Powered By Blogger

Jumat, 19 Agustus 2011

Harum Embun Pagi

Harum Embum Pagi
Muammar Khadafi

Dingin pagi ini menembus dinding kulit, pagi ini lebih dingin bila dibandingkan dengan pagi yg lalu.Bulir embun berjatuhan di terpa angin pagi yg menyengat dingin. Semerbak aroma pagi membuatku terbius akan perasaan perasaan yg telah lalu. Dingin pagi ini semerbak, bagai bau kesturi di musim semi, indah lagi elok, rupanya, parasnya, ia bagai ratu bilkis dan julaikha. Aroma embun itu menjuntai, menjelma bagai tulisan nasia dan takdir. Seketika bulu roma ku berigi di terpa hembusan angin pagi ini. Pagi ini elok, ku catatkan, ku tuliskan, ku syairkan, ku prosakan. Semua menjelma bagai puisi usang, tapi ia elok lagi rupawan.Tampak jelas daun daun jambu didepan rumah basah di terpa embun pagi, tampak juga kutilang yg menari nari di antara ranting dan dahan pohon jambu itu, ia terlihat gembira menyambut pagi ini, berselingan ia kadang kala ia menyanyi, mengicaukan kebahagiaannya. Entah apa yg ia rasakan di pagi ini, aku hanya menerka dan meraba bahwa pagi ini ia sedang bahagia, senyumnya terus mengembang bagai orang yg sedang jatuh cinta. Dengan sekejap kemudian kutilang itu berlalu dari pandangan ku.Riak riak cahaya mentari mulai terlihat sinarnya, cahaya itu seketika membelah bulir bulir embum menjadi bak permata, embun itu bercahaya di terpa sinar sang surya. Di pagi buta yg senyap ini, diantara dingin pagi yg menusuk nusuk tulang belulang ku tuliskan beberapa kata tentang keharuman embun di pagi hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar