Powered By Blogger

Jumat, 19 Agustus 2011

Renungan Hijriyah


Renungan Hijriyah
Oleh
Muammar Khadafi

Derap langkah sang waktu berlahan lahan bergeser, setapak demi setapak, sehasta demi sehasta. Tak terasa waktu meninggalkan kita atau waktu itu yang meninggalkan diri kita. Waktu terasa begitu cepat. Rasanya baru kemarin kita bercanda tawa, bertangis tawa, berduka hingga mengalirkan air mata surga. Kemarin kita bercerita tentang duka lara dalam catatan dunia yang fana. Kemarin kita tersengu sengu menghadapi hidup yang semakin susah dan sempit akibat krisis yang melanda diberbagai aspek kehidupan. Kehidupan, bumi yang digerus jaman hingga melahirkan berbagai macam musibah, nyawa yang melayang, harta yang hilang hingga air mata yang tidak berkesudahan membuat duka nestafa diantara hati yang tertimpa musibah. Wanita yang menjadi janda, anak yang menjadi yatim, orang tua, sanak saudara, itulah kenangan dalam catatan diakhir tahun ini.
Rasa rasanya baru kemarin kita berbagi rasa. Bercanda penuh tawa hingga membagi air mata diantara duka. Catatan tahun yang harus dikenang, bahkan harus menjadi bahan ‘muhasabah’ (renungan) bagi diri kita  untuk merubah bulan kemarin, minggu kemarin, hari kemarin jam kemarin, detik kemarin yang baru saja mencoretkan catatan dosa pada buku malikat ‘Rokib dan Atid’.
Kemarin kita bercerita kepada orang tua, bernasihat akan petuah orang tua, dibimbing akan kebenaran jalan hidup agar tidak tersesat dalam kehidupan ini. Sekarang orang tua itu tidak ada, meninggalkan kita tanpa berpesan sepatah kata. Yang ia tinggalkan hanya seberkas tawa dan ‘kesalihan’ beliau ketika menasehati. Kini beliau tidak ada, tak ada lagi yang memberi minum disaat kita haus, tak ada lagi yang memberi makan ketika kita lapar, yang tertinggal hanya keluhuran dan perangai beliau yang lembut dan menuh dengan sifat ‘ar Rahman dan ar Rahim’. Walau lebaran kemarin kita sempat menyematkan maaf diantara bibir yang penuh dosa, mengaliri air mata yang membasahi tangan beliau kita bersungkeman, itu yang  kita kenang.
Angan ku kulembarkan kejarak yang sangat jauh, dimana ketika aku membacakan doa awal tahun dan akhir tahun. Rasanya kesyahduan itu masih ada dihati ini. Bait demi bait doa dilantunkan begitu khusuk hingga air mata tak terasa keluar dari pelupuknya. Rintihannya seakan menyesali kesalahan dan dosa yang pernah terjadi semasa hidup. Kesyahduan itu masih bersemayam diantara hati ini. Ketika orang bersorak dan meniup sangkakala (terompet) yang dialunkan dijagat raya. Ketika semua orang berencana menghabiskan akhir tahun dengan berfoya foya dan berhura hura hingga menciptakan dosa baru yang tak terhingga. Bahkan ada teman yang berencana membuat dosa baru diawal dan di akhir tahun…Nauzubillah.
Waktu selekas kepergian mu ini, pasti aku akan merindukan canda tawamu, tangis dukamu. Ketika kita dipersatukan atas nama derap langkah jarum jam, detik demi detik engkau akan meninggalkan aku. Aku ucapkan selamat datang waktu baru semoga engkau membimbingku dalam ikatan keistiqomahan, penuh dengan kepositifan dan kasih sayang sang Maha Pemberi. Untuk waktu yang berlalu, engkau akan selalu aku kenang dalam catatan hidupku, engkau adalah senyumku dan air mataku di akhir persimpangan waktu ini ketika azan magrib mengalun di seantero jagan bumi ini waktu baru kan datang menggantikan waktu yang tua dan berlalu…Hijriyah kini engkau datang beserta penuh harapan mu……SELAMAT TAHU BARU HIJRIYAH 1433 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar