Powered By Blogger

Selasa, 06 September 2011

Terpenjara Sepi/Cerpen


Terpenjara Sepi
(Muammar Khadafi)
Sepi terus merasuki hati. Sejak sepeninggal dirinya hati ini hampa, sunyi sepi tak berpenguni. Aku bagai terpenjara dalam kesepian, di temani kenestafaan hati yg lelah. Aku terus berharap ada malaikat yang menghiburku ketika kesedihan dan kenestafaan merasuki jiwa ini. Aku hampir lebur seperti leburnya Yazid al Bistami yang terbakar kerinduan Tuhan walau aku tahu dia sudah milik orang lain sepenuhnya, tapi hati ini tak bisa di ajak kompromi, hatiku selalu condong ke dirinya yang kini telah menjadi milik orang lain. Ia bagai ukiran pena Tuhan yg terukir indah diantara wajah wajah yang datar dan penuh dengan kesejukan. Senyumnya yang merona bagai Ratu Bilkis yang tersenyum tersipu malu dan manja saat menerima surat yang mulia Sulaiman. Sorot matanya memancarkan aroma batin yg menajam. Aroma tubuhnya bagai disiram kembang dan biji zaitun setaman surgawi. pipinya yg lembut selembut salju dimusim panca gugur jingga. Alis dan bulu matanya bagai semut yg sedang berbaris mengantri pahala.Pesonanya begitu memukau jiwa, ia bagai pujangga arif dan bijaksana, aduh amboy sangat beruntung lelaki yang bisa mempersunting hahal dirinya. Ia bagai bidadari nirwana yang beraga manusia. Namun kini ia sudah milik lelaki itu, aku masih ingat ketika berjumpa di pernikahannya. Ia cantik bagai Putri Persia dari Alexandria. Aku memujanya sepenuh jiwa, diantara jantung yang berdebar dan bergetar. Darah yang mengalir ini menasbihkan asma Mu yang suci dan Quddus. Walau aku tahu ini hanya menyakitkan hati dan perasaan saja. Al Mahabbah ku berlinang air mata atas asma Mu yang tinggi. Lagi lagi aku terpenjara kesepian ini, tak ada yang bisa aku lakukan selain memujanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar