Powered By Blogger

Rabu, 14 September 2011

Untuk Saudaraku Nurma'arif


Untuk Arif Saudaraku
Muammar Khadafi

Malam ini diantara kantuk yang menyelimuti diriku aku masih saja teringat akan saudaraku yang bernama Arif. Ia teman SMA ku sewaktu di MAN dulu,  jujur ku katakan ia adalah teman sebaik baik teman yang pernah aku miliki, ia sahabat dikala suka dan duka, dikala senang dan susah, dikala cinta dan putus asa, ia adalah manifestasi dari sahabat sejati bagiku. Buruk dan baiknya aku mengenalnya, ketika ia sedang patah hati, jatuh cinta, sedih, lara, dan air mata ia selalu menceritakan masalahnya kepadaku. Sebaliknya juga, akupun sering menceritakan masalah dan pikiranku kepadanya kami sering ‘sharer’ tentang masalah masing masing, oleh karena itu sedikit banyak aku mengetahui dan paham atas dirinya, dia sudah ku anggap sebagai saudaraku begitu pula ia sepertinya sudah menganggap aku saudaranya, walaupun kami tidak saudara sedarah namun tidak mengurangi rasa persaudaraan kami, Samsul, Beni, Hendra dan Yuda, bagiku semua teman sudah ku anggap saudara, aku bahkan masih ingat ketika Saudaraku Yuda yang sudah manjadi ‘orang’ dan mempunyai jabatan di AD menyempatkan diri berlebaran kerumahku bersama istri san anaknya. Aku sempat terharu ketika ia sampai jauh jauh dari Jakarta singgah kegubuk kecilku di Bekasi ini. Bercerita tentang teman temanku atau aku lebih nyaman menyebutnya saudaraku, Ariflah yang membuat pikirku hingga akhirnya lahir tulisan ini,  terakhir aku mendapat kabar bahwa ayahhandanya terkena penyakit sejenis Strouk, inginnya hatiku menjenguk kerumahnya namun waktu belum membolehkanku untuk bertandang kerumahnya karena dengan kesibukkanku. Setelah ayahnya jatuh sakit sudah ku kira dan ku duga, ia pasti akan lebih sibuk, maklum ia sekarang menjadi tulang punggung keluarganya, setelah kedua kakaknya menikah dan berpindah rumah kini gilirannya menjaga keluarganya, adiknya bernama Alfin masih kecil hingga tidak banyak yang ia bisa lakukan. Kini tanggung jawab keluarga di pikul dipundaknya, aku tahu ia akan lebih sibuk dari hari hari sebelumnya  yang memang sudah sibuk, ia bekerja siang malam yang aku tahu tempat kerjanya sangat jauh dari rumahnya hingga sesekali ia memutuskan untuk singgah dan menginap ditempat kerjanya, seminggu sekali katanya ia pulang kerumahnya, aku bahkan masih ingat sekali kata katanya tentang itu “Olok ongkos bang kalo saya bolak balik rumah-tempat kerja yang letaknya di Jati Asih,  sedangkan saya tinggalnya di Pangkalan”. Arif adalah sosok pria yang sangat bertanggung jawab, ini kukatakan karena memang itu yang aku rasakan bukan sekedar aku teman baiknya, aku jadi ingat ketika aku menelponya, ketika itu aku tanyakan ia ada dirumah atau ditempat kerja ia menjawab “Maaf bang saya lagi nganter Ibu kepasar buat belanja”. Sangat jarang sekali seorang pria, anak lelaki yang mau menemani ibunya untuk belanja hanya pria atau anak yang bertanggung jawablah yang mau menemani ibunya.
Lama tak berjumpa akhirnya ia muncul juga, disela sela kesibukkannya yang ‘seabreg’ ia menyempatkan diri untuk berlebaran kerumahku, aku tahu ia sangat sibuk, tapi memang dasar ia teman sejati ia menyempatkan diri berlebaran kerumahku, ini aneh temanku Beni saja yang rumahnya deket belum berlebaran malah ia yang jarak rumanya lebih jauh malah menyempatkan hadir berlebaran, ini yang ku katakan bahwa ia saudara sejati dari teman yang sejati, aku tahu ia sangat sibuk, lebih lebih ayahnya yang sedang sakit yang mengharuskan ia seminggu sekali mengantarkan ayahnya cek up kedokter ditambah tempat kerjanya yang sangat ‘pelit’ mengeluarkan ijin libur, dibisa dibayangkan hari lebaran saja ia di haruskan masuk sementara keluarganya berlebaran.  Ketika berlebaran kerumahku ia bercerita banyak tentang jalan hidupnya, tentang tentang masalah keluarganya, tentang ayahnya yanag sakit, tentang tempat kerjanya yang sangat irit mengeluarkan hari libur kepada kariawan, tentang masalah  kuliahnya yang sedikit banyak terbengkalai, terakhir tentang jalan cintanya yang penuh lika liku. Sedikit banyak aku mengetahui jalan cintanya, aku bahkan hapal mantan mantannya, tentang siapa yang ia pernah pacari, tentang siapa yang pernah ia taksir, atapun tentang masalah perempuannya yang sekarang ia jalani. Aku bahkan masih ingat suka duka ketika ia sedang jatuh cinta dengan perempuan yang bernama Vaura semasa kami SMA, aku tahu semua, dari kado yang ia belikan, dari saling tengong menengok ketika mereka berdua saling sakit. Tidak hanya itu, aku juga tahu tentang perempuan perempuan lain yang pernah dekat kepadanya, Sari, Vera, ‘Gadis tanggung’, dan banyak lagi yang tidak mungkin aku sebutkan dalam forum ini. Terakhir ia bercerita tentang pacarnya, Nia yang selama kurang lebih 3 tahun sudah ia pacari, terakhir ia bercerita tentang perkembangan kedekatannya dengan orang perempuannya yang semakin dekat. Aku sebagai saudaranya ikut bergembira atas kebahagiaannya. Namun malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, terakhir kabarnya ia mulai bimbang dengan hubungannya dengan gadis bernama Nia itu. Masalah berawal dari akun jejaring sosial Facebook perempuannya yang terpampang foto Profile nya dengan cowok lain, hal itulah yang membuat hatinya panas, dan pikirnnya naik pitam, apalagi di akun Statusnya terpampang setatus ‘Berpacaran bersama Reza’, tidak kalah lagi foto perempuan terlihat sangat mesra dengan cowok bernama Reza, Arif tidak banyak kata ketika ia melihat perempuan yang sangat dicintainya terlihat mesra dalam akun facebook itu, tapi aku tahu hati dan pikirannya membara bahkan lebih panas dari bara api warung sate depan. Aku tak tega rasanya melihat raut wajahnya itu, bukan sahabat sejati rasanya bila aku tidak mengetahui  bagaimana perasaan teman yang sedang dibakar cemburu. Akupun mencoba menenangkannya walau sesekali aku meledek kepadanya, satu malam kami hanya membahas permasalahan cintanya, dengan ditemani rasa kantuk aku mencoba mendengarkan satu persatu kata kata curahan hatinya yang tanpa sadar membuat aku tertidur. Cinta memang gaib dan misteri, memang begitulah esensi cinta, kadang ia seirama dengan kata, kadang ia seirama pula denga benda, kadang kecewa kadang pula merana, kadang bahagia kadang pula berair mata. Telah banyak orang yang terkecewakan cinta, tapi tidak sedikit orang yang bahagia karena cinta, cinta memang jalan hidup, kata orang pintar cinta itu ‘The way of life’. Aku bahkan masih bodoh untuk mentafsirkan ayat ayat cinta, aku terlalu dhoif akan itu. Pesanku kepada sahabatku Arif, kadang hidup adalah pilihan, cinta juga pilihan, bila kau mencari cinta dan kebahagian carilah, dan bila engkau tidak mencari makan percayalah niscaya cinta akan mencarimu, aku tahu jalan cintamu sedikit berliku dan kadang curam tapi ingatlah itu akan menjadi kenangan dimasa datang ketika engakau beranak cucu. Begitu juga dengan jalan hidupmu, aku tahu keluh kesahmu, tentang jerit hatimu yang bergitu sedih meratapi jalan curam yang bernama kehidupan ini, tapi ingatlah keluh kesahmu, keringatmu dimasa kini akan menjadi sejarah manis ketika engkau merengkuh sukses dimasa depan, bahkan engkau akan tersenyum ketika mengingat masa susahmu itu. Dari sahabatmu merangkap saudaramu Sultan Muammar Khadafi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar