Powered By Blogger

Jumat, 16 September 2011

Untuk Saudaraku Yudha


Untuk Saudaraku Yudha
Muammar Khadafi

Pertama kali mendengar dan menyebut namanya yang terlintas dipikiranku adalah ia adalah orang yang sangat jujur. Aku sangat mempunyai kesan atas sahabatku yang satu ini,  kutakan ia orang yang sangat jujur aku mempunyai alasan tersendiri bukan semata mata aku teman dan kawannya saja. Aku jadi ingat ketika itu kami praktek olah raga pada masa kami sedang mengenyam pendidikan dibangku MAN, saat itulah aku mulai tertarik atas perangainya yang jujur, saat itu kami sedang mangambil nilai dalam tugas olah raga, kami mendapat tugas lari keliling perumahan Asri, saat itu aku benar benar tertegun atas sikapnya, ia tidak mau berbohong atas tugas itu, teman teman yang sudah sangat kepayahan lari memutuskan untuk bonceng mobil lost bak atau naik anggota yang lebih nyaman, sempat aku ajak dia untuk naik mobil agar tidak lebih capek, tapi bukannya Yudha kalo dia mau diajak curang, sampai akhir lari ia jujur dalam bersikap itulah yang membuat aku berkesan atas dirinya. Tak banyak juga yang aku kenal pada perangai dan dirinya, walau kami kelas tiga bersama tapi jarak yang memisahkankan aku dengan dirinya, maklum saat itu ia sedang mambuk cinta atas gadis yang sangat ia cintai yang bernama Dillah, saking sejatinya dalam ujian akhir ia dan Dillah tidak lulus sama sama, mungkin ia kebanyakan memakan obat yang bernama pacaran. Kalau aku analogikan ia dan Dillah dulu bagai perangko dengan lem, kemana saja bersama, bahkan ke WC pun kadang kadang bersama pula itu yang aku perhatikan dulu, kadang kadang pula Dillah aku anggap terlalu protektif terhadap Yudha, ia tidak memberi ruang bergaul aku dengan Yudha, Dillah aku katakan kadang kadang ceburu kepada kami sebagai temannya Yudha bila ia sedikit saja di tinggakan, aku katakan Dillah itu ‘Ogoan’, bentar ajah di tinggal Yudha memble, emang dasar wanita manja, aku pun masih ingat betapa pengorbanan Yudha terhadap Dillah begitu besar, saat ia kerja tak jarang Yudha menjemputnya ketempat kerjanya, aku juga ingat ketika ayahnya Dillah Berpulang ke Rahmatullah, saat itu aku dan Yudha menyempatkan tahlil kerumahnya. Namun kebaikan sahabatku yang merangkap saudaraku Yudha dibalas dengan air tuba yang menyakitkan hati, kisah ini berawal saat Yudha sedang penataran kemiliteran di Palembang, mungkin karena jarak yang jauh Dillah pun berselingkuh, kebaikan saudaraku itu tidak dianggap oleh Dillah, kurang baik apa saudaraku itu hingga teganya engkau mengkhiyanati cintanya yang sangat tulus. Aku membayangkan hati Yudha hancur berkeping keping, cintanya yang selama ini di pupuk adn disiram di ambil oleh sahabatnya sendiri yang bernama Johan, jahatnya mereka berdua telah berkonspirasi atas kebaikan sahabatku itu. Namun itu dulu, dan mungkin itu sebagai sebagai cerita dan catatan pahit pelajaran dimasa datang, aku yakin dengan kebijakan saudaraku Yudha ia mungkin sudah memaafkan kekhilafan Johan dan Dillah karena telah berkonspirasi menyakiti hatinya, saat pernikahan merekapun Yudha menyempatkan hadir walau aku tahu hatinya sakit karena konnspirasi pengkhiyanatan mereka. Tapi sekarang saudaraku Yudha telah menemukan pengganti hatinya yang hilang, pelipur lara ketika duka, tempat membagi bahagia dan tawa, perempuan yang sangat ia cintai, ibu bagi anak anaknya, Mbak Selfi begitu aku mengenalnya dan memanggilnya, perempuan yang cantik pengobat hati yang lara, mereka terlihat bahagia ketika aku melihat dan mendang mereka berdua saat dipelaminan mereka dulu, apalagi sekarang ditampah pelengkap kebahagiaan yang bernama Faiz, putra semata wayang Yudha dan Selfi, lengkaplah kebahagian mereka. Sering ku katakan pada tulisan tulisanku, cinta dan takdir hidup sangat sulit dimengerti, tapi begitulah kehidupan, kalau bukan teka teki kehidupan hidup terasa sangat hambar, dulu dia yang kita anggap yang terbaik untuk kita ternyata bukan dia yang terbaik untuk kita tapi orang lain. Yudha, engkau adalah manifestasi dari sahabat sejati dan kawan sejati, dalam hatiku aku telah membaiatmu sebagai saudaraku, engkau adalah aku dan aku adalah engkau, walau engkau dan aku berjalan  dengan tapak kaki masing masing tapi tidak mengurangi rasa Mahabbah persaudaraanku kepadamu wahai sahabatku, aku sangat bahagia saat lebaran kemarin engkau beserta keluwarga menyempatkan singgah di gubuk tua ku di pojok Bekasi, doa ku atas air mata yang berurai semoga engkau selalu dinaungi kebahagian atas keluargamu dan dirimu, sampai senyummu habis dimakan waktu, sampai kita dipisahkan atas nama takdir dan ajal Allah, aku selalu bersamamu atas nama derap langkahmu yang maha abadi. Aku sampaikan salam, atas nama debaran jantung, dan aliran darah semoga kita selamanya menjadi teman, kawan, atau bahkan saudara sejati, Amin Yaa Rabbal alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar