Powered By Blogger

Jumat, 19 Agustus 2011

Ketika Rumput itu Bertasbih

Ketika Rumput itu Bertasbih
(Muammar Khadafi)

Pagi buta, ketika semua hati yg beriman khusuk bersujud diantara zikir zikir Tuhan yg semakin melangit mengetuk pintu dan dinding Arsy. Semua sukma dan jiwa merenung diatas pengakuan dosa yg terus bertumpuk dan menggunung. Dosa itu bagai sampah daun yg berserakan didepan teras rumah, bila tidak segera di sapu dibersihkan maka jiwa akan terpendam atas dosa yg menuju al Jahanam. Al tasbih terus melangit menggerus jiwa dan air mata, membakar fatamorgana. Pagi yg hening, ketika bulir bulir embun yg mempesona nirwana atas surga yg agung. Ia begitu elok dan rupawan, bagai gadis desa yg menunggu pujangga kampung yg menuliskan syair syair cinta yg fana. Debaran angin semerbak menggugah semangat raga atas makna kehidupan yg telah berlalu. Ia adalah ayat ayat yg agung, yg membelah jiwa jiwa yg bersemayam. Rumput itu rupawan, diantara gadis dan perjaka itu ia terus berzikir dan bertahmid, memuji asma Nya yg esa dan kuasa. Semu debaran jantung yg memompa dara hingga ke ubun ubun menyaksikan debaran tasbih dan zikir yg syahdu. Sumpah atas nama yg esa, ia terus bersemayam atas zikir zikir yg khusuk. Rumput rumput itu terus berzikir, tersenyum dan bergoyang mengikuti irama zikir yg ia debar debarkan kejiwa yg fana. Laaila ha illallah, adalah kata kata sakti dan ampuh untuk membakar jiwa yg rindu atas Tuhan yg esa. Kalimat itu lebih dari sekedar mantra, bahkan ia kebih agung dari mantra itu. Rumput itu basah, ia bagai berkeringat ketika panas zikir membakar raganya, bulir embun itu menjadi saksinya. Oh pagi yg rupawan, magismu kini tersebar diantara pagi yg merona rona. Seketika cahaya mentari membakar raga yg sedang syahdu berzikir. Zikir dan tahmidnya terus melangit, menjulang keatas awan hingga ketatasurya dunia yg meliputi jagad semesta. Diakhir malam menjelang dhuha, ketika cahaya bulan sisa semalam menuliskan guratan guratan nasib yg maha misteri. Ia lebih agung dari sekedar guratan syair dan prosa sang khahlil al gibran.Sampai kapan rumput rumput itu berzikir atas semesta yg mempesona nan esa, membuat uraian kata menjadi makna. Demi fajar yg mempesona dipagi ini, ku tuliskan kisahmu yg terus berzikir menyebut asma Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar