Powered By Blogger

Jumat, 19 Agustus 2011

Suraydah itu namanya

Suraydah Itu Namanya
Muammar Khadafi

Aku memang belum sepenuhnya mengenalnya, tapi ia tidak seburuk yg aku pikirkan saat pertama kali aku mengenalnya.Seperti halnya remaja sekarang ia ingin bersikap bebas tanpa aturan seperti merpati yg terbang tinggi hingga ke angkasa. Aku tak dalam mengenalnya, karena aku termasuk pria yg cuek dan masa bodo dengan yg namanya wanita. Tak banyak teman kampuz yg aku kenal mungkin bisa ku hitung dengan jari aku menal wanita. Mungkin karena perangai dan kepribadianku yg introvet alias tertutup hingga orang salah sangka bahwa aku itu orangnya sombong, padahal ku katakan dengan jelas aku tidak sombong.Mungkin pula karena aku sudah kelamaan di pesantren hingga hatiku dingin dan mengkarat dengan yg namanya wanita, tapi entahlah. Tak banyak yg ingin kukatakan tentang yg namanya Suraydah, karena keterbatasan pengetahuanku terhadap dia, ia ku kenal tanpa sengaja, walaw kami 3 tiga tahun kuliah bersama, kadang pula satu ruangan, satu fakultas walaw kami berbeda jurusan, aku baru mengenalnya ketika kami tinggal 2 semerter. Tapi cerita itu ku anggap biasa, pertama kali malah aku menilai dia dengan sisi negatif. Tapi diluar itu ia membuka mataku akan kasih sayang anak kepada bunda, ia menggetarkan hati dan membuat aku 'interes' kepadanya ia begitu memperhatikan orang tua tunggalnya, ibunya. Beberapa tahun lalu, katanyak bapaknya meninggalkannya ketika itu ia masih duduk di bangku sekolah, kepergian ayahnya sangat memukul keluarga besarnya, apalagi keluarga yg berada di Medan, betapa kagetnya mereka. Kurang lebih karena persamaan nasib itulah membuat aku simpati padanya, ia yg ku anggap cuek dan negatif membuka mata ku bahwa kasih sayang ank kepada ibunya tidak kurang sedikitpun. Hatiku terenyuh ketika ia memperhatikan ibunya yg sedang sakit, aku jadi ingat ibu yg ada dirumah. Benar kata orang tua dulu sejelek jeleknya orang pasti mempunyai sisi kebaikan, hal itu yg dibuktikan oleh yg namanya Suraydah.Sudah lama aku tidak bertemu dengannya, terakhir mendapat kabar sekarang ia bekerja di salah satu bank suwasta di Jakarta, terakhir pertemuan kamipun di wisuda angkatan 2005.Tanpa di sadari ia telah menasehatiku akan esensi kasih sayang anak kepada ibunya, hal itu yg selama ini aku lupakan, ia mngingatkan dan menegur aku akan esensi kasih sayang.Ketika engkau membaca catatan ini, aku harap kasih sayangmu tidak kurang atas ibu mu seperti halnya aku mengenalmu dulu, engkau yg mengingatkan aku akan kasih sayang kepada ibu, kalau bukan kepada ibu kepada siapa lagi kita berbakti, aku yakin kini engkau tengah sibuk dengan se 'abrek' kantormu, luangkanlah waktu untuk ibu, ia tidak meminta apa apa dari anaknya hanya pelukan mesra anaknya, ibu adalah lautan kasih ketika kita haus maka reguklah kasihnya, ciumlah keningnya bersimpuhlah di pangkuannya karena ridho ibu merupakan surga bagi anak anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar