Powered By Blogger

Minggu, 25 September 2011

Izinkan Aku Untuk Mencintaimu dengan Sederhana

Izinkan Aku Untuk Mencintaimu dengan Sederhana
Muammar Khadafi

Derai derai langkah telah kita lewati bersama, dalam suka maupun duka kita bersama, dalam tawa maupun dalam air mata, betapa mulianya cintamu atas diriku membuat aku beritikad untuk menjaga cinta ini agar tetap suci dan quddus. Sampai tua, sampai jiwa ini renta dimakan waktu, sampai takdir memisahkan kita, sampai air mata menjadi perpisahan jiwa. Mungkin engkau masih ingat diantara tawa dan air mata yang menemani langkah kita dulu, diantara susah dan sedih, diantara susah senang kita bersama, saat kita makan sepiring bedua, saat yang kita makan hanya tahu-tempe dan engkau hanya tersenyum sembari memakannya, saat itu tahu engkau katakan enaknya seperti daging, aku mendengar kata kata itu hati ku begitu sedih dan miris, tak terasa air mata ku jatuh dari peraduannya, betapa sedih dan susahnya kita, hatiku menjerit dan muncul dibenakku ‘Betapa menderitanya kamu hidup bersamaku hingga engkau merasakan susah bersamaku’. Engkau begitu mulia, hatimu begitu tulus, karena engkau menerima ku dengan segala kekuranganku, aku masih ingat saat kita berjalan bersama padahal aku tidak mengantongi uang 'sepeser' pun, kukatakan itu dengan berat hati didepanmu dengan jujur  dan apa adanya, walau dalam hati ku sedikit  malu untuk mengatakannya didepanmu, tapi betapa luasnya hatimu, betapa tulusnya hatimu  engkau hanya membalasnya dengan senyum yang kutahu ikhlas, lalu engkau besarkan hatiku dengan mengatakan ‘Jujur adalah dasar dari suatu hubungan, aku sangat menghargai kejujuran hatimu akan keadaan susahmu, bagiku engkau punya uang atau tidak itu tidak mengurangi rasa cintaku padamu’. Betapa kaget aku mendengar kata kata itu keluar dari mulutmu yang bijak, aku hampir menangis dan menitikkan air mata mendengar kata katamu saat itu. Dalam dimensi cinta yang hampir dimakan jaman, dimana cinta dihitung dengan rumus matematik dan logaritma, ketika cinta hanya dihitung dengan banyaknya materi, tingginya jabatan atau latar belakang keluarga priyai atau tidak, tapi engkau mengindahkan dan mengenyampingkan semua itu, betapa mulianya hatimu, dan sangat beruntungnya aku memilikimu. Dalam hati aku hanya bisa berkata, maafkan cintaku atas segala kekuranganku untuk mencintaimu, dengan segala kekuranganku aku menyayangimu, maafkan cintaku aku hanya bisa mencintamu secara sederhana, aku memang tidak punya harta yang berlimpah,  jabatan yang tinggi, dan aku juga bukan dari keluarga priyai, aku hanya mempunyai cinta yang sederhana. Dengan sederhana aku mencintamu, dengan ikhlas tulus aku mencintaimu. Mudah mudahan engkau dapat memahami keadaanku wahai cintaku, mungkin bagi kebanyakan orang aku begitu naif, mencintai hanya bermodal kesederhanaan, motor tidak akan jalan tanpa bensin, begitu pula dengan cinta, cinta tidak akan jalan tanpa adanya harta, namun ingatlah dengan kesederhanaan inilah aku mencintaimu, mencintai karena bentuk  fisik, cantik atau tampan, bila cantik tampan hilang cinta akan hilang pula, cinta karena harta dan jabatan bila harta telah habis dan jabatan telah lewat waktunya cintapun akan hilang entah kemana, namun cinta kerana kesederhaan akan tetap abadi, karena ia sudah terbiasa akan kesusahan, terbiasa akan air mata dan derita. Begitulah esensi cinta sederhana yang aku fahami, aku harap engkau memahami akan esensi ini dan tidak akan lelah mencintai dan memahamiku secara sederhana. Bila ranting mencintai dahan secara sederhana, aku ingin seperti ranting itu mencintaimu dengan sederhana, bila malam mencintai bintang dengan sederhana aku ingin halnya seperti itu jua. Cintaku menjalin  perasaanku, tanpa cela dan fitnah aku mencintaimu. Garis duka kesedihan dulu akan menjadi memori kita bersama diwaktu nanti, saat malam itu, ketika aku tanpa uang dan engkau hanya tersenyum menyikapi keadaanku, kita berjalan bersama diantara temaramnya lampu jalan raya, ditemani sorot bintang dan bulan yang mulai  habis rembulannya, kita bercerita akan diri masing masing, sesaat aku terpana akan kesempurnaan mu, aku hampir terbius suasana malam namun engkau dengan kemuslimahanmu mengingatkan aku bahwa kita jangan mengotori cinta yang selama ini kita jaga, yang tulus dan suci agar terhindar akan nafsu, ku ucapkan istighfar atas sikapku kepadamu malam itu, tak lupa aku berterima kasih untuk sikapmu yang memperingatkan aku akan bahaya godaan setan. Betapa beruntungnya aku dapat memilikimu, mungkin engkau adalah anugrah terindah yang pernah aku miliki, engkau adalah nikmat yang tak terkira atas hidupku, engkau penyempurna atas segala kekurangan kekuranganku. Sampai hati ini berhenti bergetar dan berdebar, sampai hati dan jantung ini lelah memompa darah mengalirkan kepembuluh pembuluh nadi, sampai cinta ini menjadi usang ku sebut dan zikirkan namamu atas asma Nya yang maha agung didalam hatiku. Derai derai air mata tak terasa mengalir dari peraduan bila mengingatmu, saat yang indah saat yang elok,  dimana hari hari terasa berjalan merambat bila kita lalui bersama, mungkin hatiku telah terbelenggu akan rantai rantai asmaramu, wajah dan senyummu terukir dan terpatri dalam setiap dinding benakku, engkau begitu agung seagung Tembok ratapan di tanah Yerussalem, engkau begitu suci bagai Masjidil Aqsa di tanah Palestin, aku hampir kehabisan kata kata untuk mengungkapkan kecintaanku padamu, sampai hati ini berhenti memujamu, sampai mata ini lelah memandangimu, mungkin ini yang dikatakan orang akan makna cinta, mungkin ini yang dirasakan Gibran dan Rummi saat ia jatuh cinta. Ketika kata menjadi syair dan prosa, ketika perasaan menjadi rangkaian emosi jiwa, dimana ada engkau disitulah aku menjelma atas namamu. Aku bagai terombang ambing dalam samudra cinta yang maha luas, dimana bahteraku hampir goyah di hantam ombak dan badai asmara, sampai hati ini nestafa. Wahai wanita yang berhijab, dimalam ini ku tumpahkan semua perasaanku atas namamu, wahai wanita berhijab dimalam ini dimana aku ditemani kesendirian aku curahkan akan perasaanku yang maha luas bagai semesta, cintaku merangkai perasaan atas dirimu yang maha lembut, ku istighfarkan hatiku kedalam mazhab cintaku yang maha luas, dalam mimbar dan altar cinta ku serahkan jiwa ragaku atas hijabmu yang menyucikanmu atas segala fitnah dunia, wahai wanita berhijab, demi bumi yang ku pijak dan langit yang senantiasa ku junjung ku jujurkan hatiku untuk mencintaimu dengan segenap rahman dan rahhimku. Sampai hidupku terhenti untuk mencintaimu wahai wanita berhijab, demi para Nabi yang senantiasa menjaga pesan dari sang maha kuasa, aku adalah debaranmu, aku adalah getaranmu, kita berpadu dalam paduan kasih sayang hingga ajal menjemput jiwa, sampai Ijrail menyampaikan pesan, bahwa kita akan dipisahkan, aku ikhlas meninggalkanmu bila aku sudah menghalalkanmu atas nama Allah yang maha suci, memuliakanmu dengan tali pernikahan, sampai engkau menjadi ibu dari anak anaku, dimana engkau akan mendidiknya dengan agamamu, menjaganya dengan segala kesederhanaan, karena itulah esensi cinta kita, mencintai dan menyayangi dengan sederhana, dan izinkan aku mencintaimu dengan kesederhanaanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar