Powered By Blogger

Jumat, 19 Agustus 2011

Cinta Berlumur Air Mata/Potret Diri

Cinta Berlumur Air Mata
Muammar Khadafi

Dulu aku adalah engkau, engkau adalah kamu. Dulu kita bersemayam diantara kebahagiaan. Dulu kita tertawa, bercanda, bercerita akan diri masing masing. Cinta adalah manifestasi dari bahagia. Aku ingat saat engkau memelukku erat, saat itu pelukanmu yg hangat itu kulepaskan karena aku malu akan Allah, Tuhan yg maha melihat. Dulu kita bersyair, berprosa, dan berpuisi cinta bersama. Disana ada kau, maka disitu ada kamu. Engkau di ibaratkan Laila dan aku Qais nya.Cinta memang merangkai bahagia. Tapi itu dulu, samudra waktu kini telah berubah, kini kita telah berpisah melangkah dengan jalan masing masing. walau kita sama sama tau perpisahan ini berat bagi kita berdua. Aku terpaksa merelakan kamu pergi walau dengan berlumuran air mata. Aku tidak mau engkau menjadi anak yg durhaka, membantah perintah orang tua, atas permintaan orang tua mu lah aku dengan rela dan ikhlas melepasmu dengan berat hati. Orangtua tidak setuju akan cinta kita, ia tidak mau anaknya susah karena bersuami seorang guru SD yg hanya berhonor 350 ribu. Orang tua mu memang benar, jaman sekarang semua di ukur dengan banyaknya uang di kantong dan seberapa tingginya jabatan kita. Menurutku tidak ada yg salah dengam pekerjaanku yg seorang guru, menurutku guru adalah seorang yg mulia yg mencerdaskan generasi selanjutnya, tidak dapat kita bayangkan kalau kita tidak memiliki generasi penerus, implikasinya pasti akan terjadi 'lost generation'.
Cinta memang maha ajaib,merubah besi menjadi emas, merubah raja jadi budak. Perpisahan ini begitu berat bagiku sampai sampai beberapa hari ini aku sempat jatuh sakit, mungkin sakit ini buah pikirku yg terlalu memikirkan masalah ini.Cinta memang tidak selalu indah, jalannya kadang berliku, berkerikil dan kadang berjurang curam. Namamu perlahan lahan aku hapus dari hati ini, walau namamu membekas dalam ingatan dan hati ini. Air mataku hampir kering menangisi perpisahan ini, sepi dan air mata kini aku berteman. Kesendirian dan kebisuan ini menjadi keseharianku saat ini. Kini cintaku berlumur air mata, semenjak kepergianmu itu aku menjadi penyendiri, didalam diam yg penat ini aku berdoa atas nama jalan cintaku yg berlumur air mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar