Powered By Blogger

Rabu, 07 September 2011

Politik 'Biru-Cokelat'/Cerpen

Politik 'Biru-Cokelat'
Muammar Khadafi

Mata masih terasa sepat, mungkin ini pengaruh kurang tidur tadi malam. Hampir semalam semalaman suntuk kami ngobrol 'Ngalor-Ngidul', apa saja yang kami bicarakan, dari pengalaman berpuasa, berapa puasa yang 'jebol' sampai kedunia politik yang sebenarnya aku malas untuk membicarakan, maklum saja bagi ku politik adalah hal yang kurang 'Halal' karena dengan politik merusak sendi sendi Ukhuwah Islamiayah, tetangga marah dengan tetangga gara gara beda kaos partai, saudara marah dengan saudara gara gara beda calek, mertua marah dengan menantu gara gara 'beda calon jagoannya', hal itulah yang ku jadikan dalil kenapa aku kurang suka yang namanya politik. Aku masih ingat ketika suhu politik memanas di masyarakat ujungharapan gara gara politik lokal yang bernama pemilihan Kades, baru pemilihan Kades saja suhunya sangat terasa meninggi hingga mengobarkan dan mengorbankan tali Silaturahmi kita. Hal itu pun diceritakan panjang dimalam itu oleh Mang Talih bagaimana keadaan politik dimasa itu.
Politik yang meruntuhkan semua aspek kesatuan dalam masyarakat Ujungharapan, kampung santri menjadi membarah dengan suhu politik yang meninggi antara 'Biru dan Cokelat', padahal kedua calon itu notabenenya adalah masih saudara, mamang dan ponakan. Politik 'Biru- Cokelat' merupakan pertarungan sengit dan suhu paling tinggi temperaturnya dalam sejarah pemilihan Kades di Ujungharapan, dimana Guru dan murid bertengkar gara gara kedua warna tersebut, menantu mertua berselisih faham gara gara warna tersebut, pokoknya kedua warna itu membuat bara dalam sekam yang akhirnya meletup dan berakhir antiklimas dengan pembakaran mobil salah satu calon Kades. Tidak terlihat lagi nama Ujungharapan yang katanya kota santri, yang terlihat hanya api dendam antara masing masing jagoannya.
Mang Talih Bercerita panjang tentang suhu politik dimasa itu,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar