Powered By Blogger

Kamis, 08 September 2011

Maulidan/Cerpen Kiai Noer Alie

Maulidan
Oleh
Mummar Khadafi
Seperti malam tahun sebelumnya, malam ini terasa Spesial ketika datang malam maulidan. Orang orang dikampung Ujungharapan menyambut dengan sangat bahagia. Mereka menyambut dengan bersuka ria, hati mereka merekah bagai bunga yang baru saja mekar buanganya. Maulidan adalah suatu momenn yang sangat sakral khusunya bagai masyarakat kampung Ujungharapan yang masih sangat kental memang kultur budaya Islam. Maulidan akan dirayakan dan diselengarakan dengan sangat meriah di kampung itu, ada yang bilang Malid adalah hari raya lebaran kelima dikampung Ujungharapan itu itu setalah hari raya Idhul fitri, Idhul Adha, Isra Mi’raj dan tahun baru Islam di kampung Ujungharapan. Perayaan yang diadakan setiap tanggal 12 Rabiul Awwal yang bertepatan dengan kelahiran baginda Nabi Muhammad SAW yang dicatat dalam historis Islam pertepatan pada tahun gajah, karena pada saat kelahiran Nabi SAW raja Abraha melululantahkan Ka’bah dengan pasukan gajahnya lalu Allah mengutus burung Ababil dan menghancurkan pasukan raja Abraha.

Surau surau dan langgar dipenuhi oleh orang yang akan merayakan maulidan. Didesa Ujungharapan menurut kebiasaan disetiap malam maulidan akan di adakan malam pembacaan maulidan yang berisi sejarah perjalanan Nabi Muhammad SAW. Salawat dan salam di getarkan kedalam sukma sedalam dalamnya sampai menusuk sukma bagi siapa saja yang mendengarkannya. Sampai tak terasa air mata berlinang atas nama perjuangan Nabi pada masa jahilliyah itu.

Demikian pula di Pesantren Kiai Noer Alie, para santri duduk dengan rapi 'bejejer' diantara hidangan yang  telah disediakan warga. Seminggu sebelum hari Maulidan tiba, masyarakat dengan suka rela membersihkan sekitar wilayahnya untuk bersih bersih menyambut hari Maulidan. Pembersihan dilakukan secara bergotong royong, kampung dan rumah dibersihkan, parit pekarangan rumah dibersihkan. Dinding rumah dan Surau pesantran di cat ulang karena catnya selama ini sudah mulai pudar. Begitu pula dengan kolam surau pesantren kiai Noer Alie yang air nya sudah berwar berwarna kuning dan keruh, menyambut hari Maulid airnya dikuras dan diganti dengan air yang baru. Dan sebentar saja lingkungan sekitar pesantren khususnya wilayah Ujungharapan sudah terlihat bersih.

Hari maulidan merupakan hari yang spesial bagi seluruh masyarakat Ujungharapan. Menjelang maulid mobilitas dapur dan ibu rumah tangga tiba tiba menaik, karena hari itu semua keluarga akan melakukan dan memasak ‘sorogan’ kepada saudara handai taulan yang dihidangkan di langgar dan disurau dikampung Ujungharapan.

Anak anak kampung bersuka ria menyambut hari raya maulid atas Nabi saw. Banyak pedagang dadakan yang menjajakan jualannya di acara maulidan. Maulidan sebagai mata pencaharian musiman untuk mengais rezeki tambahan. Tempat tempat yang dipergunakan untuk berjualan sudah ditentukan oleh suatu panitia kecil di kampung Ujungharapan.

Hari maulidan memberikan kesempatan kapada anak anak dan orang tua untuk bersenda gurau, dalam acara maulidan yang diadakan pada malam hari disurau dan langgar desa. Kaum lelaki anak anak maupun dewasa berduyun duyun mendatangi langgar dan surau dengan menggunakan peci hitam dan baju koko putih dan bersarung srebet seperti para santri. Bagi para tuan haji, mereka mengenakan peci putih dan bergamis dan bersurban putih yang menandakan kehajiannya.

Keramaian hari maulidan tidak hanya terbatas di suatu tempat saja. Tapi juga sampai sampai kejalan jalan perbatasan kampung. Ba’da Maghrib menjelang Isya pada hari mulia itu, orang kampung khususnya kaum perempuan berduyun duyun membawa makanan selamatan yang disediakan untuk para santri yang maulidan. Mereka menjinjing tumpeng, nasi uduk, bersama lauk pauknya. Demikian pula dengan para gadis dikampung itu, mereka berpakaian bersih dan sopan untuk menyembut malam maulidan.

Dengan syahdu dan khidmatnya kiai Noer Alie mempimpin malam maulidan, diikuti dengan para santri dan masyarakat sekitar yang duduk ‘berjejer’ di Surau pesantren Ujungharapan. Hari raya dan pesta besar yang dirayakan atas nama Nabi yang mulia Muhammad saw. Salawat dan salam tercurahkan atas nama Nabi Muhammad SAW, puji pujian dan doa dipanjatkan denga khusuk hingga menggetarkan langit malam maulidan. Demikian juga denga tabu beduk dan bebunyian yang dilantunkan oleh para remaja yang silih berganti menabuh bedug dan kentongan yang menggetarkan seantero kampung Ujungharapan. Mereka berbondong bondong dengan beriringan bersalawat ditemani redupnya lampu minyak dan obor yang silih berganti padam tertiup angin.

Malam yang bercahaya, cahaya diantara salawat dan zikir dalam majlis maulidan. Surau kiai Noer Alie terlihat berseri diantara Nur Illahi kesyahduan malam maulidan. Cahayanya seraya berteriak diantara keheningan malam, menembus langit diantara gelapnya malam. Benar benar syahdu surau kiai Noer Alie dimalam itu.

Kiai Noer Alie yang dengan surban dan jubah putihnya duduk tafakkur di depan para jamaah. Mengkhalifahi para jamaah yang memenuhi saraunya. Kiai Noer Alie memimpin acara maulidan dengan membuka acara itu dengan Ummul Quran surat al Fatihah denga suaranya yang khas, parau karena faktor umur kiai Noer Alie yang sudah uzur. Dalam kekhusu’an zikir dan tahmid yang dilantunkan kiai Noer Alie sesekali terdengar suara langkah jamaah yang baru saja datang dalam majlis itu.

Selesai zikir dan tahmid dibacakan dan di alunkan, kiai Noer Alie kemudian menyuruh salah satu santri terbaiknya untuk melantunkan salawat atas Nabi saw. Rojuddin, salah satu santri terbaik dari kiai Noer Alie kemudian melantunkan salawat seperti yang di intruksikan oleh sang kiai. Para jamaah dengan syahdu dan khusuk mendengarkan alunan salawat yang di alunkan oleh Rajuddin.

Dibelakang surau yang di pisahkan dinding surau yang tebuat dari bilik. Para santri perempuan dengan sangat khidmat mendengarkan merdunya suara Rajuddin. Mereka duduk dengan rapinya yang dialasi oleh tikar yang terbuat dari pandan. Setelah Rajuddin mengalunkan salawat yang diakhiri salawat badarnya Nabi Muhammad saw. Kemudian kiai Noer Alie mengambil posisi berdiri dan mengambil buku tarikhnya. Beliau memasang kaca matanya dan dibuka kitabnya, para jamaah mulai hening membuat suasana kuddus.

Sesudah batuk sebentar, kiai Noer Alie memulai membaca kitab tarikh Nabi dengan bacaan Basmalah, kemudian kiai memulai membaca sejarah perjalanan Nabi SAW. Sejarah di diawali dengan lahirnya seorang yang laing mulia, manusia pilihan, kekasih Allah SWT. Nabi Muhammad SAW lahir, bagaimana Raja Abraha menyerbu kota mekah, lalu dengan izin Allah pasukan Abraha dimusnahkan oleh burung ababil. Tentang para kaum jahilliyah yang dengan kebodohannyanya menyembah berhala, dimana berhala Hubbal menjadi simbol tuhan yang berada di dalam kawasan Ka’bah. Lalu diterangkan oleh kiai Noer Alie bahwa pada masa itu manusia dalam keadaan musrik yang kronis, masyarakat jahilliyah merasa malu mempunya anak perempuan dan merasa bangga bila mempunya anak laki laki, bila mereka mempunya anak perempuan mereka dengan tidak segan segan menguburnya dalam keadaan hidup hidup.

Selanjutnya kiai Noer Alie melanjutkan tarikhnya dengan menjelaskan tentang nasab keturunan Nabi Muhammad saw sampai pada nasab Nabi Ibrahim AS. Tak lupa kiai menjelaskan tentang para sahabat nabi Muhammad saw, Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali yang dengan kesetiaan dan sejatinya menemani Nabi disaat Suka dan duka ketika mendapat tekanan oleh para kaum Quraisy. Diterangkan pada tarikh kiai Noer Alie bahwa pengaruh bangsawan bangsawan sangat besar pengaruhnya bagi kemajuan perkembangan Islam yang di bawa Nabi saw. Seperti halnya pamannya Nabi Muhammad saw Abu Jahal yang dengan sangat keras menentang agama yang dibawa keponakannya sendiri Muhammad saw.

Walaupun penceritaan tarikh tentang Nabi Muhammad saw dibacakan setiap tahun oleh kiai Noer Alie, namun masyarakat Ujungharapan tak kurang perhatiaanya mendengarkan penjelasan kiai yang terkenal dengan suara paraunya. Nabi Muhammad sebagai ‘Uswah al Hasanah’ bagi setiap insan yang pada masa itu dalam dekadensi moral yang teramat sangat rusak. Hari senin tanggal 12 rabiul Awwal hari yang bersejarah bagi suluruh ummat manusia khususnya Islam. Manusia yang ‘minajulumati ilannur aw minadhalala ila huda’ talah lahir kemuka bumi. Dimana kelahirannya kelahirannya disambut oleh segenap makhluk dipenjuru dunia.

Dengan sangat hati hati kiai Noer Alie menjelaskan dengan hati hati sejarah kelahiran Nabi SAW. Nabi Muhammad saw dilahirkan dari keluarga bangsawan Quraisy yang miskin, dimana disaat kelahirannya ia sudah menjadi yatim karena tinggal ayahnya Abdullah. Setelah itu ia ditinggalkan ibunya Aminah lalu ia disusukan oleh Halimah Sa’diyah dan dilanjutkan lagi Oleh Ummu Aiman. Sampai halaman terakhir dalam kitab tarikh Muhammad saw yang dibacakan oleh kiai Noer Alie dengan sangat lengkap dan teliti.

Santri santri dengan sangat khidmat mendengarkan ceramah atas sejarah perjalanan Nabi Muhammad saw. Tak terkecuali para orang tua yang sangat khusuk mendengarkan dan menyimak isi penjelasan yang dibacakan oleh kiai Noer Alie dalam kitab tarikhnya. Semua jamaah mendengarkan dengan sangat khusuk apalagi ketika kiai Noer Alie menjelaskan tentang mu’jizat Nabi saw ketika dengan serta merta para kaum munafikin Quraisy meminita tanda kenabian Muhammad saw. Betapa sangat keheranan ketika Nabi saw membuktikan kenabiannya dengan membelah rembulan.

Dan apabila ketika sampai pada penganiyaan orang Quraisy terhadap Nabi SAW. Dengan sekejap para jamaah berubah raut mukanya berganti dengan raut kebencian atas perlakuan mereka kapada Nabi yang sangat dicintainya. Dimana ketika itu Nabi disiram dengan kotoran unta ketika ia sedang melaksanakan salat di Ka’bah.

Di sudut dibalik tabir bilik terdengar suara gaduh. Ternyata suara itu dari para santri yang berebut makanan dan ‘besek’ yang disediakan warga kepada para jamaah maulid. Suara tangis pun pencah ketika salah satu antri, Mahmuddin yang tidak kebagian ‘besek’ karena bagiannya di ambil oleh Safruddin.

Tak lama kemuidan kiai Noer Alie mengakhiri cermah agamanya. Denga doa dan salawat atas Nabi kemudian Kiai itu mengangkat tangannnya dan berdoa :

“Yaa Allah kami berdoa atas nama Mu yang maha suci, kami bermunazat ketika orang soleh mermunazat. Engkau lah yang maha sempurna, Engkaulah yang maha agung, engkaulah yang maha tinggi, karena Engkau yang mempunyai jagad raya ini. Katika sampai hajat kami diatas langit Mu, ketka dimana pintu pintu taubat terbuka, maka maaf kan segala dosa dan khilaf kami wahai Tuhan yang maha pemaaf atas dosa yang terlah terucap. Dengan nama Mu kami berdoa, dengan asma Mu kami bersimpuh memohon rahmatmu. Sampaikanlah salawat atas Nabi Yang mulia, manusia yang paling agung diantara yang agung, sampaikan lah kerinduan kami atas dirinya, jumpa kanlah kami di hari akhir nanti kepada dirinya, dudukkan kami didalam satu majlis dengan dirinya, yaa Allha yang maha kasih, kasihkan lah kami dimalam yang syahdu ini memuja MU, memuja Nabi Mu memuja para mukminin yang berjuang atas jalan Mu, jalan ‘Sirathal Mustaqim, jalan yang Engkau ridhoi.


Kemudian doa tersebut di akhiri dengan doa ‘sapu jagad’ yang setiap doa dibacakan oleh kanjeng kiai Noer Alie. Sesudah tangan tangan doa itu turun, beberapa orang sudah bersiap dengan jamuannya. Dengan rapi dan teratur kemudian para ‘mubatsir’ mengatur hidangan atas para jamaah.
Disela keremangan lampu tempel patromak, hanya terdengar kecap kecip mulut yang begitu nikmat melahap jamuan maulidan. Para jamaah dengan sangat nikmat duduk bersila diantara ‘nampan’ makanan yang disediakan oleh para ‘mubatsir’. Tak terkecuali dengan kia Noer Alie yang dengan tangannya mengepal ngepal nasi kemudian dimasukkannya kedalam mulutnya. Begitulah tradisi yang dilaksanakan dikampung Ujungharapan ketika datang hari Maulidan. Dimana orang bertumpah ruah di surai kiai Noer Alie, menyamput kelahiran Nabi Mulia Muhammad SAW.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar