium aroma harum. Penasaran dengan aroma harum itu, lantas Rasul bertanya kepada malaikat Jibril tentang hal aroma itu. “Harum apakah ini wahai Jibril?”, Rasul bertanya kepada Jibril. Malaikat Jibril lantas menjawab, wangi ini adalah wangi dari maqam dari seorang mujahiddah yang bernama Siti Masitoh, yang dengan rela mengorbankan jiwa raganya atas nama keimanan,  Siti Masitoh adalah sosok perempuan yang dengan tegar memperjuangkan keyakinan imannya. Ia hidup pada jaman Nabi Musa As, karena kelaliman Raja Firaun laknattullah ia meninggal. Masitoh adalah pembantu Firaun, ia adalah pengasuh dari anak firaun. Suami Masitoh Hazaqil, syahid mengenaskan di perkebunan kurma, terikat dengan tangan terbelenggu keatas, sekujur tubuhnya berlumuran darah dan dipenuhi anah panah yang memenuhi sekujur dadanya. Kelaliman Firaunlah yang membuat Hazaqil syahid, Firaun tahu bahwa Hazaqil beriman atas nama Allah yang suci, Hazaqil yang pada waktu itu adalah penasehat Firaun bersitegang dengannya, ia tidak setuju dengan kebijakan Firaun tentang hukuman mati yang di jatuhkan oleh raja Firaun kepada para ahli sihir karena telah beriman kepada Musa, sikap itulah yang membuat Firaun menghabiskan Hazaqil diperkebunan kurma. Tidak kalah tragisnya, firaun pun menghabiskan istri dan anak-anak Hazaqil yang beriaman kepada Allah. Sepeninggal suami tercinta masitoh di liputi kesedihan yang tak terhingga, kematian suaminya mengguncang hatinya, kesedihan dan air mata tiap hari menggelayuti hati dan jiwanya. Namun, karena Allah dan anak-anaknya Masitoh bersabar atas takdir yang kuasa ini. Ketika ia mulai bangkit dari kesedihan, saat ia sedang menjalan tugasnya sebagai perias putri raja, tanpa sengaja ia menjatuhkan sisir ketika ia sedang akan menyisir rambut putri raja itu, kejadian itu membuat ia di jatuhkan hukuman mati oleh Raja lalim Firaun, ketika sisir itu jatuh ia tanpa sengaja mengucap bismillah saat sedang akan mengambilnya kembali. Kalimat itu didengar oleh sangputri lalu menanyakan hal yang habis ia ucapkan, Masitohpun menjawab bahwa ucapan itu adalah ucapan suci untuk yang menciptakan alam ini termasuk raja firaun. Mendengar kabar ini raja Firaun menjadi murka, Masitoh dipanggil, “Apakah benar yang disampaikan oleh anakku??”. Dengan tenang pertanyaan itu di jawab jujur oleh Masitoh, jawaban itu membuat raja bertambah murka.   Raja yang marah memrintahkan para prajuritnya untuk menyiapkan minyak yang mendidih di dalam tembaga yang besar, wadah itu untuk menggodok Masitoh beserta anak-anaknya. Keimana masitoh dan keluarganya membuat raja murka, Pendirian Masitoh tidak gentar walau ia di ancam akan dimasak dalam tungku minyak yang mendidih, malah hatinya bertambah yakin atas keimanannya selama ini, dengan hati yang murka raja memerintahkan pengawalnya untuk melemparkan Mastitoh beserta anak-anaknya kedalam tungku yang panas itu. Satu persatu anak-anak Masitoh di lemparkan kedalam tunggu minyak yang panas, air mata Masitoh berlinangan, kesedihannya bertambah ketika ia menyaksikan bayi yang sedang ia susu di rampas oleh para pengawal untuk dilemparkan kedalam tungku minyak itu. Ketika pengawal itu sedang mau merampas bayi yang sedang ia peluk, hati Masitoh ragu akan keimanannya, ketika itulah Allah memperlihatkan kekuasaannya, tiba tiba saja bayi itu berbicara “ Sabarlah wahai ibuku, sesungguhnya kita dalam jalan kebenaran, wahai ibu masukkanlah, karena siksa dunia lebih ringan dari siksa di akhirat kelak”(HR Ahmad).  Mendengar ucapan bayi yang sedang ia pertahankan dalam dekapan dan rampasan pengawal raja, hati Masitoh menjadi yakin, dengan keyakinan dan hati yang ikhlas ia lalu menceburkan dirinya dan bayi yang ada dalam dekapannya kedalam tungku minyak yang panas itu seraya mengucapkan “Bismillahi tawakaltu’ alallah wallahu akbar”, ajaibnya begitu minyak yang mendidih itu memasak sekujur tubuh dan bayinya tercium wangi yang sangat harum dari dalam tungku itu.  Allah membuktikan kekuasaannya bagi siapa saja yang Ia kehendaki, ketika Masitoh jatuh ketungku minyak yang panas itu itu terlebih dahulu Allah mencabut nyawa Masitoh dan bayinya agar mereka tidak merasakan sakit atas minyak yang panas itu. Kisah itu diceritakan oleh Jibril ketika Rasulullah dalam perjalana Isra’ Mi’rajnya.

1 komentar:

  1. Assalamualaikum, Akhi.
    Saya pernah melihat batu nisan dengan nama yang sama. Lokasinya di Halte bis depan Masjid Istiqlal. Waktu itu saya pergi ke Masjid Istiqlal setelah Isya' dengan niat beritikaf menggunakan sepeda dari Tj. Priok. namun sampai sana, saya dilarang untuk masuk. karena saya kesana pada bulan Syawal, maka Masjid Istiqlal sudah ditutup untuk umum saat malam hari. Ternyata Masjid Istiqlal dibuka untuk umum hanya pada bulan Ramadhan saja. Dan karena saat itu hujan turun deras sekali, saya berteduh di Halte depan Istiqlal. disitu saya Shalat 4 raka'at. dan setelah salam ke kiri, saya melihat batu nisan dengan nama Siti Masitoh yang retak terbelah secara vertikal. karena merinding saya langsung cabut dari halte. besok2nya saya mencari tahu ke orang sekitar, apakah ada orang yg meninggal di lokasi tsb, tapi tidak ada yg pernah tahu ttg hal tsb. sehingga saya mencari info secara online, dan menemukan informasi yg dijelaskan diatas.

    Semoga barokah ya, Akhi.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    BalasHapus