Powered By Blogger

Rabu, 21 September 2011

Persahabatan


Persahabatan
Muammar Khadafi

Mungkin ini malam atau hari terindah dari kami, sepanjang malam dan sepanjang hari kami tertawa bersama, bercanda, bersenda gurau diantara sahabat sahabat yang sudah tidak bertemu lama, walau bilangan kami kurang lengkap karena tidak semua teman tidak dapat hadir tapi kami terus tertawa dan bercanda. Walau hatiku masih ada yang mengganjal selepas marahnya sahabatku Beni, aku tahu dia marah padaku, diamnya dia bisa ku tafsirkan ia marah sekali padaku malam itu, aku bahkan sudah mengirim pesan permohonan maaf lewat sms tapi ia belum membalasnya, mungkin ia marah besar padaku. memang mungkin aku yang salah, mungkin aku yang tak mengerti akan sikap ia selama ini, tapi entahlah, mungkin aku kurang memahami kawanku yang satu itu. Aku sempat kaget ketika ia meremas ‘keripik aceh’ didepan mata dan kawan kawanku, seolah ia sudah tidak menghargai pertemanan kami yang sudah terbina hampir tujuh tahun, aku kaget,temanku Samsul apalagi, Samsul malah bertanya kepadaku ‘Kok Bang Beni kaya gitu ke abang?’, aku hanya bisa menggelengkan kepala. Jujur aku sempat tersinggung dengan perlakuannya ke aku malam itu, tapi aku dapat memaklumi dan memahami sikapnya ke aku. Di setiap kata bercanda diantara kami ia hanya terdiam dan sesekali ia hanya memainkan hp nya. Hampir tujuh tahun aku mengenalnya, hampir tujuh tahun itu juga aku menjadi sahabatmu, bahkan aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri seperti kawan kawanku yang lain, tapi betapa kecewanya aku atas sikapmu malam itu. Memang aku memenuhi undanganmu untuk bermain Badminton, tapi jujur aku katakan bukannya aku tidak menghargai ajakanmu tapi aku sedang menikmati kebersamaan bersama teman teman yang memang jarang kita berkumpul,  bercanda dan bersenda gurau. Bila engkau melihat foto foto ini mungkin engkau akan tahu betapa pentingnya arti sahabat bagiku.


Dulu dalam masa lalu, saat kita masih berseragam putih abu abu, saat kita baru mengenal cinta, engkau datang menjelma sebagai sahabatku, kemana saja kita bersama, berdua, dalama duka, lara dan air mata, makan pernah sepiring berdua, naik gunung bersama, bersenda gurau dalam kawan dan arti sahabat. Engkau adalah sahabat merangkap saudara bagiku. Keceriyaan malam ini dan hari ini terasa kurang tanpamu kehadiranmu kawan, ketika kita hampir ditepi jalan kedewasaan mungkin kita akan merindukan masa masa ini, saat kita bersama, tertawa, bercanda, bercerita tentang masa lalu yang manis, maupun yang pahit, membahas cinta monyet, bercerita tentang cinta dan air mata, tentang bahagia, atau bahkan tentang nestafa. Aku benar benar terkaget tadi malam melihat sikapmu kepadaku, tapi aku berupaya untuk untuk memahamimu. Sepanjang malam aku, Arif, Jelly, dan Samsul bercanda, tapi hatiku masih merasa bersalah kepadamu. Aku berinisiatif meminta maaf terlebih dahulu padamu ‘toh’  tak ada ruginya bila aku yang meminta maaf duluan, kemulian seseorang tidak akan berkurang bila ia meminta maaf dan memaafkan antar saudaranya. Aku jadi ingat ketika engkau sempat meledekku tentang tulisan tulisanku didepan teman temanku, sekarang giliranku untuk menulis garis pertemananku padamu. Perlu engkau ingat tulisan tulisanku adalah bentuk manifestasi cintaku kepada tema teman, sahabat sahabat, atau saudara saudaraku, yang ku katakan dalam tulisan tulisanku adalah jujur, ‘real’, dan nyata. Tanpa dibaat buat, yang aku rasakan, ku tulis dan ku ceritakan tentang perasaanku itu, aku jadi ingat, ketika engkau berkata ‘Loh buka aib orang Bet dengan cerita cerita itu’, saat itu referensi mu adalah cerita Jelly, tapi begitulah aku, aku tak akan mengganti nama, kejadian dan setting tempat. Semoga suatu saat mungkin engkau akan tahu arti sahabat, dan mengajarkan aku mengenai arti sahabat itu.
Aku harus banyak banyak belajar mengenaimu kawan, agar aku tidak lagi membuatmu marah seperti marahnya engkau malam itu, mungkin tujuh tahun belum cukup aku mengenalmu secara dalam, mungkin tadi malam aku terlalu sombong, aku terlalu sombong kerena aku sudah merasa mengenalmu kawan hingga membuat engkau begitu marahnya kepadaku. Aku masih menyimpan kebersamaan kita, dimana kita bersama dalam setiap langkah dan benakku kawan, dalam cerita SMA kita bersama, bahkan ada yang mengatakan bahwa kita kembar di waktu SMA, walau harus aku katakan dengan berat hati bahwa aku dan kau bagai langit dan bumi. Aku terlalu kecil bila disandingkan kau, apalah aku ini, Muammar Khadafi hanya seorang anak penjual sayur yang lahir dari anak seorang petani, sedangkan kau, siapa yang tidak mengenalkau, anak seorang yang terpandang di kampungku, siapa yang tak kenal Haji Bai, seluruh  Ujungharapan sudah pada tahu. Tak pantas dan tak elok bila aku disandingkan denganmu kawan, dalam hatiku jujur aku katakan minder aku berkawan dengam. Maaf kan aku kawan dengan kekhilafan sikap dan perbuatanku tadi malam, maafkan pula bila aku sudah lancang menulis tentang dirimu, tapi inilah aku, mudah mudahan tulisan ini membuktikan bahwa aku sudah menganggapmu sebagai kawan, kawan bagiku sahabat, sahabat bagiku saudara,mungkin suatu saat engkau akan tahu bagai mana rasanya bila saudara marah kepada saudaranya. Sekali lagi aku memohon maaf kawan, kau boleh menampar pipiku kawan, engkau boleh mencaciku kawan, tapi aku pinta satu padamu jangan marah padaku, sebab hatiku terasa sakit sekali bila engkau marah padaku, marahnya seorang sahabat kepada sahabatnya lebih buruk dari kematian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar