Suatu
saat ada pekerjaan besar, yang membutuhkan tenaga manusia yang besar
dan banyak juga. satu persatu batu disusun rapih, ada yang membawa
semen, pasir, serta alat dan barang bangunan lainnya yang dibutuhkan,
semua orang dalam Proyek itu bekerka dengan rajin dan giat, mereka di
iming-imingi balasan (Gaji) yang berlipat lipat (Besar). Tak sedikit
juga ada pekerja yang malas, mereka hanya bekerja seadanya, kadang kerja
kadang juga hanya berleha leha dan bermalas malasan, mungkin merekalupa
dengan ganjaran yang berlipat ganda atas kerja keras itu, atau mungkin
mereka lalai dengan kemalsan mereka sendiri. waktu terus berjalan, hari
berganti minggu, minggu demi minggu terlewati hingga genap satu bulan
pekerjaan pembangunan itu selesai. Terbentuklah bangunan yang megah dan
besar, bangunan itu sangat indah bagi mata siapa saja yang melihat,
akhirnya keringat kerja keras terbayar sudah, pekerja yang rajin
tersenyum merekah melihat kerja kerasnya, mere
ka
merayakan keberhasilan mereka. Disisi lain, pekerja yang malas dengan
TIDAK TAHU MALU nya juga merayakan keberhasilan itu, pahal yang mereka
hanya berleha leha dan bermalas malasan, mereka merayakan seolah mereka
bekerja keras dalam pekerjaan satu bulan itu, mereka berpesta, minum,
makan hingga berpakaian bagus khas dengan pesta
kemanangan(Keberhasilan).
Potret diatas merupakan analogi
kritik untuk kita, Ramadhan sudah di ujung jalan bentar lagi ia
meninggalkan kita, sudah berbuat apakah kita untuk ramadhan, seberapa
rajin kita untuk tadarus al QUran, seberapa rajin kita untuk
melaksanakan salat qiammullail (taraweh) apakah kita sudah ber infak,
shodaqoh dan zakat di bulan suci ini. Apakah kita layak meyakan
kemenangan (idhul Fitri) walaupun kita tidak bersungguh sungguh untuk
beribadah, apakah kita layak untuk makan minum dan bergembira, apakah
kita layak mengenakan baju baru sedang dalam bulan ramadhan ini kita
sangat jarang ber ibadah (mengisi ramadhan dengan hal yang positif dan
bernilai ibadah). Kemana saja kita di ramadhan ini, masjid mushallah
kosong melompong jamaah pindah dari pasar kepasar, atas nama kesibukkan
kita pergi meninggalkan ramadhan. Kini ramadhan hendak ingin pamit
meninggalkan kita, hanya segelintir orang yang menangis karena
ditinggalkan olehnya, mereka takut kelak ditahun depan tidak dapat
bertemu dengannya lagi. Selamat jalan ramadhan mudah mudahan kita
berjumpa lagi ditahun depan InsyaALLAH. Amien
Potret diatas merupakan analogi kritik untuk kita, Ramadhan sudah di ujung jalan bentar lagi ia meninggalkan kita, sudah berbuat apakah kita untuk ramadhan, seberapa rajin kita untuk tadarus al QUran, seberapa rajin kita untuk melaksanakan salat qiammullail (taraweh) apakah kita sudah ber infak, shodaqoh dan zakat di bulan suci ini. Apakah kita layak meyakan kemenangan (idhul Fitri) walaupun kita tidak bersungguh sungguh untuk beribadah, apakah kita layak untuk makan minum dan bergembira, apakah kita layak mengenakan baju baru sedang dalam bulan ramadhan ini kita sangat jarang ber ibadah (mengisi ramadhan dengan hal yang positif dan bernilai ibadah). Kemana saja kita di ramadhan ini, masjid mushallah kosong melompong jamaah pindah dari pasar kepasar, atas nama kesibukkan kita pergi meninggalkan ramadhan. Kini ramadhan hendak ingin pamit meninggalkan kita, hanya segelintir orang yang menangis karena ditinggalkan olehnya, mereka takut kelak ditahun depan tidak dapat bertemu dengannya lagi. Selamat jalan ramadhan mudah mudahan kita berjumpa lagi ditahun depan InsyaALLAH. Amien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar