Powered By Blogger

Rabu, 21 September 2011

Khitbah/Idha Farida


Ku Sempurnakan Hidupku Untuk Mengkhitbahmu
Muammar Khadafi

Mungkin ini akan menjadikan malam yang paling spesial bagi hidupnya, atau mungkin akan menjadi sejarah hidupnya kelak, begitu spesialnya mungkin nanti malam ia akan tidur dan mimpi yang paling indah lebih indah dari mimpi mimpi yang pernah alamai sepanjang hidupnya. Wajahnya terus sumringah, mempancarkan pancaran kebahagiaan, senyumnya ia terus tebarkan atas nama kebahagiaan. Dengan debar debar, mungkin ia menunggu kabar bahagia dari keluarganya yang malam ini menjalankan permintaan dan amanahnya untuk meminang perempuan yang selama ini ia cintai, sembari tertidur dan ditemani televisi yang terus menyala, ia terus memantau keadaan keluarganya melalui telepon seluler maupun lewat sms, untuk bertandang melamar jantung hatinya, yah malam ini keluarga besarnya mengabulkan permintaannya untuk meminang gadis yang selama ini ia cintai, selama hampir tiga tahun ia memacari gadis itu, mungkin tahun sekaranglah yang tepat untuk menikahkan atas nama penyempurnaan agama, sehabis lebaran kemarin ia memberanikan diri untuk membawa gadis yang ia cintai kerumahnya, memperkenalkan kapada keluarga besarnya, mungkin ini pertama kali ia membawa perempuan kerumahnya, dan mungkin ini yang terakhir. Aku tidak begitu mengenalnya, hanya sepintas aku mengenal perempuan itu, di akun jejarng sosial feacebook aku mengenalnya yang mengaharuskan aku saling bertukar komentar, itu pun hanya beberapa kali. Idha Farida, nama itu yang aku kenal nama yang kurang lebih mirif atau hampir sama dengan nama ibuku.  Malam ini kuputuskan untuk menyendiri, aku tidak bisa datang ke lamaran itu, aku hanya terdiam sendiri didepan rumah, kuputuskan untuk tidak pergi karena rumah dan nenekku tidak ada yang menunggui, alasan lainnya karena aku sedang ada janji dengan teman lamaku, mungkin ketidak hadiranku tidak mengurangi khidmat lamaran itu. Malam terus beranjak, bintang yang dari sore kurang bersinar kini mulai menunjukkan cahayanya mudah mudahan itu pertanda baik, begitupun dengan bulan, walau purnamanya telah usai ia masih memancarkan cahanya. Semilir angin mengurai rindu diantara dahan dan ranting pohon jambu depan rumah, sesekali suara jangkrik mengukir alunan rindu dalam hati yang kelam. Malam yang syahdu dan penuh harap, tak berapa lama keluarga besarnya pulang, mungkinkah ia membawa kabar baik, hatiku hanya bertanya dengan penuh tafsir  tafsir tanya. Senyum itu mungkin aku dapat artikan lamarannya diterima dengan baik oleh pihak perempuan itu, hatinya mungkin sangat lega dan melepaskan harap harap cemas yang selama ini berkecambuk dalam hatinya.
Cinta adalah dimensi yang aku tidak mengerti, kadang ia penuh tangis dan air mata, kadang pula ia penuh dengan kebahagiaan, ia adalah sebait syair yang penuh makna dan banyak arti, ia merangkai keindahan kadang pula ia merangkai air mata dan derita. Cinta memang ajaib, lebih ajaib dari syair Rumi dan mantra mantra Gibran, lebih elok dari taman surga dan lebih nista dari neraka. Bila api cinta sudah disulut dihati siapapun akan terbakar  sampai perasaannya habis dan tak tersisa, seperti terbakarnya kayu atas api yang menjadikannya abu, mungkin kata kata ini tepat untuk menggambarkan perasaan orang sedang jatuh cinta, tapi hati hatilah dengan cinta kadang ia dapat mematikan yang hidup namun ia pula dapat menghidupkan yang mati, kadang esensi cinta di mulai dari kita mengenal  perempuan yang kita cintai, kita khitbah dan pinang ia dengan nama kesempurnaan agama, sebab menikahkan perempuan yang kita cintai adalah merupakan ibadah begitulah sabda nabi, dengan itu kita dapat menghindari dusta dusta dan fitnah fitnah cinta. Sampai hati ini berhenti berdebar dan bergetar, semoga engkau akan dihimpun Allah dalam cinta dan mahabbah sejati, mengikat kalian diantara cinta cinta suci. Kepada kakakku ku ucapkan selamat akan perjalanan cintamu, ingatlah perjalanan cintamu baru dimulai, dihari depan ketika perempuanmu halal atas nama pernihakan kehidupanmu akan dimulai, engkau akan dibaiat menjadi imam atas perempuan itu,  arif bijaksanamu akan dituntut, kesabaranmu akan di uji, semoga engkau akan lebih sabar  menjalin cinta dalam biduk kebijaksanaan, bahtera rumah tanggamu akan di uji dengan deburan ombak ombak cobaan, semoga engkau tetap terikat akan tali cinta yang bernama pernikahan, Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar