Powered By Blogger

Minggu, 02 Oktober 2011

Catatan Akhir Kuliah kerja Nyata

Catatan Akhir Kuliah Kerja Nyata
Oleh
Muammar Khadafi


Malam ini adalah malam minggu pertama yang akan ku habiskan ditempat KKN ini, tempat yang bagiku cukup nyaman karena rumahku tak beda jauh dengan ruangan yang penat ini. Tapi, hal itu berbada dengan teman teman seangkatan kuliahku yang merasakan ketidaknyamanan. Menurut mereka tepat ini adalah tempat yang ‘angker’ dan kotor. Kata pemilik rumah ini rumah ini memang sudah lama tidak ditempati lagi semenjak pemiliknya meninggal dunia, tempat ini dibiarkan kosong tak berpenghuni selama beberapa tahun. Kata orang kampung sekitar penghuninya mati gantung diri. Aku pun merasakan hawa yang agak tidak nyaman terutama kamar yang aku tempati tidur ini, suasana angker, kotor, dan rasa mistis sangat terasa saat kami tiba dirumah ini, hal ini terlihat dari masih adanya bekas ’sajen’ atau ‘ancak’ yang masih bertebaran didepan kamar. Bahkan masih terlihat segelas kopi hitam, dan bangkai ayam hitam yang tinggal bulunya bekas sajen, sejumput kembang tujuh rupa pun tidak ketinggalan. Hal mistis juga pernah diungkapkan oleh teman kuliahku Hendara yang ‘notabenenya’ lulusan terbaik Gontor, ia merasakan hal yang sama denganku.

Dua kelompok melebur menjadi satu menempati rumah yang katanya ‘angker’, tidak mematahkan semangat kami untuk menyelesaikan tugas KKN ini, walau aku masih menyimpan sesuatu perasaan dibalik hari pertama kami menempati tempat ini. Saat itu aku dipercaya unutk mengimami ‘sembahyang’ Magrib  didalam ruangan rumah tua ini, ketika itu pula suaraku mendadak tidak ada ketika aku ingin memulai membaca ‘Bismillah’, seakan akan ada yang menyumbat mulutku dengan sesuatu, aku rasakan ada yang tidak beres dalam kamar ini. Ternyata kecurigaan aku ini benar, dalam ruangan ini ‘empunya’ rumah mati gantung diri, cerita itu aku dapat ketika aku sedang makan siang diwarung makan sebelah kontrakan kami. Embok ‘Yem tukang nasi sebelah bahkan mewanti wanti aku untuk berhati hati dalam bersikap dalam rumah angker itu. “Ustad harus hati hati dalam rumah itu, rumah itu angker” begitulah ujarnya.

Agar tidak membuat panik dua kelompok yang ngontrak di rumah angker itu, akupun berinisiatif tidak menceritakan pengalamanku dan cerita dari Embok ‘Yem si tukang nasi. Akupun memutuskan untuk tidak menceritakan dan merahasikan rapat rapat tentang kejadian ini. Aku bersikap wajar, dan biasa saja seperti tidak terjadi apa apa dalam rumah angker ini. Walau kadangkala ada saja teman satu kelompok yang bercerita tentang pengalaman anehnya dalam rumah ini, bahkan teman kami yang bernama Indah pernah di datangi lewat mimpi akan perempuan muda yang mati gantung diri itu, agar teman teman tidak panik akan cerita horor Indah, akupun langsung menimpali bahwa itu hanya bunga tidur saja alias mimpi doang.

Kegiatan KKN kami pun di isi dengan  kegiatan bernilai positif, dari mengajar ngaji anak anak kampung sekitar, baca tulis al Quran, belajar bersama, maen bola dengan pemuda sekitar disore hari, bakti sosial, membuat bazar, membuat penyuluhan pembibitan ikan lele, membuat taman bacaan rakyat di kampung Gepol kecamatan Tambelang . Terbatasnya minat baca masyarakat sekitar kelompok kami pun memutuskan untuk membuat program taman bacaan rakyat yang diprakasai oleh teman kami Hamdan. Entah memang benar niat Hamdan yang mulia untuk memberantas buta aksara, atau karena dia sedang ‘folling in love’ oleh janda kembang yang bernama Bu Suginah. Akupun sempat berdebat panjang tentang tentang penentuan lokasi taman bacaan rakyat itu, aku berkeras agar tempatnya berlokasi di masjid sebagi titik sentral masyarakat, tapi Hamdan ingin taman bacaan rakyat itu didirikan dirumah Bu Suginah. Kenapa ditempat bu Suginah? Itu pertanyaanku pertama kepada Hamdan, setelah aku melihat Bu Suginah , akupun bisa mentafsirkan arah mana pikiran saudaraku Hamdan.

Selain Hamdan yang cinta lokasi dengan janda kembang bernama bu Suginah yang aduhai itu, masih banyak teman KKN kami yang terjerat cinta lokasi. Sebut saja teman baikku Alwi, bahkan ia terlibat cinta segitiga antara Indah, Alfi dan dirinya. Ia sempat bingung dengan yang namanya cinta, ia bahkan sempat meminta saran kepadaku tentang dilema cinta yang ia alami, akupun menyarankan dia untuk Istikharah tentang pilihannya, ternyata ia memilih Alfiah yang pada saat itu aku ketahui masih berstatus pacar Bayu lelaki berkepala botak itu. Alwi pun merelakan Indah yang saat itu mungki sakit hati, walau dia masih punya bung Roma Adi. Akhirnya Alwi pun ‘jadian’ dengan Alfiah walau berat untuk Alwi untuk jadi yang kedua bagi Alfiah, memang benar mungkin kata lagu The Cuncuter’ bahwa wanita racun dunia. Selain kisah kasih Alwi dengan Alfiah masih banyak sekali teman teman yang terjerat dalam benang asmara yang bernama cinlok, dari Adika dengan Santi yang makin lengket kaye perangko, Surya dan fajar yang nempel kaya Lem. Kisah cinta itu pun pernah menghampiri aku. Aku bahkan sempat hampir dibuat mati berdiri akibat pernyataan cinta teman satu kelompokku Ratna. Saat itu ketika aku pulang mengajar nagaji dikampung Gempol Tambelang Ratna mencurahkan isi hati dan perasaannya kepadaku. Akupun memutuskan untuk tidak menerimanya, karena aku memang terikat komitmen dengan perempuan yang sedang Studi di Mesir.

Saat waktu luang dalam KKN, saat itulah kebersamaan kami ertkan. Aku pun modar mandir pulang kerumah untuk sekedar mengambil pakaian bersih, maklum aku males untuk nyuci disana karena hanya berfasilitas nyuci bersama alias nyuci di kali. berbagai kegiatan dalam waktu luang kami maksimalkan dengan baik, dari berbaur dengan masyarakat sekita unutk sekedar ngobrol saja, maen bola dengan pemuda sekitar, sampai kegiatan wajib kelompok kontrakan kami yaitu bermain kartu ‘Gaple. Inilah hiburan satu satunya kami ketika malam  tiba. Saat itulah hal yang paling seru yang kami alami selama KKN. Ditemani dengan kopi yang kami beli patungan, malam malam KKN kami isi dengan separing Gaplean. Sampai sampai si Siti temanku dari fakultas Ekonomi Bisnis Syariah menyisihkan uangnya untuk beli bedak putih agar ketika kalah atau lewat dalam permainan gaple muka yang kalah dicoret dengan bedak putih itu, alhasil muka kami seperti badut diakhir pertandiagan gaple.

Mungkin inilah anti klimak dari perkenalan kami selama 4 tahun menempuh perkuliahan bangku perkuliahan. Masa di bangku perkuliah yang selama ini di isi dengan sikap jaim, kini kejaiman itu luntur dengan kebersamaan kami, bersuka ria, tawa duka kami bersama disini, di Tambelang yang penuh kenangan, dan akan selamanya kami kenang. Tidur bersama bersuka ria, hanya beralaskan tikar dan hambal seadanya. Ada mujur ‘ngalor’ dan mujur ‘ngetan’ tidur kami yang tidak beraturan menjadi dinamika tersendiri dalam kenangan KKN ini. Hari ini bisa saja hari  terakhir kami bersenda gurau bersama, tertawa bercanda, esok mungki kami akan berjalan langkah kaki kami masing masing menuju masa depan. Esok kami mungkin akan dipisahkankan oleh ruang dan waktu, serta kesibukan kami masing masing. Ada yang menjadi Bankir seperti fFsihul Islam beserta teman teman forek Ekbisnya. Mungkin pula ada yang menjad Ustad atupun Ustazah seperti kami yang program studinya pendidikan agama Islam.

KKN menjadi catatan tersendiri bagi kebersamaan kami, ada canda tawa yang terukir dan tak akan bisa terulang kembali. Banyak kenangan yang tergores di KKN ini, tetangga konrakan penjual bubur ayam, embah  ‘Yem si penjuan nasi depan kontrakan, sampai Bu Aji yang sangat ‘welcome’ saat menyambut kami pertama kali datang ditempat KKN ini. Tempat ini bagai kampung halaman kedua kami setelah tempat dimana kami dilahirkan.  Banyak suka cita yang terukir dalam catatan KKN ini

Dimasa mendatang ketika kami sudah menjadi dewasa dan sukses, kami mungkin akan bercerita tentang sebuah kampung yang bernama Sukarayu, Gempol dan kecamatan Tambelang. Disanalah kami di rajut dan digodok mejadi pengabdi masyarakat. Menyelami  bagaimana masyarakat sana yang sangat sederhana. Suka cita, tertawa, bahkan romantika cinta terukir dan tertinggal disana…Tambelang pasti kan kembali cepat atau lambat.       


Tidak ada komentar:

Posting Komentar