Powered By Blogger

Kamis, 15 September 2011

Perempuan Cahaya Kebaikan


Perempuan Cahaya Kebaikan
Muammar Khadafi

Sudah hampir satu tahun aku tidak mendengar kabar dari dirinya, aku bahkan tidak sempat bertemu dengan dirinya. Mungin sekarang ia sudah berbahagia dengan orang yang ia cintai, terakhir kabar aku mendapat kabar ia sudah menikah dengan pria pilihannya sendiri, tapi aku belum sepenuhnya percaya dengan semua itu kalau aku belum mendengar sendiri dari bibirnya. Aku bahkan masih ingat ketika aku terakhir ketemu dengan diri dan menyalami salam perpisahan bahwa dia akan berjanji mengundangku dalam walimatul Arsy nya. Ataukah mungkin ia mengingkari janjinya untuk mengundangku, hatiku hanya menerkanya. Dalam lubuk hatiku aku sebenarnya berharap di undang dalam pernikahannya itu, berharap aku bisa melihat wajah orang yang pernah aku sayang bahagia dipelaminan dengan lelaki yang kini menjadi istrinya, atau mungkin ia mempunya pertimbangan lain dan memutuskan untuk tidak mengundangku.  Masih kusimpan secarik puisinya yang diberikan dahulu diberikan kepadaku, masih teringat juga saat kami menangis bersama, saat aku mencoba mengikhlaskan diri untuk di persunting dangan pria lain. Banyak kenangan yang terukir  indah bersamanya, lagu lagu cinta yang kami nyanyikan bersama, canda tawa, serta bahagia. Jejak tapak kaki cinta kami terukir indah dalam ingatan, kemana saja aku melangkahkan kaki yang mana tempat itu pernah kami jelajahi bersama, aku hanya tersenyum simpul bahwa tempat ini pernah kami lalui berdua.  Memang benar apa yang dikatan orang bijak dulu, cinta itu indah dan berisi keindahan, dan benar  patah itu sakit dan berisi dengan air mata. Pertemuan, namun pasti ada perpisahan. Beberapa kali aku merasakan cinta beberapa kali itu juga aku merasakan sakitnya patah hati, cinta itu magis, lebih magis dari anggur anggur cinta yang dituang kedalam cangir cangkir cinta. Engkau dahulu mawar yang aku punya, engkau dulu doa wajib yang selalu aku lantunkan,dulu engkau lagu, prosa,syair yang ku ciptakan atas namamu, tapi kini engkau entah pergi kemana. Sampai aku kehilangan kata kata, sampai aku kehilangan kalimat dalam merangkai prosaku, dulu engkau yang menyanjungku denga syair syairku, dulu engkau yang mengkritikku dengan puisiku yang terlalu lebih memuja cinta, engkau menjadi pengkritik tetap dari karya karyaku, tapi kini engkau telah pergi. Aku mencoba memperluas hati ini yang selama ini sempit, aku mencoba ikhlas atas kepergianmu, benar apa yang dikatakan kaum Spritual bahwa untuk mencapai tahapan ikhlas itu tidak mudah, jujur aku katakan aku masih memikirkanmu, dan jujur aku katakan aku masih mencintaimu. Apakah masih pantas aku berkata seperti ini, aku juga tidak tahu yang aku tahu sekarang apa yang aku rasakan aku katakan aku tak mau membohongi diri sendiri atas perasaan ini, aku hanya mau jujur kepada diri sendiri tentang perasaanku. Malam ini, sepi hampir membunuhku, wajahmu berurai bagai diterpa malam, semua kenangan bagai diputar kembali di ingatanku, teringat jelas senyum manismu yang membuat  hatiku teduh dalam lindungan ketentraman, sampai kapan aku memujamu aku juga tidak tahu yang aku tahu engkau adalah aku dan aku adalah engkau, dan kita menjelma menjadi kami.  Namun sesaat aku terbangun dari hayalku, bahwa aku tidak selayaknya merindukan orang yang sudah dimilki orang lain. Sampai hati ini lelah, sampai jiwa ini letih memikirkanmu, dibenaku hanya ada bayanganmu. Malam yang sepi, diantara deburan deburan angin malam yang sejuk ku sampaikan kerinduanku kepadamu, Assalamualaikum, wahai perempuan yang pernah terpatri dihati, ku debarkan hati dan jatung ini, hingga jiwaku dan jiwamu berpadu dalam alunan syair dan doaku dimalam syahdu ini, pikirku atas zikirku berpadu dalam lamunan malamku saat ini, engkau adalah hatiku, engkau debaranku, engkau nafasku, engkau hidupku, kusampaikan rinduku dimalam ini bukan maksud mengotori cintaku, tapi aku hanya ini menyempurnakan hatiku untuk lebih ikhlas dalam melepasmu, ku titipkan setitik rindu ini untuk dirimu wahai ‘Perempuan Cahaya Kebaikan’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar