Powered By Blogger

Rabu, 14 September 2011

Shahih Sirah Nabawiyah/Ali bi Abi Thalib


Shahih Sirah Nabawiyah/Alie bin Abi Thalib
Muammar Khadafi

Malam ini aku masih terjaga dalam gelapnya kamar yang sengaja aku tidak pakaikan lampu. Biarlah gelap ini membunuhku atas dosa dosa yang terus aku koleksi tanpa aku tahu jumlah pastinya, aku malu kepada Allah akan dosa dosaku yang menumpuk dan menggunung ini, rasanya aku malu menampakkan muka ini biarlah malam dan gelap ini tak menampakkan waajah dan diriku kepada Allah sebagai bentuk maluku kepada sang maha pencipta. Ditemani hidung yang masih terkena flu aku mencoba membuka lagi buku buku yang selama ini tidak sempat au baca, Shahis Sirah Tarbawiyah karangan Dr Akram Dhiya al Umuri, entah kenapa aku memilih buku itu yang udah lama aku tidak membacanya. Halaman demi halam ku coba kebat-kebet, tak terasa air mata ku menetes saat  membaca sabda Nabi dalam sebuah Hadist, “Orang yang paling binasa dari ummat terdahulu adalah penyembelih unta (dari kaum Nabi Shalih As). Dan manusia yang paling celaka dari umat ini/umatku adalah yang membunuhmu wahai Ali”, dalam tafsir hadist itu di jelaskan Rasulullah menunjuk kening Ali, tempat pedang pembunuhannya ali nanti tertancap.
Kuresapi makna hadist itu, ku baca tafsirnya kata demi kata makna dari maksud hadist itu, tepat pada tanggal 21 Ramadhan 40 Hijriah, maksud hadis itu terungkap, setelah menjadi misteri  beberapa hijriah/tahun setelah wafatnya Nabi, setelah habis masa kalifah Abu Bakar, Umar, Usman, ketika  masa khalifah Ali lah pertanyaan misteri hadist itu akhirnya terjawab juga dimana kaum Khawarij yang di anggap sesat oleh Khalifahan Ali merencanakan pembunuhan Ali. Tepat ketika Ali sedang berangkat menuju Masjid untuk melaksanakan salat Subuh, Ibnu Muljam menghunuskan pedangnya tepat pada kening Ali bin Abi Thalib, kening itulah yang di isyaratkan Rasulullah yang ditunjuk pada Hadisnya. Orang orang di masjid sempat menolong Ali, tapi nyawa Ali sang khalifah ke empat tidak bisa ditolong lagi, sahabat yang sempat membalut kening Ali yang terus mengeluarkan darah ternyata tidak bisa menolong lebih, ujung pedang yang telah di lumuri racun akhirnya  mengakhiri  sang khalifah.
Air mataku terus berlinang ketika membanya sejarah Ali bin Abi Thalib yang tersusun indah dalam kitab Sahih sirah Nabawiyah karangan Dr Akram Dhiya al Umuri, aku seakan dibawa kepada masa masa itu, dimana air mata bertasbih atas dasar keimanan kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar